14. Curhat

ACA

"Mami? Aca ganggu gak?" Tanyaku melalui sambungan telepon.

"Gak ganggu sayang, kenapa? Tumben banget kamu telepon suaranya gini? Josh kenapa sayang?" Tanya Mami Carina, Maminya Josh.

"Aca bingung mau ngomong apa Mi," Kataku.

"Di Jakarta ini masih jam setengah tiga pagi. Kamu gak tidur? Atau kamu habis berantem sama Josh?" Tanya Mami.

Aku diam. Selama dua tahun pernikahan aku dengan Josh, aku gak pernah ngadu macem-macem sama Mami. Josh balik mabuk? Aku diem. Josh kebanyakan kerja, aku diem. Josh marahin Jo? Aku diem. Jadi terasa aneh untuk pertama kalinya curhat sama mertua sendiri.

"Emm, gitu lah Mi. Aca sama Josh gak pernah seribut ini sebelumnya." Kataku.

Ya, apa yang aku harus ributin kalau selama ini Josh adalah sosok yang baik, yang perhatian, penyayang, pengertian, dan semua hal yang dibutuhkan cewek tuh ada di dia. Gak, aku gak pernah ribut sama Josh karena kita saling mengerti.

"Mami percaya sama kamu Ca, kamu bisa ngadepin Josh selama ini dan gak pernah ngeluh pun Mami salut sama kamu. Jadi kalau sekarang ada yang mau kamu tumpahin, gak apa Ca, Mami ngerti." Ucap Mami Carina di kejauhan sana, suaranya terdengar lembut dan memenangkan hatiku.

"Aca sama Josh ribut soal anak, Mi." Kataku akhirnya.

"Kenapa sayang? Bukannya kalian lagi program?"

"Ga-gagal lagi, Mi." Air mataku langsung keluar begitu saja dan aku jadi tak sanggup melanjutkan ceritaku. Aku hanya bisa menangis.

"Aca, sayang. It's okay. It's okay sweetheart, gak apa, mungkin emang belum rezeki kamu sama Josh." Ucap Mami menenangkan tapi aku tak sanggup membalas ucapan itu, aku sibuk menangis dan air mataku pun sepertinya ingin tumpah semua.

"Aca sabar aja sayang, kita udah usaha tapi kan keputusan tetep dari Tuhan, Sayang. Soal anak tuh bener-bener urusan Tuhan, mau kita udah nyoba kaya apa juga kalau belum dikasih, ya emang belum sayang. Kita cuma bisa sabar dan berdoa, usaha tentu saja." Ucap Mami.

Aku masih diam, belum mampu untuk menyahut sepatah kata pun.

"Emang Josh ngebet banget mau punya anak Ca? Dia neken kamu terus apa gimana? Sampai kalian ribut?" Tanya Mami Carina.

Aku akhirnya mencoba menenangkan diri, agar bisa menjawab pertanyaan itu dengan baik.

"Jo-josh santai, Mi. Malah, Josh yang bilang untuk istirahat dulu, gak usah nyoba lagi." Kataku akhirnya.

"Terus?"

"Aca Mi yang pengin buru-buru punya anak. Emm, umur Aca bentar lagi masuk kepala 3, Mi. Aca takut." Kataku jujur.

"Sayaang, gak apa-apa. Emang problem kalau udah kepala tiga baru punya anak? Engga sayang, tenang aja. Sekarang tuh udah banyak teknologi yang memudahkan." Jelas Mami Carina.

"I-iya sih, Mi. Tapi.... tetep aja, Aca takut. Takut beneran gak bisa ngasih anak buat Josh."

"Aca sayaang, kalau Josh gak nuntut macem-macem, kamu juga jangan mikir macem-macem sayaang. Kadang pikiran kita sendiri loh yang menyesatkan. Padahal kalau dibawa santai, ya santai aja, gak jadi masalah."

Aku diam. Aku tahu Mami Carina pasti bilang begitu. Karena aku gak cerita sepenuhnya. Soal Josh yang mau cari donor sperma.

"I-iya Mi, mungkin Aca yang terlalu over thinking ya Mi?"

"Gak apa sayang, mungkin kamu gini juga karena hormon, kan? Kamu gak salah karena pengin punya anak cepet. Tapi... Semua kembali ke Tuhan ya sayang yaa. Berdoa aja jangan putus. Tuhan pasti denger doa kita." Ucap Mama Carina.

Tapi masalahnya... aku kan gak percaya Tuhan ya?

"Mi, makasih yaa udah mau dengerin cerita Aca."

"Iya sayang, ini masih malem kan di sana? Ayok kamu tidur lagi."

"Iya Mami, maaf yaa ganggu."

"Gak apa-apa, Ca. Kalau ada masalah lagi, jangan sungkan buat telepon Mami, ya?"

"Siap Mi, byee!"

"Bye Aca sayaang." Mami memutus sambungan telepon barusan.

Aku duduk di kasur, menarik napas panjang pelan-pelan untuk menenangkan diri. Setelah tubuh dan pikiranku tenang. Aku keluar dari kamar, kembali ke kamarku dan Josh.

Ketika aku membuka pintu, Josh yang sedang duduk di kasur langsung melirik ke arahku. Ia turun dari kasur dan berjalan mendekat, lalu memelukku erat sekali.

"Maaf, maaf aku udah kasih saran yang bego. Gak pake otak banget emang aku. Maaf ya Ca." Bisiknya di telingaku kemudian terasa bibirnya mencium rambutku.

"Aku juga minta maaf, terlalu push kamu buat punya anak." Kataku.

Josh melepas pelukannya, namun kedua tangannya masih ada di bahuku. Ia menatapku tajam, lalu mendekatkan diri.

Ketika bibirbya menempel di bibirku aku merasakan kembali sensasi tersengat listrik seperti dulu saat kami belum menikah.

Aku merangkulkan tanganku di lehernya dan Josh pun mengangkat tubuhku ke gendongannya sehingga aku bergelayut di tubuhnya bagian depan.

Membawaku ke kasur. Ia merebahkan ku kemudian sibuk membuka piyama yang aku kenakan. Karena sudah tidak mengenakan bra pada malam hari, tentu saja Josh langsung memainkan buah dadaku. Membuatku mendesah karena sentuhannya itu.

"Emhh, enak sayaang." Bisikku pelan seraya memainkan rambutnya.

Mulut Josh masih bermain di buah dadaku sementara tangannya sudah turun ke bawah dan menarik celana piyama model pendek yang kupakai ini.

Setelah celanaku terlepas, lidah Josh beranjak dari dada turun ke bawah, membuatku sedikit menggeliat karena sentuhannya yang sangat basah itu.

Bermain di bagian bawah, sentuhan Josh itu selalu memberikan sengatan-sengatan untukku. Membuatku mendesah tak karuan. Apalagi ketika jari-jarinya sudah ikut bermain.

"Ohh shit, ehmmm, terus begitu sayaang." Pintaku ketika jarinya terus bermain dan aku mulai merasakan sinyal-sinyal gelombang kenikmatan ku akan datang.

Josh benar-benar memenuhi permintaanku, ia bahkan tak berhenti ketika kedua tungkai kakiku menjepitnya di bawah sana.

Ketika gelombang kenikmatan itu berlalu, pelan-pelan aku membuka kedua kakiku lalu sedikit menarik tangan Josh untuk membantuku duduk.

Kini giliran aku yang mendorong Josh agar ia berbaring, lalu aku menarik lepas celana katun pendek yang ia pakai, ia sendiri melepas kaus yang masih menempel di tubuhnya.

Gosh, aku sudah lupa kapan terakhir aku mengulum milik suamiku ini. Kami berdua terlalu sibuk dan entah lah, aku bahkan gak ingat apa saja yang kami sibukkan sampai lupa memberikan sex yang baik untuk pasangan.

Like... karena udah nikah sex jadi cuma sekadar sex aja gitu. Yang penting keluar.

"Oh gosssh!" suara desahan Josh ketika aku memasukkan semua miliknya ke dalam mulutku membuatku semangat melakukan ini.

Asli sih, ini kalau Josh keluar karena ku-blowjob juga aku rela kayanya.

Memainkan tangan di bola-bolanya, lagi-lagi Josh mendesah.

"Ehmm, Caaa!"

Kini tanganku memainkan miliknya sementara lidahku turun ke bawah dan tiba-tiba Josh menarikku, memutar tubuh kami hingga kini dia yang berada di atas.

Aku menarik wajahnya dengan kedua tanganku agar bisa mencium bibirnya. Gosh! Kok bisa aku lupa bibirnya seenak ini?

"I love you, Ca." ucapnya pelan di sela-sela ciuman kami. Lalu di bawah sana, aku merasakan miliknya sudah siap, dan dengan satu gerakan, Josh menekan miliknya dan aku refleks meremas rambutnya.

"Oh gosh!" desahku.

Josh bergerak dengan ritme yang teratur, mataku tak lepas memandang wajahnya. Sambil sesekali mencium bibirnya.

Gerakan Josh stabil, dan ketika ia mempercepat gerakannya pinggulnya itu, aku langsung merasakan terjangan gelombang kenikmatan. Membuat tubuhku sedikit melengkung dan memeluk Josh dengan kedua kakiku.

"Oh God!"

Josh tersenyum, ia berhenti sejenak untuk mencium bibirku. Dan saat kami berciuman, ia kembali bergerak.

Aku menarik diri dari ciuman ini, lalu mendorong Josh agar ia berbaring sambil mengatur posisi berada di atas.

"Gosh, I love the view." ucapnya pelan tepat sebelum aku menuntun miliknya masuk ke dalamku.

Kami berdua sama-sama mendesah ketika miliknya sudah masuk.

Tangan Josh bermain di dadaku ketika aku bergerak naik turun dengan teratur. Sesekali melakukan gerakan maju mundur.

"Gosh! Gila lu! Enak banget!" maki Josh pelan, membuatku tersenyum, makian itu seperti menyulut adrenalinku untuk terus bergerak bahkan lebih cepat dari yang kulakukan ini.

"Ini kalau aku keluar boleh gak sih? Gilak, gak kuat aku sayaang," tanyanya.

Aku mengangguk, tentu saja. Aku juga sudah merasakan sengatan klimaks berikutnya.

Josh memutar tubuh kami, kini ia berada di atas lagi, membuka kedua tungkai kakiku lebar-lebar. Ketika memasukan miliknya, aku langsung mendesah dan tanpa aba-aba, Josh bergerak dengan ritme yang sangat cepat.

"Oh shit! Ohhh, ohhh, ohhh!" desahku tak karuan.

Josh terus bergerak, makin lama makin cepat sampai akhirnya tubuhku menegang dan aku merasakan ledakkan klimaks, dan detik berikutnya, Josh menekan miliknya dalam-dalam, kurasakan cairan hangat miliknya yang menyembur di dalamku.

Kami berpelukan erat sekali, aku menghujani ciuman kecil di setiap tubuh Josh yang mampu terjangkau oleh bibirku.

"Gosh! Aku sayang banget sama kamu Ca! Jangan cari orang lain ya, please!"

"Kamu yang nyuruh aku sama orang,"

"Goblok banget emang aku ya? Maaf!" ucapnya terdengar sangat tulus.

Aku mempererat pelukan ini. Semoga Josh tahu, kalau aku juga gak mau kehilangannya.

Mungkin, keraguan pernah mampir di pikiran kami. Tapi sekarang aku yakin, aku memilihnya dan aku tidak salah pilih.

Josh terbaik.

*****

TBC

Thank you for reading
Don't forget to leave a comment and vote this chapter xo xoxo

Ps: gilak lama juga ya aku vacum? Heheheh udah kelarin satu kontrak cerita di platform sebelah jadi balik nulis di sini, semoga kalian belum lupa sama cerita Aca-Josh-Arya yaaaa

Yok kalian yang mau baca boleh mampir ya ke akun Dreame/Innovel aku, banyak cerita baru di sana, dan ada cerita lama yang udah dipindah juga. Cusss

Username-nya sama kok. Kadallilah dengan double L di depan.

See you there

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top