13. Gosh!
JOSH
Gue terbangun dengan kepala yang super sakit. Asli, gue gak inget gimana caranya gue bisa tidur di kasur dalam keadaan bersih, nyaman dan dipeluk Aca. Yang gue inget, gue muntah-muntah di pinggir jalan kek anak ABG baru kenal alkohol. Gilak!
Memeluk Aca erat, gue menunduk sedikit untuk mencium rambutnya.
Sambil memeluk, gue memikirkan kembali apa yang gue ucapkan ke Arya semalam. Gue sadar betul apa yang gue minta ke dia. Gue tahu itu salah, tapi.... gue cuma mau Aca happy. Udah, itu aja.
Melihat jam di dinding, gue tersenyum kecil saat melihat waktu baru menunjukan pukul 3 pagi. Gila, bisa juga gue bangun jam segini.
Gue masih memeluk Aca dalam diam, sambil memikirkan bagaimana nasib pernikahan ini karena masalah yang gue hadapi. Gue mungkin salah jika berniat memasukan Arya ke dalam pernikahan kami, tapi... dari awal gue merasa Arya memang bagian dari hubungan gue dan Aca.
Yak, cerita Arya dan Aca gak berakhir saat gue dan Aca menikah. I think their love story still in fase 'to be continued', maybe.
Gosh gue gila!
Gila!
Waktu Arya mundur dan membiarkan gue maju buat deket sama Aca aja Aca marah setengah mampus sama Arya. Apalagi sekarang kalau gue berani-beraninya secara sembunyi-sembunyi bawa Arya ke hubungan ini?
Dikulitin hidup-hidup gue keknya sama Aca.
Dini hari ini, gue sibuk dengan pikiran gue sendiri. Ya, gimana kalau gue gak bisa kasih anak buat Aca? Gimana kalau treatment yang kami terima selama ini gak cukup buat gue bisa membuahi Aca, bahkan dengan bantuan teknologi?
Gosh!
Dan di satu sisi, gue juga jadi penasaran, apa benar Jo anak gue? Yaa, meskipun itu gak mengubah apapun. Karena pada dasarnya gue akan tetep sayang sama Jo. Tapi, gue pengin tahu. Kondisi gue ini dari dulu atau cuma sekarang aja?
Kalau misal Jo memang benar anak gue, seenggaknya gue ada harapan untuk punya anak sama Aca kan?
Gue mencium Aca lagi. Galau dengan semuanya.
Ternyata, menikah gak bikin masalah berkurang yaa, yang ada malah nambah masalah. Gosh!
Gak, gue gak sedang mengeluh nikah sama Aca. Gue mengeluh kenapa kondisi begini pas gue sama orang yang bener-bener gue sayang. Kenapa ada masalah tuh bukan pas dulu aja? Pas sama Rara. Kenapa ini malah pas gue sama Aca, orang yang harusnya gue bahagiain malah gue kecewain.
Aca bergerak dalam pelukan gue dan matanya pun terbuka perlahan, ia langsung melirik gue dan gue pun mengembangkan senyum.
"Makasih," Ucap gue lembut lalu mengecup pelipisnya.
"Kamu kenapa gak tidur?" Tanyanya, ia sedikit mendorong gue, mungkin biar bisa liat gue jelas.
"Kebangun sayaang,"
"Kamu kenapa mabuk, Josh? Kan kamu tahu kita lagi program."
"Sorry!" Kata gue.
"Maaf yaa, belum berhasil lagi. Mau coba lagi bulan depan atau istirahat dulu?" Ya, Aca ternyata haid lagi. Yang artinya, usaha kami kemarin gagal lagi, untuk ke 4 kalinya.
Biasanya, dokter nyaranin untuk istirahat dulu. Tapi kemarin-kemarin kita mau langsung coba terus. Sekarang? Kayaknya capek yaa, bukan gagal sekali dua kali, tapi empat!
"Istirahat dulu ya sayang? Kamu emang gak capek perutnya disuntik terus?"
"Udah biasa kayaknya, hehehehe."
"Kalau istirahat gak apa?" Tanya gue.
"Kok nanyanya gitu?"
"Abis kamu udah bilang kebiasa, makanya aku nanya, kalau istirahat dulu gak apa-apa gak?"
"Yaudah gak apa."
"Kamu mau punya anak banget, maaf ya belum bisa."
"Emang kamu gak mau punya anak banget?" Aca membalik pernyataan gue.
"Mau, cuma aku gak mau yang terlalu maksa loh, kebayang pas kaya gininya, pas gagal sakit. Sering nyoba kan jadi sering sakit hati karena gagal."
Aca diam.
Gue tiba-tiba kepikiran rencana semalem. Ini kalau gue tawarin Aca sama Arya, dia ngamuk gak ya? Gosh, kalau Aca emang beneran mau punya anak banget dan secepetnya, ya gue beneran rela deh kalau posisi gue diganti sama Arya.
"Aku bingung harus ngomong apa sama kamu, Sayang." Kata gue pada akhirnya. Aca masih diam tapi ia menatap mata gue tajam.
"Aku sebel sama diriku sendiri, kesel kondisinya begini. Bikin kamu kecewa, kaya... mau bahagiain kamu aja susah banget ya?"
Aca tetap diam, jadi ya... mungkin ini kesempatan gue buat ngobrol sama dia dari hati.
"Waktu aku mangkir buat cek kondisi, aku tuh takut, dan yaa buktinya gini kan? Hasilnya sama aja. Dan, ya itu... gagal terus."
"Ya kan seenggaknya kita usaha." Ucap Aca, akhirnya dia buka suara juga.
"I know, tapi mungkin emang jalannya gini sayang, kita berdua dulu. Mungkin emang ditakdirin hasil yang kita dapet gak sesuai sama usaha kita yang udah sungguh-sungguh."
Jujur, program sampai 4 kali tuh maunya Aca. Gue pas udah gagal di percobaan ke 2 udah hopeless banget sama diri sendiri.
Yaps, dua tahun lebih nikah dan sudah 4 kali gagal IVF. Kebayang kan emosi jenis apa saja yang kita berdua rasakan?
Lagi-lagi Aca gak buka suara. Dia mengurai pelukan ini dan berbalik memunggungi gue. Mendekat, gue peluk dia dari belakang.
"Ca, sayaaang. Kalau kamunya kepikiran terus kaya gini. Malah jadi beban gak sih?"
"Aku mau punya anak Josh!" Ucapnya pelan.
"Ya sama, aku juga mau kok. Kita juga udah usaha. Terus harus apa lagi aku?"
"Kamu santai karena kamu udah punya Jo!"
Gue melepas pelukan ke Aca. Menggeser, berbaring menghadap atas. Gak nyangka Aca bisa mikir kaya gitu. Padahal, gue sendiri ada di posisi ragu apakah benar Jo adalah anak gue?
"Kamu tahu dokternya bilang apa soal kondisi aku. Kamu tahu kita udah nyoba, dan itu gak cuma sekali. Tapi kalau belum berhasil ya mau gimana Sayaang?"
Aca tak menyahut.
"Kalau emang kamu mau banget punya anak, sedangkan kondisi aku masih begini. Emmm, gimana kalau kita cari donor sperma aja?" Dan rencana itu pun keluar. Cuma yaa, lebih halus kan ya? Gue gak spesifik siapa si donatur sperma tersebut.
Aca langsung berbalik, menatap gue tajam dengan pandangan setajam belati.
"Ke-kenapa?" Gue jadi terbata karena deg-degan. Mencoba duduk di kasur, biar gak aneh posisinya.
"Aku mau punya anak, ya anak kamu lah! Gila kali ya nyuruh nyari donor sperma!" Nada suaranya marah. Dan entah kenapa, emosi gue juga kesulut.
"Ya terus gimana? Aku harus apa? Kita udah program, treatment segala macem udah dicoba! Harus apa Ca? Coba kamu bilang aku harus apa?!"
Mata Aca merah, ia seperti menahan agar air matanya tidak keluar.
"Kamu mau banget punya anak. Sama, aku juga. Tapi ya aku emang gak semaksa kamu ya Ca! Mungkin... mungkin kita berdua saling sayang, tapi... kita berdua gak cocok kali ya? Bisa jadi... harusnya kamu sama Arya sih, kalau kamu sama dia... mungkin dia bisa ngasih apa yang kamu mau kan?"
"Kamu ngomong apa?! Kenapa bawa-bawa Arya?!" Aca sudah bangkit sekarang. Dini hari dan kami ada di sisi kasur masing-masing, saling meluapkan emosi.
"Ya... mungkin kalau kamu sama dia, kamu gak bakal kaya gini."
"Sinting! Aku milih kamu Josh!"
"Siapa tahu kamu salah pilih. Kita semua manusia tempatnya salah kan?"
"Kamu mau nyerah sama pernikahan ini?" Tanya Aca, nada suaranya tercekat.
Gue menggeleng. Gosh! Gue gak mau gagal lagi.
"Aku sayang sama kamu, aku mau kita tetep ada di pernikahan ini. Tapi.... kalau kamu mau cari kebahagiaan di luar, sesuatu yang gak bisa aku kasih ke kamu. Ya... kamu boleh ngapain aja Ca, semerdeka kamu. Yang penting kamu bahagia."
"Apaan sih? Ini kamu nyuruh kita buat open marriage?"
"Kalau kamu emang mau punya anak, ya udah, am happy for you siapapun yang bakal jadi ayah biologis dari anak kamu nanti."
"Sinting kamu, Josh!" Aca berbalik, berjalan keluar kamar dan membanting pintu keras sekali.
Gosh!
Mau bahagiain Aca aja kenapa susah banget sih??
******
TBC
Thank you for reading
Don't forget to leave a comment and vote this chapter
PS: dikarenakan aku sedang on-going cerita di platform INNOVEL, maka dengan ini kusampaikan kalau TO BE CONTINUED aku tunda dulu penulisannya ya?
Tenang, ceritanya mulai di sini, ya bakal ending di sini juga.
Aku mau duluin project di Innovel karena di sana kan kontrak ya? Jadi aku beresin sana dulu, biar gak ada tanggungan.
Buat kalian yang mau mampir, boleh loh. Ada Alternate Timeline: Timun Mas yang lagi on-going
Dan menyusul nanti WINGMAN juga bakal publish di sana (WINGMAN cerita baru yaa, a fresh story with a new universe)
Cus kalau kalian mau mampir boleh banget. Id aku sama: kadallilah
See you there~
Semoga pas aku kembali, kalian gak lupa sama si Aca-Josh-Arya yaa wkwkwkw~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top