20. Atta Normal?
ACA
"Ca ihh ayo lah Ca!" rengek Atta padaku.
"Ya izin sana sama Josh!"
"Aduh, nanti gue disembelih sama dia, takut!"
Aku bingung, sumpah ini gak ngerti lagi deh. Yang aku tahu kan Atta ini gay ya? Dia lagi galau sama cowok yang namanya Sindhu, lha ini, begitu liat Jess, dia naksir sama Jess.
Heran aku, aseli.
"Yaudah santai aja, deketin aja dulu Jess,"
"Gue gak pernah deketin cewek, kampret!" seru Atta, bikin aku nyengir. Ya ampun, kok ya aku kaya berurusan sama anak ABG jatuh cinta ya?
"Ya deketin aja, ngobrol gitu loh, soal kerjaan kek, aktivitas kek, apa gitu,"
"Terus?"
"Terus kalo mau balik, lo tawarin deh buat nganterin dia balik,"
"Emang dia balik ke mana?" tanya Atta.
"Ke rumah emak-bapak-nya Josh lah, sekarang cuma Jess yang ngisi, sama ART,"
"Ohh gitu,"
"Lo kenapa ngobrol sama gue sih? Udah sana deketin Jess!" omelku pada Atta.
Kulihat Atta mengangguk kaku, ia lalu menarik napas panjang beberapa kali.
"Wish me luck!" katanya pelan.
"Good luck, baby!"
Atta tersenyum kemudian berjalan mendekati Jess yang sedang mengobrol bersama Arya dan Josh.
Aku tidak menghampiri mereka, aku mendekati Ayu yang sibuk di pojokan dengan ponselnya.
"Hay Yu!"
"Eh Bu Aca," katanya dengan nada terkejut, langsung memasukkan ponsel ke dalam tasnya.
"Kamu kenapa? Kaya yang liat setan gitu, hehehehe!"
"Gak apa-apa,"
"Gimana sama pacar kamu?" tanyaku membuka obrolan. Dia pernah curhat soal pacarnya, makanya aku berani nanya begini.
"Emm, masih gak jelas Bu, temen-temen saya pada nyuruh putus, tapi saya sayang Bu,"
"Sayang sama dia apa sayang karena hubungan kalian udah lama?" aku mengulang pertanyaanku tempo hari. Kali ini Ayu gak menyahut.
"Yu, kalau kita ngelepasin cowok toxic di hidup kita, percaya deh nanti kamu bakal dikasih gantinya yang jauh lebih baik,"
"Gitu ya Bu?"
Aku mengangguk.
"Tapi, saya bingung Bu, dia udah kenal keluarga saya, saya juga udah kenal keluarganya,"
"Terus emang kenapa? Baru kalian kan yang kenal keluarga? Bukan dua keluarga yang saling kenal, keluarga dia kenal sama keluarga kamu?"
"Engga sih, Bu,"
"Nah yaudah, kamu masih bisa menjauh, menyelamatkan diri kamu dari orang toxic dan hubungan yang gak sehat,"
Ayu mengangguk kecil.
"Semua orang nyuruh saya gitu Bu, tapi... saya beneran galau. Saya tahu dia sayang sama saya Bu, cuma ya emang hubungan ada naik turunnya kan?"
"Ya pas turun gak bikin dia berpaling ke cewek lain juga dong?"
Lagi, Ayu mengangguk.
"Hay!" obrolan kami diintrupsi oleh Arya dan Josh.
Aku otomatis melihat ke arah samping, tersenyum ketika melihat Atta sedang mengobrol bersama Jess.
"Hay!" aku membalas sapaan dua lelaki ini. Kulihat Josh memberikan kode padaku dengan lirikan matanya. Aku langsung mengerti dan tersenyum.
"Arr, kamu temenin Ayu dulu ya? Aku sama Josh mau urus sesuatu," kataku langsung berdiri dari tempat dudukku.
Josh tersenyum.
"Iya, lo temenin gih si Ayu!" Josh mendorong Arya, memaksanya duduk di tempatku tadi, di sebelah Ayu.
"Yu, kamu curhat sama Arya aja," kataku.
"Hah? Curhat apa?" tanya Arya.
"Udah lo tibang dengerin aja apa susahnya sih?" timpal Josh.
Aku nyengir lalu menggandeng tangan Josh dan meninggalkan tempat ini. Hahaha semoga misiku berhasil. Kalau berhasil, bakal ada 2 pasangan baru nih. Ayu dan Arya sesuai rencanaku dan Josh. Lalu ada pasangan di luar dugaan, Jess dan Atta.
Kita liat aja nanti mana yang jadi duluan. Hahaha!
*****
ARYA
"Mau curhat apa, Yu?" tanya gue pada Ayu. Asli, si Aca kaga jelas banget. Asistennya galau kenapa gue yang harus dengerin curhatannya?
"Emmm, gak tau tuh Bu Aca,"
"Lha?" hanya itu sahutan gue, lalu Ayu pun terlihat seperti mengangkat bahu pelan.
Gue memperhatikan wajahnya sekilas, terlihat kalau anak ini kayaknya emang lagi banyak pikiran.
"Kamu tadi cerita apaan Yu, ke Aca?"
"Emmm, ada Pak,"
"Ada apaan? Pribadi?" tanya gue.
Ayu mengangguk kecil.
"Ohh yaudah kalau pribadi, gak enak juga saya nanya,"
Ayu lalu tersenyum manis.
"Udah gak jelas ini acara, kamu masih mau minum?" tanya gue, kayaknya gue pengin nambah minum sih.
Sumpah deh, itu temennya Aca, si Atta, kuat banget minumnya, kaga mabok-mabok. Gile!
"Emm, udah cukup sih Pak, gak enak kalau pulang ke rumah mabuk,"
Gue mengangguk, gak mau maksa orang ikut minum bareng gue, tapi ya tetep, gue tambah minum satu, mumpung gratis. Malam ini semua tagihan minuman masuk ke kartu kreditnya si Josh. Kapan lagi kan? Dijajanin si kampret itu?
Ayu masih anteng di samping gue, sesekali ia terlihat menatap kesal pada layar ponselnya, sesekali, ia mengetik cepat, entah pesan tersebut dikirim ke siapa.
"Yu?"
"Iya Pak Arya?" sahutnya sopan sekali.
"Lagi di luar Yu, gak usah manggil Bapak kali,"
"Heheh jangan Pak, kan udah kebiasa, nanti malah gak sopan,"
"Emm, oke! Eh iya, mau nanya, abis ini ada acara lagi gak? Malem minggu nih,"
"Gak ada Pak, niatnya mau beresin nonton drakor, hehehe, tapi malah diajak Bu Aca ke sini,"
"Nyari yang gurih-gurih anget yuk?" ajak gue. Perut gue udah mulai kembung, kaya gini enaknya nyari cream soup atau bubur sih.
"Apaan Pak yang gurih-gurih anget tuh?'
"Ya apa lah gitu, kuah soto juga bisa,"
"Ohh, Pak Arya laper?"
Gue mengangguk.
"Ada rekomendasi?"
"Gule aja Pak,"
"Gila, gue abis mabok diajak makan gule," ceplos gue.
"Oh gak boleh ya?" tanyanya polos.
"Gak tau sih boleh apa engga, cuma ya jangan aja, nyari mati banget itu sih,"
"Ya abis Pak Arya bilang kuah soto, kan setipe tuh soto sama gule,"
Waduh, mana gue ngerti soto sama gulai setipe dari mana ke mana, gue bukan chef kaya si Josh. Kaga paham soal makanan-makanan. Gue taunya makan doang, terus soal rasa ya antara enak atau enak banget. Dah, sesimpel itu.
"Cari bubur aja yuk?" ajak gue. Emang paling aman kaya gini sih makan bubur.
"Bubur di mana Pak?" tanya Ayu lembut.
"Gak gak tahu, namanya juga nyari, kita keliling aja dulu,"
"Boleh deh Pak, saja juga belum mau pulang soalnya,"
"Kenapa?"
"Nanggung, kalo nonton drakor jam segini, paling cuma dapet dua episode, cuma bikin gregetan doang," jelasnya.
"Ohh, yaudah, ayok deh!" gue menenggak habis minuman yang tadi dipesan, lalu mengajak Ayu untuk bangkit.
Gak langsung keluar, gue mampir dulu ke tempat Jess duduk. Jess nih udah gue anggep adek sendiri, abisnya si Josh terlalu sibuk dan Jess emang sering lari ke gue kalo butuh sesuatu.
"Jess balik ama siapa? Supir kamu stand by gak?" tanya gue memastikan adek gue bakal balik aman.
"Ini Kak Atta mau anter katanya, Kakak udah mau balik?" Jess balik bertanya.
"Iya nih, sama Ayu, sekalian nanti anter dia," gue menunjuk Ayu yang ada di samping gue.
Tadi Aca sama Josh nyuruh gue buat nemenin ni bocah, yang artinya urusan balik dia juga jadi tanggung jawab gue.
"Ohh oke deh Kak, hati-hati!" seru Jess.
"Ta duluan ya!"
"Mari, Pak Atta, Mbak Jess!" ujar Ayu kalem.
"Hati-hati kalian!" sahut Atta.
Setelah pamitan, gue pun mengajak Ayu berjalan ke luar, ke parkiran tempat mobil gue menunggu.
Tanpa basa-basi, kami langsung naik ke mobil, gue mengarahkan mobil ke jalan raya, mepet ke sisi kiri karena menyetir lumayan pelan, biar bisa liat tenda-tenda makanan.
"Yu kalo nemu bubur langsung bilang ya?!"
"Siap, Pak!"
Kami menyurusi setiap pinggir jalan sampai akhirnya ada juga tenda makanan yang dicari. Penjual bubur ayam, lengkap dengan bubur kacang ijo, mantep.
"Mau makan di mobil apa keluar nih?" tanya gue, berhubung gue pengalaman, ada soalnya cewek yang males makan di tenda kaki lima, jadi milih makan di dalem mobil.
"Eh? Di luar aja Pak, di mobil takut tumpah, kotor nanti mobilnya Pak Arya," jawab Ayu.
"Oke, yuk!" mendengar jawaban itu, gue langsung melepas seat-belt, keluar dari mobil lalu berjalan mendekat ke arah tenda.
Gini nih enaknya Jakarta lewat jam 11 malem, bebas aja gitu parkir di pinggir jalan, ya ada sih tukang parkirnya, cuma ya santai, mobil gak bakal ditilang atau kena derek. Mantap!
"Bubur ayam, Yu?" tanya gue ketika hendak memesan.
"Emm, bubur kacang aja Pak,"
"Okee, campur ketan item?"
"Boleh!" sahutnya, gue mengangguk lalu memesan bubur kacang ijo sesuai request Ayu, dan bubur ayam tanpa kacang untuk gue, dan gak lupa, gak pake bilang kerupuk juga.
Menurut gue nih yaa, kerupuk adalah topping paling gak penting yang ada di bubur. Kalo kecang, oke lah bikin tekstur ngunyahnya kena. Tapi kerupuk? Hell, no!
Hanya sekian menit setelah memesan, bubur ayam tanpa kacang dan kerupuk pun sudah terhidang di hadapan gue, bubur kacang punya Ayu juga udah ada.
"Makan, Yu!" kata gue.
"Iya Pak, selamat makan," sahutnya lembut.
Selama makan, gue perhatiin Ayu nih lirik-lirik HP-nya terus. Sesekali gue liat ada panggilan masuk yang dia tolak. Kontak yang muncul di layar ponselnya gak ada nama, cuma emoji infinity kalo gak salah.
Wihh, so sweet juga ni bocah ke pacarnya.
Kami makan dalam diam, jadi gak pake lama, kami berdua selesai makan.
"Udah Yu? Mau langsung balik?"
"Pak Arya gak apa anterin saya balik?" ia balik bertanya.
"Ya gak apa-apa sih, kenapa-kenapa gak sama pacar kamu kalo saya anterin balik?"
"Emm, gak apa-apa sih, dia juga lagi sibuk,"
"Tau dari mana?"
Ayu gak menjawab, ia hanya mengangkat bahu sekilas. Gue tersenyum dengan respon itu. Gemes yee, liat orang pacaran berantem? Gue udah lama ih gak rasain pacaran, anjir banget!
"Yok!" ajak gue setelah selesai membayar.
Ayu mengarahkan gue ke jalan menuju rumahnya, agak sedikit bersyukur gue karena searah sama jalan gue balik, ke rumah Mama.
Tak lama, kami sampai di sebuah rumah yang lumayan besar, berwarna putih. Kalau diliat dari rumahnya dan lokasi rumahnya, kayanya Ayu nih orang berada. Tapi kok dia cuma jadi asisten ya? Yaah, mending lah kalau asisten dari CEO perusahaan gitu, lha ini, jadi asisten Aca?
"Ini rumah kamu, Yu?" tanya gue.
"Iya Pak!"
"Yaudah sana masuk!"
"Iya Pak Arya, makasi banyak ya udah anterin,"
"Sip sama-sama! Eh iya, ini puter balik di mana ya?"
"Maju dikit aja Pak, di depan jarak 5 rumah ada lahan lapangan basket, bisa puter di situ,"
"Okeee!"
"Makasi sekali lagi Pak Arya,"
"Iya sama-sama, makasi juga udah nemenin makan bubur,"
Ayu mengangguk lalu ia pun turun dari mobil. Begitu Ayu menutup pintu dari luar, gue langsung menjalankan mobil, menuju lapangan basket yang tadi Ayu bilang.
Sukses memutar dengan baik, ketika gue balik melewati rumah Ayu, gue kaget pas liat si Ayu masih di depan pagar, sama cowok dan kayaknya mereka lagi berantem.
Asli, gue gak mau ikutan dah ini mah. Tapi... gue mendadak nginjek rem pas liat Ayu ditampar sama cowok itu.
Wah, gak bisa dibiarin ini.
****
TBC
Thank you for reading
Dont forget to leave a comment and vote this chapter xoxoxo
Ps: sorry baru update lagi, huhuhu baru sempet aku~ makasi banyak buat kalian yang masih nungguin cerita ini, peluk jauh dari aku 🤗
Pss: kalian pernah baca cerita aku yang Tante Mer? Aku ada kabar baik, Tante Mer akan aku buat sequel heheheheh seneng gak?
Nih spoiler tipis-tipis-nya hahahah
Nanti aku kabarin lagi yaa karena rencananya sih publishnya bukan di wattpad ✌
See you xx
30 April 2022
Selamat Hari Raya Idul Fitri untuk semua yang merayakan
(Ngucapin duluan takut nanti lupa)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top