11. Cranky

ARYA

Gue heran sama si Aca akhir-akhir ini. Jadi ngamuk mulu. Untungnya, gue sanggup handle amukan dia ini, kalo sampe kedengeran ke Kak Jerry, agak bahaya juga.

"Ca? Kamu kenapa sih? Kayak bukan Aca yang aku kenal." Tanya gue, saat ini gue sedang main ke ruangannya, tadi Ayu chat gue kalau Aca mencak-mencak sama orang HRD.

"Pusing aku, Arr," Jawabnya singkat, jadi gue gak lanjut bertanya.

Membiarkan Aca sibuk di mejanya, gue mulai kerjain tumpukan file yang ada di depan gue ini, tadi Ayu bilang kalau ini semua adalah berkas yang sudah diselesaikan Aca, harus gue cek ulang sebelum dikirim ke klien. Untungnya, sejauh ini sih belum ada yang salah.

"Arr, minum yuk?" Gue menoleh ketika mendengar ajakan itu.

Jujur nih, gue kurang suka minum minuman beralkohol dan gue paham betul ajakan minum yang dimaksud Aca. Urusan minum tuh Josh sih yang juara.

"Emmm? Minum di mana? Masih sore Ca," Tanya gue, ini baru jam 3, astaga.

"Ya udah deh, gak usah."

"Kamu tuh pusing kenapa sih Ca? Sini deh, cerita aja. Daripada kita keluar mending di sini aja, yuk... kita stop dulu kerjaannya." Ajak gue.

Aca mengangguk. Ia bangkit dari kursinya dan berjalan ke arah gue, bisa gue lihat dia gak pakai alas kaki apapun, emang ye... si doyan nyeker.

Aca duduk di single sofa, jadi gue geser ke samping biar deket, biar ngobrolnya enak.

"Kenapa?"

"Aku sama Josh lagi program mau punya anak."

"Ohhh, bagus dong Ca, kenapa malah pusing?"

"Kita berdua tuh disuntikin hormon yang bikin suasana hati gak stabil tau,"

"Kalian berdua?" Tanya gue.

"Iyaa, kalau aku sih biar si telurnya katanya ukurannya pas, kalau Josh biar spermanya jadi banyak, soalnya kata dokter punya dia kurang."

Gue mengangguk. Gak tahu juga gue kalau Josh ada problem, soalnya kalau dilihat dari track-nya kayaknya sih oke-oke aja ya? Wong sama istri sebelumnya aja kan hamil duluan.

"Jadi kalian berdua nih lagi di-treatment?" Tanya gue. Sebenernya gue merasa obrolan ini terlalu pribadi sih. Masa iya gue sampe tahu keadaan sperma sepupu gue sendiri ya?

"Iya, tapi Josh menurut aku kurang istirahat, kamu tahu, dia lagi sibuk ngurus cafe barunya. Di rumah tuh jarang, aku gak tahu selama dia di luar suplemennya diminum apa engga, dan dia udah berapa kali skip setor sperma dan suntik hormonnya." Jelas Aca panjang.

Gue bingung. Gue belum nikah anjir, mau kasih nasehat apaan pula coba ya?

Diam sejenak, gue memposisikan diri ada di kondisi Aca saat ini. Ya, pusing sih pasti, apalagi kalau kumpul keluarga ada aja tante yang tanya 'udah isi belum?' termasuk nyokap gue.

"Gimana ya Ca? Kalau programnya tunggu Josh kelar ngurus resto aja gimana? Kan nanti dia gak terlalu sibuk juga."

"Josh udah janji bakal prioritasin program ini Arr, tapi dia kaya terlalu terlarut gitu sama urusan cafe-nya dan lupa sama apa yang dia janjiin."

Gue garuk-garuk kepala, bingung.

"Yaudah, coba aku ngobrol sama Josh ya? Malem ini dia ada di rumah gak?" Tanya gue.

"Kalau sesuai jadwal sih malem ini dia pulang, soalnya udah 2 hari dia gak pulang,"

"Oke, aku ikut kamu balik ya?"

Aca mengangguk, tapi dia masih keliatan kalut gitu, banyak pikiran. Gue memilih diam lagi, karena tahu ini masalah rumah tangganya, gak enak juga kalau gue mancing-mancing.

Yah, meskipun Aca itu mantan pacar gue, dan bisa dibilang gue masih sayang sama dia, tapi kayaknya gak pantes aja kan gue ngambil kesempatan di tengah-tengah prahara rumah tangganya.

Gue bukan cowok seperti itu sih lebih tepatnya. Dan, gue kan yang pengin Aca sama Josh. Jadi, gak mungkin juga gue merusak rumah tangga mereka.

Asik bengong, ponsel gue bergetar, masuk sebuah pesan.

Josh:
Di mana lu?

Gue melirik ke Aca yang masih melamun, lalu balik ke chatan si Josh.

Me:
Kantor
Why?

Josh:
Malem nongkrong yuk?

Me:
Sip!
Udah rencana malem mau ke rumah lo

Josh:
Jangan di rumah
Di luar aja

Me:
Jadi gue gak ke rumah lo nih?

Josh:
Iye, temu di luar aja kita!

Me:
Sip
Gue lagi sama Aca
Bilang gak nih?

Josh:
Jangan
Ntr gue aja yang laporan

Me:
Oke!

Josh tak membalas pesan, dan gue mandang galau ke Aca. Ini gue bilang apaan dong kalo gue gak jadi ke rumahnya dia?

"Ca?"

"Hemmm, kenapa Arr?"

"Aku balik lagi ke ruangan ya?"

"Eh??"

Gue tersenyum, merapikan dokumen di meja lalu membawanya.

"Jadi kamu ke rumah?" Tanya Aca.

"Emm, liat nanti deh ya Ca? Aku tunggu Josh dateng dulu aja, gimana?"

"Maksudnya?"

"Ya masa aku ke rumah kamu gak ada Josh? Entar jadi bahan omongan orang lagi."

"Oh iya, oke deh, kalau mau ke rumah kabarin ya?"

"Siap Ca, bye!"

Gue keluar dari ruangan Aca, langsung liat Ayu lagi sibuk sama komputernya.

"Permisi, Neng." Ucap gue, membuat Ayu terkaget.

"Duh Pak Arya, saya kira siapa."

"Serius amat lagian Yu?"

"Bu Aca lagi pusing Pak, jadi saya kudu fokus biar Bu Aca gak tambah pusing."

"Bagus, bagus, bagus!" Ucap gue sambil sedikit mengacungkan jempol. Ayu hanya tersenyum, jadi gue pamit balik langsung ke ruangan.

Menyelesaikan semua berkas dari Ayu, ketika sudah waktunya jam balik kantor gue gak langsung beberes meja, nunggu chat dari Josh dulu soal kepastian jadi gak kami nongkrong hari ini.

Leyeh-leyeh di kantor hampir satu jam lamanya, akhirnya handphone gue berdering, masuk satu panggilan dari Josh.

"Heh?"

"Nelepon tuh bilang hallo kek, apa kek! Ucap gue.

"Elah, lebay lu, gue baru mendarat nih, kita ke Cafe punya Patrick aja ya?" Ucapnya, Patrick itu nama salah satu teman gue di SMA, yang kebetulan Josh kenal karena rekan satu profesi.

"Oke, lo langsung otw?"

"Iya, lo juga gih, sekalian pesenin gue yak? Pasti lo duluan yang sampe, kan deket." Pinta Josh.

"Oke, nanti gue foto menu, lo pilih aja."

"Thanks Arr!"

"Oke!"

Sambungan telepon terputus, gue langsung merapikan barang-barang di meja. Close game di laptop dulu sebelum akhirnya menutupnya.

Setelah semua dirasa aman untuk ditinggal, gue langsung turun ke basement, menuju mobil gue yang terparkir di bawah sana.

Hanya sekitar lima belas menit di jalan, gue sudah sampai, langsung memilih tempat di luar supaya bisa merokok.

Sesuai amanat Josh, gue langsung fotoin menu-menu yang tersedia... dan si kampret ini malah milih wiski. Gebleg emang, gak suami, gak istri, sama aje.

Menunggu Josh dengan meja yang sudah penuh, akhirnya bekantan satu ini datang juga. Tampangnya.... gak beda jauh sama Aca.

Astaga, mereka berdua tuh harusnya minum bareng, terus ngobrol dah berdua. Ya gak sih?

"Kenape?" Tanya gue. Josh hanya menenggak minumannya lalu menggaruk-garuk rambut.

"Pusing gue!"

"Sama, bini lo juga pusing."

"Gue tahu itu, dan... itu malah bikin gue makin gak enak sama dia." Ucap Josh, gue bingung nih yaaa. Jadi gue diem aja, menunggu bison ini menjelaskan semuanya dari versinya.

"Aca cerita sama lo kalau gue sama dia mau program anak?"

Gue mengangguk, lagi-lagi, Josh menenggak minumannya.

"Berarti lo tahu kalau gue bermasalah?"

"Emang itu itungannya bermasalah?"

"Iya lah! Udah berapa tahun ini? Gue gak bisa menghamili dia secara konvensional!"

"Konvensional? Bahasa lo, Josh! Tibang bilang ML aja susah amat."

"Ya lo ngerti lah!"

Gue mengangguk, masih membiarkan gorilla satu ini asik dengan minuman dan ceritanya. Sesekali, gue menyesap kopi yang gue miliki.

Sebelum lanjut cerita, Josh memanggil seorang waiters. Segala vodka, tequila, gin-tonic semua dia pesen. Gila!

"Heh! Inget umur! Minum tuh sampe enak aja, enteng, jangan sampe mabuk!" Tegur gue.

"Ya segitu udah, tenang, gue tahu batas mabok gue kok, Arrr."

Lagi, gue mengangguk. Ketika minuman pesanan Josh datang, dia langsung menarik tequila dan mulai menyesapnya.

"Lo tahu gak, udah berapa kali gue sama Aca IVF?"

Gue menggeleng kali ini.

"Tiga, dan tiga-tiganya gagal. Gue gak tega liat Aca tiap malem nyuntik perutnya. Ini gue yang bermasalah tapi dia yang sakit. Lha gue sih tibang minum suplemen-suplemen gitu. Gue ngerasa bersalah sama Aca!"

"Yaa, terus gimana? Kan prosedurnya begitu Josh, kayaknya.... Aca juga gak keberatan kan?"

"Ya tapi gue gak tega. Asli ihh, gue ada di posisi gue takut pulang karena gue gak mau rasa bersalah ini makin besar."

"Lo gak pulang, Aca makin kesiksa karena gak ada lo di samping dia." Tegas gue. Ya, Josh udah janji kan pernikahannya yang ini gak boleh gagal. Jadi harusnya dia telen semua dong itu masalah, hadepin berdua. Gitu kan?

Yaa, kalau tanya gue versi gila sih mungkin gue akan nyuruh Aca minggat aja, kaga usah ladenin ni anak panda satu. Tapi... Josh sepupu gue, dan gue sayang sama Aca. Gue mau mereka berhasil.

"Sperma gue gak cukup bagus buat membuahi Aca, bangke ya? Giliran ama si Rara, kaga direncanain malah hamil. Gak jelas emang hidup ini!" Keluh Josh.

"Yaudah usaha terus, lo juga jangan mangkir kalau mau cek cairan." Ucap gue.

"Gue... gue mangkir karena gue takut bikin Aca kecewa terus."

"Ya terus gimana?"

"Kalo gue minta sperma lo gimana Ar?"

Gue melongo. Oke fix, Josh udah mabuk~

**********

TBC

Thanks for reading
Don't forget to leave a comment and vote this chapter xoxoxox

***

Ayok kalian yang mau baca 4 cerita di atas bisa langsung cuss meluncur ke apps/play store untuk download bukunya yaaa xxoxoxo

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top