Han


Mata doe hitam itu mendelik kesal, sejak tadi dadanya sudah bergemuruh kencang. Mulut tipisnya sudah mencebil, lidah pinknya sudah tak sabar ingin bergerak lincah mengeluarkan makian yang luar biasa berbisa untuk wanita tua di depannya. Tapi, apa mau dikata. Ia masih takut dengan namanya kualat.

"Kau mendengarku tidak, hah... "

"ishh,.. Eomma. Aku dengar tak usah cerewet begitu. bisa."

Plak,.. Plak.. Plak.. Tiga geplakan keras tepat mengenai kepala Jaejoong.

"Eomma,.. Ishh Appo. " rengek Jaejoong sambil memegangi kepalanya." kau menyebalkan, aku tidak perlu di pukulkan. "

" Yaah, Kim Jaejoong.. Kau yang membuatku kesal. Otakmu yang bebal itu tidak pernah sadar, ingat siapa dirimu.. "

Jaejoong tak terima, ia bangkit berdiri. Memandang ibunya tajam.
"Ck.., memangnya siapanya diriku? Lagipula salah aku ingin jadi kaya. Jadi aku cuma akan menikah dengan pria atau wanita asal dia kaya.. Aku bosan jadi miskin."

"K-kau... " tunjuk sang eomma.
" kenapa kau terus bebal...Hyunjoong cukup baik untukmu. "

"Kalau Eomma pikir begitu, buatmu saja..." setelah berbicara begitu Jaejoong tidak perduli lagi, ia pergi begitu saja meninggalkan ibunya yang berteriak keras di belakang kepalanya.

"Dasar anak kurang ajar, Kau ini Jaejoong... Ingat, besok pagi Hyunjoong akan menjemputmu."

Brakkk, pintu terbanting keras. Dengan bersamaan kata-kata yang keluar dari mulut Jaejoong.

"aku tidak peduli... Terserah saja. "

Rasa kesalnya belum juga berhenti, malah kini harus bertambah lagi. Apa belum cukup mengeluarkan emosi untuk hari ini. Jaejoong yang baru saja melangkah keluar dari teras rumah, matanya terkena iritasi berat. Tak jauh dari tempatnya berdiri, ia bisa melihat sahabat sekaligus sepupunya sedang asyik bermesraan dengan calon tunangannya yang dia dengar sangat kaya raya membuat hatinya kesal saja. Kenapa sih, selalu saja sejak dulu sepupunya itu yang lebih beruntung sedang dirinya tidak.
Jaejoong iri setengah mati, tapi bisa apa. Ya sudahlah, telan saja anggap itu empedu ular yang pahit .

Cahaya malam mungkin remang-remang tapi mata Kim Junsu cukup awas. Saat seseorang tengah memperhatikannya. Ia tersenyum dan melambai, tapi sedikit bingung orang itu seperti tidak melihatnya atau, apa mungkin Jaejoong sepupunya malah sedang memperhatikan tunangannya.

"Ada apa Junsu, kenapa melihatku seperti itu..?". Jung Yunho, pria yang berdiri tepat didepan Junsu.

Yunho menjawil hidung Junsu gemas. Pria manis di depannya ini sungguh lucu dan menyenangkan. Mungkin, tidak ada salahnya mulai menyukai Junsu dan perjodohan mereka tidak akan berakhir buruk.

"oh, ne.. Mian Hyung.. " Junsu tersenyum canggung. Ia pasti terlalu intens memperhatikan pria tampan didepannya padahal bukan itu maksudnya." itu tadi aku melihat sepupuku, Hyung tidak lihat baru saja aku melambai padanya. Tapi, kupikir dia malah tidak melihatku jadi mungkin ... "

"Mungkin apa hmm,.." Yunho, tidak tahan untuk menggoda Junsu . "sejak dari tadi aku tidak melihat siapapun kecuali pria manis di depanku...."

Blush,..

Wajah Junsu langsung merona merah. Ia sungguh malu digoda seperti itu, dengan segera ia menutupi wajahnya menggunakan kedua tangannya. Ya, tuhan kenapa dia seperti seorang gadis saja.

"Hyung, aku tidak tahu kau bisa segombal ini eoh... "Yunho terkekeh, mengusap lehernya sedikit malu .

"Kau pikir itu menggomal eoh,.. Bukannya itu kanyataan ya..." Tawa khas Junsu terdengar, ia mengangguk senang. Junsu pikir dia memang manis.

"Oh, dimana Jae hyung yaa.. " Junsu melihat kanan kiri jalan namun tidak ada keberadaan Jaejoong.

"Kau masih mencarinya,.. Sudahlah. mungkin dia memang tidak ada. Kau mungkin salah lihat. "

"Owh.. Ne. " Junsu menggaruk rambutnya yang tidak gatal."mungkin hyung benar,.."

"Kalau begitu masuklah ini sudah sangat malam." Yunho mengusap sayang rambut Junsu. " ja,. Istirahat. Selamat malam."

Junsu mengangguk senang, dan berlalu cepat, tangannya melambai pada Yunho sebelum pintu rumah ia tutup. Dibalik pintu ia tidak bisa menyembunyikan senyum lebarnya. Ia bahagia, dadanya berdebar kencang. Apa sekarang ia mulai jatuh cinta. Oh, my god. Perjodohan ini sepertinya akan jadi hal yang sempurna baginya. Eomma, appa. Gomawo sudah menjodohkanku dengan Yunho. Ucapnya dalam hati.

***

Ctakk,..

Jaejoong mendelik sebal, ia mengusap dahinya yang baru saja terkena sentilan jahil dari jari tangan Yoochun. Sahabatnya, soulmatenya, juga kembarannya yang beda ayah dan ibu.

"Jangan minum terus, katakan sesuatu.. Atau, aku lebih baik pergi saja hm.. "

" Hah,.. Apa yang harus kukatakan. " Jaejoong menghela nafas. Meletakkan gelas minumannya." Bagaimana lagi. Hidupku seperti ini terus,.. "

"Hah,.." Yoochun ikut - ikutan menghela nafas. Dia sudah sering mendengar hal ini jadi tidak aneh baginya, "Hidupmu seperti apa Kim Jaejoong.."

Jaejoong tersenyum kecil, menggeleng lalu menyesap kembali minumannya. Terlalu banyak ia menyusahkan Yoochun, hanya untuk sekedar mengeluarkan keluh kesahnya yang terus-menerus seperti itu saja. Jadi, kini waktunya untuk mendengarkan.

"Sekarang, kau yang harus bicara.. "

"Bicara apa Jae..," ucap Yoochun berubah malas, sambil memalingkan wajahnya ke tempat lain.

Jaejoong mengangat bahunya acuh. Tapi menunggu Yoochun bicara sama saja seperti menunggu panggilan kerja. Jadi, ia yang bertanya. "Bagaimana tentang Junsu, kau sudah mendengarnya bukan. "

Yoochun menelan ludahnya pahit. Ia menggeleng." Sudahlah, kita minum saja.. " putus Yoochun.

" Baiklah, sampai mabuk.." Jaejoong mengalah mungkin topiknya terlalu menyakitkan.

Tring.., bunyi gelas beradu. Minuman yang berada digelas mulai ditegak mengalir, melewati mulut dan tenggorokan sampai ketempatnya di dalam tubuh. Mengantarkan sengatan-sengatan yang terasa hangat di seluruh tubuh, merilekskan sendi-sendi kehidupan yang berat, dan perlahan tapi pasti menghilangkan setengah kesadaran mereka.

Dua sahabat itu belum juga merasa puas, gelas-gelas terus beradu dentingan, kemudian hilang mengalir dalam tenggorokan. Keduanya tertawa terbahak meski tak ada sesuatu yang lucu. Mabuk membuat mu gila hingga kesadaran tentang semua hal mulai menipis. Dan, ditengah ambang kesadaran itu mereka mulai beranjak dari sana. jika, tidak ingin pingsan dan berakhir tergeletak di pinggiran jalan.

"Chunnie,.. Saranghae. " teriak Jaejoong dengan kedua jarinya membentuk hati.

Yoochun tertawa gila. Ia membentuk hati yang lebih besar dengan kedua tangannya ," Jaejoongie, nado Saranghaeyo... "

Mereka terbahak gila. Berjalan sempoyongan tidak peduli akan sampai dimana mereka, saat ini yang mereka rasakan semua nampak ringan, tidak adalagi beban hidup apalagi cinta. Yang terasa menghimpit di dada. Seolah semua hanya sebuah mimpi.

***

Jaejoong bangun dengan kepala yang berdenyut dan berat , matanya merah dengan pandangan yang buram. Ia Mengerang sakit, memijat pangkal hidungnya. Kemudian,..

Byuuurr...

Buwaaaahhhh..., nafasnya terengah-engah. Satu ember air sudah menyapa wajahnya, srett. Sang Eomma berdiri disana sebagai sang pelaku.

"Kau sudah sadar.. hah. "

"Eomma apa yang kau lakukan..," nada suara Jaejoong begitu dalam berusaha menahan marahnya.

"Bangun, ini sudah sangat siang. Sampai kapan kau mau tidur. "
Eomma Jaejoong mulai berkacak pinggang." Tunggu apa lagi, cepat pergi sana... "

HAAAAAHH..., Jaejoong berteriak kesal tapi ia beranjak dari kasurnya dan masuk kamar mandi.

.
.

"Yoochun pergi pagi-pagi, katanya ia sudah mulai bekerja.. " Mata sang Eomma melirik putranya yang sibuk melahap sarapannya yang sangat terlambat." Jadi, kapan kau akan bekerja Jae.., "

"Huh,.." Eomma Jaejoong mendesah. Melihat Jaejoong yang hanya diam tidak peduli. "kalau begitu sebaiknya kau menikah saja.., ini. Bawa makan siang untuk Hyunjoong. Aku sudah membuatnya susah-susah. "

Jaejoong mendelik sebal pada rantang di depannya."Kalau memang susah-susah. buat apa membuatkannya dia makan ., memangnya siapa dia."

"Anak bodoh.., " ucap Eomma Kim geram. " bawa saja dan jangan banyak protes. "

"Tidak mau.., Eomma bawa saja sendiri." bibir eomma Kim berkedut kencang.

"Jika kau tidak pergi, akan kubuat uang sakumu bulan ini lenyap dan kau bisa cari makan sendiri.. " ucap omma Kim mendesis penuh tekanan.

Jaejoong bergidik ngeri. Bukan karena ancamannya, Jika soal uang jajan dan makan ia bisa cari sendiri atau malah menumpang dirumah Yoochun, tapi ini soal aura hitam mengelilingi ibunya juga tatapan penuh intimidasi dan ingin membunuh. Ck, ia kan masih terlalu muda buat mati apalagi harus dibunuh ibu kandung sendiri. Dengan suara dengusan kasar Jaejoong beranjak meninggalkan ibunya, tidak lupa juga membawa rantang makanan itu. Sial memang.

***

Jaejoong harus menghapus peluhnya, brengsek sekali pria yang bernama Hyunjoong ini, gara-gara dia, ia harus rela mendatanginya dengan terik matahari yang sedang di atas ubun-ubun.

"Mau sampai kapan hyung mau terus mengoceh,.cepat sana. kita sudah sampai. " geram Changmin.

"Ya, kau tidak perlu marah begitukan chang Minnie.." Jaejoong turun dari boncengan Changmin. "Kau tidak ikhlas mengantarku huh,.."

"BUKAN tidak ikhlas tapi juga Tidak Relaaaa..., gara-gara hyung. Aku gagal berkenalan dengan gadis taksiranku "

"Berisik ah.., nanti aku kenalkan kau dengannya kapan-kapan." Mata Changmin langsung berbinar mendengarnya.

"Benarkah, kau mengenalnya Sungguh.." tanya Changmin.

"Ia nanti aku kenalan dulu denganya,
Setelahnya aku kenalkan denganmu."
Jaejoong tertawa sambil berjalan menjauh. Changmin melotot.

"Hyungg.., sialan. "

"Buawhhhaha,.. Tunggu aku oke." seru Jaejoong sambil melambai.

"Tidak akan.. "teriak Changmin lebih keras. Tapi, nyatanya dia tetap menunggu. Bagaimanapun ia tidak tega meninggalkan hyung nya sendiri.

Jaejoong tiba-tiba saja mual. Ia sudah melihat pria itu disana, tanpa perlu menghubunginya lagi. Segera saja ia hampiri orang itu sebelum dirinya akan tambah mual dan berakhir muntah dijalanan. Oh, Sungguh akan memalukan jika itu terjadi

"Hyunjoong hyung,.. " panggil Jaejoong enggan.

" Jaejoongie,. Kau sungguh datang. "
Hyunjoong menoleh, wajahnya berbinar dengan senyum lebar. Ah, hatinya sungguh berbunga sekarang di hampiri pujaan hatinya. Belum lama ia dapat telepon dari Mrs. Kim ibu Jaejoong sendiri. Tentang Jaejoong yang akan menemuinya. Membuat dadanya sejak tadi tidak sabar menunggu .

"Jaga matamu itu atau kutusuk.." marah Jaejoong yang melihat mata Hyunjoong yang menatapnya penuh bintang. Menyedihkan, Tangannya terulur menyerahkan rantang makanan " Ini, wanita tua itu yang menyuruhku.."

"Oh, Jae.. Ini sungguh merepotkan. " Hyunjoong mengusap tangan basahnya sebelum mengambil rantang dari tangan Jaejoong." Ucapkan terima kasih pada eomma mu dan padamu. "

"Hn..," ucap Jaejoong tak acuh. Ia malah asik melihat mobil mewah di belakang Hyunjoong,.

Hyunjoong menggaruk tengkuknya. Sedikit malu juga segan. Ia sadar Jaejoong malah memperhatikan mobil di belakangnya. "Hm, be-gini ya aku..."

"Itu mobil bos mu...bagus ya. " Hyunjoong mengangguk. "Apa kau punya yang seperti itu? ."

Hyunjoong menggeleng, " Tapi Jae., be-begini, a-aku kamu hm, kita. "
Jaejoong menghela nafas, masih menunggu kalimat apa yang ingin dikatakannya. " weekend nanti,
Bagaimana kalau ki-kita kencan. Aku juga sudah bicara dengan bos ku, kita bisa pakai mobilnya jika kau mau.. "

" Tidak berguna,.. " bisiknya pelan sambil menggeliatkan badannya yang terasa pegal. Ia tidak munafik dia suka dan ingin sekali mencoba mengendarai mobil tersebut. Tapi, bukan seperti ini. Ya, tuhan meski dia miskin ego-nya itu tinggi, meski depan temannya ia terkadang bersifat rendahan seperti sering meminta atau merengek seperti bocah.

Hyunjoong masih menunggu jawaban Jaejoong. "ehm, ya hari ini sayang sekali kita tidak bisa menikmati makan siang bersama.. Aku harus pergi. Ta-tapi Hari libur nanti past..."

Jaejoong segera menepuk pundak Hyunjoong, ia sudah cape juga kepanasan. "Kau harus dengar dulu.. Begi-ni.. "

"Hyunjoong shi ayo berangkat.. " Suara bass membuat kedua pria bermarga Kim teralih padanya. Tubuh tegap dengan setelan jas mewah menawan setiap orang ditiap langkahnya. Berwajah kecil, berkaca mata hitam dengan bibir yang berbentuk hati, bahkan suaranya begitu sexy, tampan dan menawan, satu lagi paling penting kaya raya.

"Baik, Tuan.., " Hyunjoong melirik Jaejoong yang sepertinya sedang terkesima penampilan bos-nya." Jae.., Jaejoongie. Aku harus pergi sekarang nan-ti kita bisa bicara lagi. "

Mata Jaejoong akhirnya mengerjap, saat mengenali pria yang tidak jauh darinya itu. Berdecak kesal ia beralih lagi melihat Hyunjoong.

"Hey,. Tuan aku pinjam dulu supirmu sebentar. tidak akan lebih dari lima menit." Ujar Jaejoong yang menarik Hyunjoong sedikit menjauh.

Yunho tampan yang ternyata jadi Bos Hyunjoong itu menaikan alisnya, sedikit tidak mengerti dengan situasi. tapi saat melihat supirnya di seret baru ia mengerti, jadi pria dibalik punggung supirnya itu berbicara padanya. Hah, ia membuka kacamata nya dan masuk ke dalam mobil. Tidak apa menunggu sebentar saja. Mungkin ada hal penting yang perlu di bicarakan.

Tidak berapa lama. Meski, sedikit Yunho melihat siluet wajah pria dibalik punggung Hyunjoong. Berwajah putih mulus, rona merah dipipinya yang alami, rambut brown yang terlihat lembut. Untuk seorang pria itu tampak sangat menawan dan menjurus cantik.

Tuk.., tuk,.. tuk.. Hatinya seolah terketuk. Mendebarkan..., membuat penasaran. Siapa dia??

Jaejoong mengambil jarak secukupnya. Melihat Hyunjoong dari dekat. Tidak ada yang buruk dari pria di depannya ini. Dengan rupa yang cukup tampan dan innocent. Dia bisa jadi pria yang baik. Tapi, sayangnya kenapa cuma jadi supir. Kenapa bukan model atau artis. Mungkin, Ia akan mempertimbangkannya.

"Jadi, Ini adalah pertama dan terakhir kalinya aku menemui mu,. Hyunjoong hyung tidak akan ada lain kali lagi.. Arraseo. " Jaejoong mencengkram bahunya." Jangan pernah datang lagi ke rumah.., aku tidak ada niat untuk berhubungan lebih dengan mu.. "

" Ta-tapi Jonggie.. " Jaejoong menutup mulutnya dengan jari telunjuk.

"Sttt.., diam. Atau Lebih baik kau jadi hyungku saja. Bagaimana, Ibuku pasti senang punya anak seperti dirimu.."
Tepuk Jaejoong di dada Hyunjoong sambil tertawa lebar. "Sudahlah, aku pergi dulu. Jadi, Jangan berharap banyak pada ku."

Deruman suara motor tiba-tiba keras terdengar, ia berhenti tepat di samping Jaejoong. Changmin melempar wajah menantang pada Hyunjoong, mata bambi itu menatap tajam dan berdecih meremehkan . Jaejoong menepuk pundaknya, ia sudah berada dibelakang boncengan.

Brum,.. Brum... Bruuuuuummmm..

Sekali lagi deruman motor yang melaju kencang dan lebih keras terdengar menggaum di area parkir perusahaan milik Jung corp. Seketika meninggalkan gumpalan asap hitam yang membungbung tinggi.

Hyunjoong terbatuk keras, matanya memerah berair. Sedih, hatinya yang kecewa. Padahal harapannya tadi sungguh sangat besar bisa mulai berhububungan baik dengan Jaejoong. Namun, harapan hanya tinggal harapan, sejak awal pria androgini itu memang sudah menolaknya.

Yunho mendelik marah, suara motor itu mengganggunya dan yang lebih tidak dipercaya. Pria cantik tadi malah pergi bersama pria yang terlihat urakan dan berandalan.

Bug,...

Suara pintu mobil tertutup mengalihkan perhatiannya pada sosok supir barunya, usia mereka terlihat tidak terpaut Jauh. Sama-sama masih muda. Ia nampak jadi begitu murung. Membuat Yunho ingin bertanya karena penasaran.

"Apa yang terjadi.? " tanya Yunho akhirnya. Biar saja, dia dianggap orang yang suka ikut campur.

"Maafkan aku tuan.."

"Yunho.., Jika kau tidak lupa " Sela Yunho." saat berdua kita bisa jadi teman. "

"Ah, Ne. Terima kasih Yunho ah."
Hyunjoong tersenyum dan melihat Yunho di balik setir.

"Jadi dia siapa,? " Tanya Yunho lagi. Rasa penasarannya belum terjawab.
" Kekasih mu, kalian putus. "

Hyunjoong terlihat ragu-ragu dan merunduk sedih. sambil berbicara dan menyetir, tangannya mengusap sayang rantang makanan yang tadi diberikan Jaejoong.

"Hm, dia Kim Jaejoong.., dia belum jadi pacarku malah mungkin, tidak akan. Dia tidak menyukaiku." Hyunjoong tersenyum pahit.

Yunho hanya menepuk bahunya. Sedikit mengerti lagipula tadi sudah melihat semuanya, pria cantik bernama Kim Jaejoong itu memilih pria urakan di atas motor tadi.

"Kau bilang tadi, dia Siapa? Kim Jaejoong ya ..." ulang Yunho, sudut bibirnya tergerak senyum kecil. Saat melihat angggukan Hyunjoong .

" Ne, Kim Jaejoong .... "

'Sepertinya aku pernah mendengarnya di suatu tempat tapi dimana.... '








To be continue.


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top