16. Parents
JOSH
Jo bukan anak gue, hasil pemeriksaan DNA yang kami lakukan sudah keluar, dan di situ tertulis jelas kalau gak ada kecocokan antara DNA kami berdua.
Dan, gue gak tahu Jo anaknya siapa.
"Gak ada yang berubah kan, Josh?" Aca seolah menyemangati gue akan hal ini.
"Aku bermasalah dan itu dari dulu berarti Ca,"
"Gak ada yang tahu, hei, dan inget kan kata dokternya? Kita masih bisa nyoba." Aca masih saja menyemangati gue, sementara gue udah bingung, ngerasa gagal gue jadi laki-laki.
"Yuk, pulang, Jo udah nunggu kita." ajak Aca, gue pun mengangguk, mengikutinya. Saat kami sampai di parkiran, Aca izin menyetir tapi tentu saja gak gue kasih, gue masih sanggup menyetir meskipun dalam keadaan perasaan yang berantakan.
Kami hening selama perjalanan pulang, mungkin Aca ngerti kalau gue lagi gak mood ngomong.
Sampai di rumah, gue langsung ke dapur, ingin mengalihkan pikiran dengan memasak. Di ruangan lain, gue mendengar Aca bermain dengan Jo.
Satu yang gue syukuri dalam keadaan ini adalah gue masih punya Aca, dia gak nyerah sama gue dan malah makin semangat buat dukung gue kalau kami akan punya anak, entah kapan.
"JOSH!" lamunan gue terhenti, baru saja Aca membentak gue dan gue baru sadar, sup yang gue masak kering, gue bahkan gak sadar dapur sudah dikelilingi asap.
"Gosh! Kamu kenapa bengong sih sayaang?"
"Ca? Malem ini keluar yuk?" ajak gue.
"Iya ayok, tapi kamu temenin Jo sampe tidur ya? Akhir-akhir ini kamu gak banyak waktu sama dia."
Gue mengangguk kecil.
"Ini gosong, kita makan apa dong?" tanya gue, karena mood masak gue sudah hilang.
"Beli lah Josh, gampang udah." Aca membersihkan huru-hara yang terjadi di dapur akibat ulah gue.
Sementara gue berjalan ke ruangan sebelah, terlihat Sus Dina sedang menemani Jo makan.
"Jo masih laper?" tanya gue, sekarang gue sama Aca sepenuhnya ngomong pake Bahasa Indonesia ke Jo, biar dia ngobrol Inggris-nya di sekolah aja.
"Full!" serunya dengan nada lucu,
"Yaudah kita main di samping, mau?"
Jo mengangguk antusias. Dibantu Sus Dina untuk turun dari high-chair-nya, gue pun menuntunnya berjalan ke halaman samping. Tempat di mana ada kolam ikan yang dilengkapi dengan air terjun mini.
"Fish! Jo suka fish, daddy!" kebiasaan, anak ini selalu mau ngobok kolam ikan.
"Nyemplung kamu, Nak!" gue menarik Jo disaat yang tepat.
Jujur, meskipun gue bilang ke Aca kalau perasaan dan perlakuan kami ke Jo gak akan berubah apapun hasil tes DNA tapi tetap saja dalam hati gue bertanya-tanya, siapa sebenarnya dia?
Yang gue dan Aca rawat nih anaknya siapa?
"Josh yokk, mau makan?" gue menoleh ketika Aca bergabung dengan kami.
"Kamu pesen apa sayang?" tanya gue.
"Nasi kebuli, kamu doyan kan?"
Gue mengangguk, ini cewek magic sih! Dia kaya bisa gitu baca pikiran gue. Aseli gue emang lagi mau makan itu.
"Yuk! Jo sama Sus Dina sebentar ya? Dad mau makan dulu, boleh?"
"Iya Mami!" ujarnya menurut.
Sekarang, Jo beneran full manggil Aca dengan sebutan mami, Aca terharu tentu saja. Gue awal-awal juga seneng banget, anak gue manggil Aca mami tanpa disuruh, tanpa dipaksa, dan bener-bener kemauan anaknya. Tapi sekarang, tahu kalau Jo bukan anak gue? Gak ngerti kaya semua yang kami lakuin tuh sia-sia gak sih?
Aca menggandeng Jo ke dalam rumah sementara gue menyusul mereka, Aca dan Jo naik ke lantai dua, sementara gue langsung menuju ruang makan.
Aca sudah menyiapkan semua makanan, dan banyak banget sumpah. Ini siapa yang mau abisin?
Tak lama, Aca sudah turun, bergabung bersama gue.
"Kamu beli banyak amat?"
"Yeee emang Sus Dina gak makan? Mbak gak makan? Pak Pardi di depan gak makan?"
"Ohhh kamu beli buat semua?"
"Iya, tadi udah ditawarin tapi katanya kita aja duluan makan, padahal bareng aja yak?"
Gue mengangguk, ini salah satu kesamaan gue dengan Aca, kita seneng kalo makan tuh rame-rame, tapi gak ngerti kenapa, yang kerja sama kami malah gak mau, sungkan mulu. Heran!
"Yaudah makan, biar aku bisa temenin Jo terus kita keluar ya?" ucap gue.
"Siap, yok makan!"
Kami berdua mulai makan, lagi-lagi diam, khusyu makan biar cepet beres. Makin cepet gue berduaan aja sama Aca, makin bisa keluar semua unek-unek di pikiran ini.
Ketika gue selesai makan, gue diam sebentar, menunggu Aca.
"Dah sana kamu langsung ke Jo aja, biar aku udah makan langsung siap-siap."
"Oke!" sahut gue. Beranjak dari kursi makan gue naik ke lantai dua, masuk ke kamarnya Jo.
"Bapak mau temenin Non Jo?" tanya Sus Dina.
"Iya Sus,"
"Yaudah Pak, saya tinggal ya?"
Gue mengangguk, membiarkan Sus Dina keluar dan gue menggantikan posisinya di samping Jo.
"Daddy ndak kerja?" tanyanya.
"Libur sayang,"
"School aku banyak liburnya, kok kerja Dad engga?"
"Soalnya Daddy kan udah gede,"
"Ohhh gitu ya?"
"Jo bobok yuk, udah malem sayang,"
"Iya!" Jo memiringkan tubuhnya, memeluk gue, dan tentu saja gue membalas pelukan anak manis ini.
Membawanya ke dada, Jo yang mungil terpeluk dengan sempurna, dan entah kenapa gue merasa hangat. Walaupun gue tahu Jo bukan anak gue, tapi liat dia mau meluk gue sebelum tidur ini, rasanya bahagia juga.
Gosh! Kenapa sih gue nekat pengin tahu Jo anak siapa. Jadi kan begini, gue ngerasa gimana yaaa... ah susah dijelasinnya.
Yeah, meskipun ada sedikit penyesalan, tapi setidaknya gue lega karena tahu kebenarannya. Dan untuk Aca, sekarang gue mau nyoba segala cara supaya bisa ngasih dia anak.
Lord! Dia gak pernah menuntut apa-apa dari gue, jadi kayaknya sudah sewajarnya gue memberikan apa yang benar-benar dia inginkan.
Jo sudah terlelap di pelukan gue, pelan-pelan gue melepasnya, lalu memperbaiki posisi selimutnya agar ia tetap hangat meskipun sudah gak gue peluk.
Setelah memastikan Jo aman, gue keluar kamar, beralih ke kamar gue dan Aca. Di dalam kamar terlihat Aca duduk di depan meja riasnya, dia sudah sangat cantik sekali.
"Mau langsung berangkat?" tanyanya.
"Aki ganti baju dulu sebentar, bajuku bau gosong, sayaang!" jawab gue, membuat Aca tersemyum. Ia beranjak dari kursi yang didudukinya, mengambilkan baju ganti untuk gue.
"Ca?"
"Iya sayaang?"
"Makasi yaa, tetep ada di samping aku meskipun kondisi kita begini,"
"Aku sayang sama kamu, Josh! Jadi aku mau tetep di samping kamu apapun kondisinya!" ucapnya tegas.
Gue tersenyum, lalu memeluk Aca erat sekali sebelum akhirnya ia mendorong gue pelan, melerai pelukan kami.
"Ayok!"
Gue mengangguk. Kami pun keluar dari kamar, berjalan bergandengan tangan menuju mobil yang terparkir di garasi. Satpam di depan rumah langsung membukakan pintu begitu melihat lampu mobil gue menyala.
"Kita mau kemana?" tanya gue. Asli, ini gue yang ngajak keluar tapi Aca maksa pengin nyetir, katanya dia mau bawa gue ke suatu tempat.
"Nanti juga tahu!" serunya.
Gue tersenyum, mengangguk, percaya aja sama dia. Ketika Aca menyetir mobil ke arah luar Jakarta, kening gue agak sedikit berkerut, penasaran gue mau diculik kemana sama Aca.
Ketika mobil masuk ke tol jagorawi gue sudah bisa menebak. Aca nih orang Bogor, kayaknya gue bakalan diculik ke puncak ini sih.
Karena ini bukan hari libur, jalanan jadi gak macet. Sumpah, super banget ke puncak gak kena macet. Magic!
Aca memarkirkan mobil di pinggir jalan, lalu keluar mengajak gue untuk singgah di warung tenda.
Gue masuk ke bagian dalam warung ini, agak aneh sih, gue gak pernah soalnya mampir ke warung beginian.
"Kita kan udah makan, ngapain ke sini?" tanya gue ketika Aca bergabung.
"Aku pesen minuman kok, gak pesen makan,"
Gue mengangguk mengerti,lalu tak lama kemudian, mas-mas penjaga warung datang dengan nampan yang di atasnya terdapat dua gelas minuman berwarna pink. Gue tahu ini apaan, susu jahe merah.
Well, padahal gue ngajak Aca keluar tuh bayangan gue ya kami ke bar, minum-minum buat keluarin semua unek-unek gue. Eh, malah diajak ke puncak cuma buat minum susu jahe merah. Dah lah!
"Aku tau perasaan kamu lagi gak baik-baik aja," ucap Aca tiba-tiba, membuka obrolan.
Gue diam, memilih menyesap minuman hangat ini untuk sekadar menenangkan diri.
"Josh?" panggil Aca, gue mendongkak untuk melihatnya, ia sepertinya sama dengan gue, kami sama-sama kalut.
"Aku mau Ca, ngasih semua yang kamu mau, sumpah!"
"Engga, poin kita malem ini bukan itu Josh, tapi soal Jo, aku gak mau kamu jadi beda sama dia. Gosh! Dia gak tahu apa-apa,"
"Aku gak beda sama dia,"
"Tapi aku ngerasa, kamu... duh gimana ya aku jelasinnya?"
Gue diam tak menyahuti, apa Aca nih tau apa yang gue pikirin ya? Ngeri juga.
"Di mata Jo, kita orang tuanya, let's keep it that way, gak ada ruginya kan?" ujar Aca, gue mengangguk kecil.
"Kita jadi kaya orang tua yang gak punya anak, membesarkan anak yang gak punya orang tua," ceplos gue.
"Bukan gak punya, tapi belum, dan... Jo kan anak kita sayaang!" koreksi Aca.
Gue kembali menyesap minuman hangat ini. Lalu melirik ke Aca. Mendadak gue ngerasa bersalah karena membawanya ke posisi ini.
"Ca, sekarang apapun yang kamu mau coba, aku ngikut. Aku gak akan mangkir, aku gak bakal minun-minunan beralkohol ataupun makan makanan yang gak sehat. Aku mau nurut kamu," kata gue.
"Maksudnya? Kita mau coba lagi?"
Gue mengangguk yakin. Sembari menyiapkan diri untuk mengikuti semua proses dan treatment yang akan dijalani nanti.
"Minta dokternya banyak treatment di aku aja, kan aku yang bermasalah, kamu gak usah lah perutnya disuntik-suntik, kasian,"
"Ya kita tanya dokternya aja baiknya gimana. Sama, ini loh Josh, kemaren Atta bilang ke aku soal Kakaknya yang terapi akupuntur gitu, mau nyoba?"
"Mau, selama sama kamu, aku mau nyoba apapun!"
Aca terlihat tersenyum, gue membalas senyum itu sambil mengulurkan tangan untuk menggengam tangannya.
"Makasi yaa Josh!"
"Aku yang makasi. Dari awal kamu milih aku, mau ada di samping aku bahkan di situasi kaya begini, aku beruntung banget, jadi makasi yaaa!"
Lagi, Aca tersenyum. Gue tahu senyumnya gak 100% senyum bahagia, ada kepahitan di sana. Dan gue janji, gue bakal mengubah senyuman itu jadi senyum yang hanya berisi kebahagiaan.
"Gak usah balik yuk? Cari hotel deket sini aja, nginep di sini, gimana?" ajak gue.
"Boleeh, tapi Jo gimana?"
"Ada Sus Dina, santai aja,"
Aca mengangguk setuju. Gue menarik napas dalam-dalam, mencoba mencerna semua satu-satu. Gue menerima kalau Jo bukan anak gue. Sekarang, gue harus berjuang lebih keras lagi biar bisa punya anak biologis.
Huh! Semoga Tuhan mempermudah jalan gue.
***
TBC
Thank you for reading
Dont forget to leave a comment and vote this chapter xoxoxo
Ps: sorry bgt yaa ninggalin cerita ini lama banget! Semoga kalian masih ada yang mau baca hehehe, luvv xx
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top