3. Gabut

ARYA

Sebelum jam makan siang, gue turun dari ruangan gue, ke lantai 15 untuk menemui seseorang yang gue kangenin.

Karena berada di lantai khusus, gue jadinya naik lift khusus untuk turun ke lantai tujuan gue. Tak memakan waktu lama, gue langsung berjalan menuju ruangannya Aca.

"Pak Arya mau apa?" Gue dicegat sama Ayu, asistennya Aca yang sedari dulu kerjaannya menghalau gue.

"Kamu tuh yaa, Aca belum bilang ya kalau sekarang saya tuh sodaranya?"

"Eh? Sodara?"

"Iya!" Seru gue.

"Ohhh, oke. Kirain Pak Arya masih kejar-kejar Bu Aca. Jangan ya Pak, Bu Aca udah nikah. Suaminya ganteng banget, biarkan mereka bahagia." Ujar Ayu.

"Hahaha, oke, oke! Tapi ini beneran mau ketemu Aca, bukan mau godain dia apalagi ngajak dia selingkuh."

"Baik Pak, silahkan masuk!" Ujar Ayu ramah. Gue tersenyum kilat padanya, lalu membuka pintu ruang kerja Aca, dan kembali menutupnya.

"Eh, hey! Bikin kaget aja!" Seru Aca.

Ia terlihat sibuk, di meja kerjanya bertebaran kertas dan map warna-warni. Dari yang gue tahu, Aca emang punya jabatan yang lumayan di kantor ini. Meskipun kami satu gedung, tapi kami beda kantor. Jadi gue gak terlalu tahu banyak soal kerjaan Aca, tapi... cukup tahu lah bagaimana dia bekerja.

"Sibuk amat?" Tanya gue, duduk di bangku yang menghadap ke arahnya.

"Ditinggal cuti nikah kemarin, banyak banget yang harus dikejar." Jawab Aca.

"Mau lebih santai gak kamu?"

Aca mengalihkan pandangannya dari berkas-berkas di mejanya. Kemudian  menatapku dengan tatapan heran.

"Gimana caranya?" Tanya Aca.

"Om Jupiter, mertua kamu, beliau udah lepas jabatan. Jadi CEO perusahaan di atas, turun ke Jeremy. Dan... aku naik jadi Vice President, so... aku butuh orang buat ngisi posisi lamaku. And it suits you," Jelas gue.

"Emmm, emang tingkatan jabatan di perusahaan kamu tuh apa aja sih Ar?" Tanya Aca.

"Di kita paling tinggi ya CEO, terus langsung Vice President, gak ada presiden ataupun COO, jadi turun langsung Direktur. So, it's just CEO, VP and Director."

"Gimana bisa jadi VP tapi Presidentnya gak ada?"

"Hehehe karena kan tugas utamanya udah sekalian aku kerjain, dan lebih enak nyebut VP, kalo President doang, berasa kepala negara heheheh!" Jawab gue santai.

"Kayaknya kerjaan kamu dulu pusing Ar, sama aja kaya kerjaanku sekarang." Ujar Aca.

"Sebenernya aku nawarin nih mandat dari Mertua kamu, Ca. Om Jupiter minta kamu gabung sama perusahaannya. Katanya, biar kamu lebih fleksibel, malah tadinya kamu yang disuruh jadi VP. Heheheh! Mau? Aku sih siap balik lagi jadi direktur."

"Papi mau aku kerja di perusahaannya?"

Gue mengangguk.

"Aku tanya Josh dulu ya, tapi aku sih seneng kalo dapet kerjaan yang jamnya bisa fleksibel. Biar aku punya banyak waktu buat ngurusin Josh sama Jo."

Jujur, gue iri. Gue iri dengan kehidupan yang Josh dan Aca punya sekarang. Mereka berdua terlihat sangat saling mencintai dan bahagia.

Meskipun gue gak menyesal mundur dari hubungan gue dan Aca dulu. Tapi.... ya rasa iri itu kadang muncul. Apalagi kalau otak liar gue membayangkan harusnya gue yang jadi suami Aca, kalau gue egois dan gak mikirin Josh si makhluk kampret.

Huh!

"Yaudah tanya aja sama Josh, tapi biar lebih enak, konsultasi sama Kak Jerry, dia lebih paham soal ginian. Kalau Josh, tahu sendiri itu anak gak suka dan gak mau ngerti urusan kantor."

"Oke siap, Arr! Thank you so much!" Ujar Aca.

"Makan siang bareng yuk? Laper!" Ajak gue. Ya, selain ngobrol soal lowongan kerja, gue juga niat mau ajak Aca makan siang bareng. Bete gue, gak punya temen.

"Yaudah, bentar ya? Aku kelarin satu kerjaan, baru kita makan siang!" Ujar Aca.

Gue tersenyum. Mengambil HP supaya gak menggangu Aca yang sedang menyelesaikan kerjaannya.

Dah, daripada gangguin Aca, mending gue meladeni salah satu cewek yang semangat banget pengin gue jadi pacarnya ini.

Hehehehe~

**********

"Apartment kamu bagus," Ujar Nebula. Ia adalah salah satu artis ibu kota yang namanya sedang naik berkat keberaniannya tampil tanpa busana di film terakhirnya.

"Biasa aja." Jawab gue merendah. Sebenarnya, apartment gue ini memang salah satu apartment dengan pemandangan terbaik di Jakarta. Apalagi unit gue ini, ketinggiannya pas untuk melihat city light Jakarta saat malam hari.

"Aku seneng deh, kamu ajak aku ke sini!" Nebula langsung bergelayut manja.

Kami yang tadinya berdiri memandangi Jakarta malam hari jadi pindah ke sofa, biar bisa lebih kondusif.

"La, aku nonton loh film terakhir kamu." Gue membuka obrolan.

"Bagus gak akting aku?"

Gue mengangguk.

"Bagus, tapi aku penasaran ih,"

"Penasaran apa?" Tanyanya manja.

"Yang adegan kamar mandi itu, penasaran pengin liat langsung."

Nebula tersenyum mendengar itu. Jari-jarinya langsung mengelus pipi gue lembut. Lalu ibu jarinya bermain di bibir gue.

"Aku mau liat kamar mandi kamu." Katanya.

Gue mengangguk. Lalu mengenggam tangannya, membawanya masuk ke kamar utama tempat ini, kamar gue.

Di kamar, gue langsung berjalan menuju kamar mandi, menyalakan lampunya ketika masuk.

Nebula melepaskan genggaman tangan gue, dia lalu sedikit melihat-lihat kamar mandi gue yang ukurannya memang lumayan.

Tanpa gue duga, Nebula yang membelakangi gue ini tiba-tiba melucuti pakaiannya sendiri. Membuat gue mengagumi bentuk tubuhnya yang sangat aduhai.

Gosh!

Syukurlah, sepertinya malam ini gue gak bakal bobo sendiri kedinginan. Bakal ada yang meluk nih. Hehehehe!

*********

ACA

Pelan-pelan, aku melepaskan pelukanku dari Jo. Ia baru saja tertidur ketika aku membacakannya buku cerita.

Memastikan kalau tidurnya pulas, aku menaikan selimut sampai sebatas dada, lalu menyusun bantal dan boneka untuk benteng agar ia tidak jatuh.

Setelah itu aku keluar, mencari Sus Dina yang memang tidurnya bersama Jo.

"Sus?"

"Iya, Non!" Sus Dina ternyata sedang makan,

"Jo udah tidur Sus, nanti kalau udah makan langsung ke kamar ya? Takut dia bangun terus nangis kalau tahu sendiri. Saya banyak kerjaan soalnya." Kataku.

"Iya Non, gak apa-apa. Ini makannya bentar lagi selesai kok."

"Ya gak apa Sus, makan aja dulu, santai. Toh Jo juga baru tidur. Ini saya cuma mau kabarin Sus Dina aja." Kataku.

"Baik, Non."

"Yaudah saya tinggal ya?"

Aku berbalik, menuju kamar tidurku dan Josh. Lalu mulai sibuk dengan bahan-bahan rapat untuk hari Jum'at nanti. Gosh, pening kepalaku.

Di depan laptop, aku menyiapkan presentasi sebaik mungkin, supaya nanti klien gak banyak revisi atau pun gak setuju dengan konsep yang pernah didiskusikan bersama.

"Malem sayang!" Pintu kamar terbuka, aku melihat jam ternyata sudah pukul setengah 12 malam. Josh baru pulang.

"Hay!"

"Kamu masih sibuk?" Tanyanya.

"Engga, dikit lagi. Kamu mau makan?" Tawarku. Meskipun aku tahu, mustahil Josh pulang dalam keadaan perut kosong, tapi aku selalu menawarinya makan. Jaga-jaga kalau dia laper dadakan kan gitu, aku harus sigap jadi istri siaga.

"Masih kenyang aku, aku mandi dulu ya?"

Aku mengangguk.

Begitu Josh masuk kamar mandi, aku langsung mematikan laptopku. Ya, ini sudah komitmenku, gak bakal nyentuh kerjaan kantor kalau Josh ada di rumah, ataupun kalau Jo belum tidur. Aku tahu waktuku sebagai istri dan ibu gak banyak buat mereka. Jadi, aku pasti akan memaksimalkan waktuku untuk Josh dan Jo.

Merapikan meja, aku beralih ke walk-in-closet, mencari pakaian untuk Josh tidur. Walaupun sebenernya Josh kurang suka tidur pakai baju, dia lebih suka tidur telanjang dada dan memakai celana pendek. Tapi... karena tahu aku kalau tidur mau AC-nya dingin, dan aku gak tahan liat bagian tubuh Josh yang membentuk huruf V di bawah perutnya itu, Josh jadi mau tidur pakai baju, itu pun harus yang super tipis.

Seperti biasa, Josh keluar kamar mandi tanpa tertutup apapun, membuatku selalu menelan ludah karena mengagumi tubuhnya yang menurutku seksi.

Dengan santai, Josh memakai celana dan baju kaus yang sudah aku siapkan. Setelah itu, ia bergabung denganku di kasur.

"Gimana tadi masak?" Tanyaku.

"Panas!"

"Panas kenapa sayang?"

"Ada yang berantem, terus sous-chef aku keluar. Tau deh, sekarang orang dapur kok ya jadi baperan gitu?"

"Terus gimana?" Tanyaku, setahu aku nih ya, sous-chef itu tangan kanan head-chef kan ya? Perannya penting.

"Kayaknya aku mau cari orang lain, lebih dari satu deh. Dapur akhir-akhir ini hectic parah. Aku bahkan gak sempet buka les masak buat season ini." Jelasnya.

"Bagus deh, nanti kalo ada yang cantik peserta lesnya, kamu ganjenin lagi."

"Astaga, bisa kamu ya mikir ke sana?" Josh memeluk pinggangku erat.

"Ya kamu kan gitu waktu aku les masak."

"Itu kan karena pesertanya kamu, dan aku gemes banget sama kamu, sayaang!"

Aku tersenyum.

"Kamu gimana di kantor?"

"Arya nyamperin aku, nawarin kerja di perusahaan Papi kamu." Kataku, membuka cerita.

"Kamu mau? Kali aja kalau kerja di kantor Papi, kamu bisa lebih santai." Ujar Josh.

"Arya juga bilang gitu, tapi aku jawab, aku mau tanya kamu dulu."

"Kalau Arya bilang gitu, ya percaya aja. Anak itu pasti tau mana yang terbaik."

"Iya, tapi kan aku mau tanya kamu dulu, biar gak langsung jawab. Kamu kan suami aku, jadi keputusannya harus dari kamu." Jelasku.

Josh tersenyum mendengar itu, ia lalu duduk, tidak lagi rebahan sambil memelukku.

"Sayang, kamu emang istri aku. Tapi semua keputusan soal apa yang menurut kamu terbaik, itu gak melulu harus dari aku. I trust your judgement, or Arya's. Siapa aja, terutama kamu. Aku mau kamu tetep jadi cewek yang merdeka, yang bisa punya dan menentukan setiap keputusan. Aku selalu support kamu." Ucapnya panjang.

"Makasih, Josh. Aku sih mikir, kalo waktu kerja lebih santai, aku jadi bisa punya banyak waktu buat kamu sama Jo."

Josh mengangguk tersenyum.

"Kan, apa aku bilang. Kamu pasti selalu tahu yang terbaik. Dan kamu gak cuma mikirin diri sendiri. Kamu bahkan mikirin aku sama Jo. Gosh, aku sama Jo beruntung banget ada kamu di hidup kita berdua."

Kini giliran aku yang memeluk Josh, lalu mendaratkan ciuman kecil di bibirnya.

Josh membalas ciumanku, dan selalu saja, setiap Josh menyentuhku atau merangsangku, aku selalu seperti tersetrum aliran listrik di seluruh tubuhku.

God!

"Main yuk?" Bisiknya pelan, lalu menggigit daun telinga ku.

Tentu, aku mengangguk. Mengiyakan ajakannya. Kami udah dua malem gak main karena Jo tidur bersama kami.

Sekarang, mumpung Jo tidur sama Sus Dina. Bisa lah yaa aku sama Josh main~~

*****

TBC

Thank you for reading
Don't forget to leave a comment and vote this chapter xoxoxoxo

Ps: mau cerita, aku abis nonton Sang-Chi dan bahagia banget setelah satu setengah tahun gak ke bioskop akhirnya nonton lagi, beneran deh aslik, feelnya beda banget nonton di bioskop tuh.

Dah mo bilang itu aja,

Sama iklan yaa ehehehehe~

Ada Alternate Timeline loh di akun Dreame//Innovel aku, yuk mampir buat yang mau baca. Jangan lupa follow dan tinggalin love yaa~

Di sana juga udah ada beberapa cerita yang aku pindahkan, cuss buat yang mau baca langsung meluncur aja. See you there~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top