10. Program

ACA

Agak susah menyamakan jadwal kosongku dengan Josh. Kalau dia free hari senin, justru senin tuh aku sibuk banget.

"Rabu gimana? Aku bisa kayaknya rabu libur."

"Rabu siang ya?" Tanyaku. Josh mengangguk, dan kami pun sepakat.

Selesai sarapan, aku dan Jo berangkat, diantar supir tentu saja, sementara Josh masih tinggal di rumah, dia sekarang ke resto selalu lebih siang, tapi ya... pulangnya tetep aja malem. Gak ngaruh sih, Josh berangkat pagi atau siang, dia tetep pulang jam 11 malem terus.

"Jo yang baik ya hari ini, jangan bikin Miss-nya repot." Kataku.

Jo hanya diam, ia sibuk dengan ipad-nya.

"Jo, jawab dong," Ucap Sus Dina.

"Iyaa Ty!" Akhirnya Jo menjawab. Aku mengangguk.

Aku banyak diam selama di perjalanan sampai akhirnya kami sampai ke sekolahnya Jo.

"Bye sayaang!"

"Bye Ty!" Serunya lalu Jo dan Sus Dina pun keluar dari mobil, sementara aku lanjut ke kantor.

Di perjalanan aku membuka ponsel, nyocokin jadwal kami dengan dokter yang berjaga, karena aku maunya dokter Teddy, soalnya banyak yang bilang kalau dokter Teddy nih asik. Dan mau denger keluh kesah semua pasiennya, dan kalau konsultasi pun gak diburu-buru.

Setelah chat panjang, berkonsultasi dengan adminnya, dapet lah aku jadwal hari rabu, sesuai dengan jadwal kosongnya Josh, tapi jam 4 sore, gak bisa siang.

Me:
Sayang?
Rabu jam 4 ya?

Josh❤:
Okeee Rabu

Me:
Jam 4 sore

Josh❤:
Iya okeee

Me:
Sip!

Josh❤:
Pulang aku jemput ya?
Aku ada yang mau diomongin

Me:
Kamu gak masak?

Josh❤:
Ini senin sayang
Aku libur

Me:
Oh iya okee
See u

Josh❤:
😘

Aku tak membalas chat terakhir dari Josh karena aku sudah sampai di kantor, beneran kudu siap-siap karena hari ini jadwal meeting sama Kak Jerry dan aku yang presentasi. Matik gak tuh?

Pukul 9 pagi, rapat dimulai dan aku tegang, karena peserta rapat kali ini tuh klien penting dari Kanada. Gak tau deh ini aku bisa apa engga.

"Hei? Kenapa pucet?" Tanya Arya. Ia duduk di sampingku.

"Gak apa, Arr, agak tegang aja."

"Santai Ca, kamu bisa kok pasti!"

Aku mengangguk.

Setelah rapat ini dibuka oleh Kak Jerry, akhirnya aku dipersilahkan berdiri untuk memaparkan semua materi kepada klien.

Sambil menjelaskan, aku mencengkram erat pointer yang kupegang, shit banget lah, tanganku keringetan banget ini.

Aku lega sendiri ketika slide materi berakhir, kemudian aku duduk dan Kak Jerry membuka sesi diskusi.

"Mantep Ca!" Ucap Arya pelan.

"Thanks!" Hanya itu balasanku, karena ada perwakilan klien yang langsung bertanya perihal ini itu. Aku menjawab sebisaku, untungnya Kak Jerry dan Arya membantu, kami bertiga bekerja sama memberikan penjelasan dan syukurlah, klien menerima semua yang kami tawarkan. Gak ada yang ditolak.

"Ca? Urusin ya? Follow up terus biar cepet selesai ya?"

"Siap Kak!" Seruku pada Kak Jerry.

Ketika rapat berakhir, aku langsung buru-buru ke ruanganku. Pengen rebahan bentar di sofa, pusing kepalaku karena rapat barusan.

Begitu masuk ruangan, kulihat Ayu sedang merapikan mejaku.

"Banyak ya Yu?" Tanyaku.

"Banget Bu, ini saya simpen di pinggir kiri ya Bu? Ibu nyicil aja, gak usah semuanya. Kasian saya liat ibu."

Aku tersenyum, ketika aku rebahan di sofa, Ayu langsung pamit keluar. Aku mengurut kepalaku sendiri. Gosh! Kok ya aku mulai kewalahan ya kerja? Padahal kayaknya aku sanggup-sanggup aja tuh.

Dan.... kalau dipikir-pikir kerjaan yang dikasih Kak Jerry atau Arya tuh gak terlalu berat deh. Tapi.... kok jadi begini?

Aku menarik napas panjang, lalu duduk, menyiapkan diri untuk bangkit dan menyelesaikan kerjaan yang sudah ditumpuk di meja itu.

Yuk, Ca, bisa yuk!

********

"Aku udah dapet lokasi," Ucap Josh ketika pelayanan meninggalkan kami.

"Lokasi? Lokasi buat resto maksudnya?"

"Emmm, kalau dari lokasi ini, kayaknya asik dibikin cafe daripada resto. Aku sama Kresna sreg bikin cafe, dan aku juga kepikiran biar resto yang formal ya yang aku pegang langsung aja, biar citranya gak menurun." Jelas Josh.

"Yaudah, di mana?"

"Bandung sama Surabaya."

"Eh? Di luar kota? Dua sekaligus?"

"Mumpung bisa ngurusnya Sayang, toh sekarang aku lagi gak buka kelas masak, bisa lah waktu kosongnya dipake."

Aku mengangguk. Kalau gini, nanti bentrok gak ya sama jadwal program kami?

"Kamu setuju kan?"

"Iyaa, sok aja sih, cuma... kalau ada jadwal program kamu duluin program ya?" Pintaku.

"Siap! Kan kita mau punya anak kan? Aku tahu kok prioritasku yang mana." Ucapnya.

Aku tersenyum, mengangguk. Josh membalas senyumku. Manis.

"Makasi ya, udah ngerti." Katanya.

"Makasi juga, mau kerja sama."

"Hahahah, iya lah harus kerja sama!"

Akhirnya kami berhenti mengobrol, makanan pesanan kami datang. dan karena sudah sangat lapar, kami pun langsung makan dalam diam. Menikmati pesanan makan malam kami kali ini.

Sesekali, aku melihat Josh. Aku gak nyangka bakal hidup begini sama dia. Happy gitu bawaannya. Dia yang santai, gak banyak nuntut, mau ngerti, dan ahhh baik banget lah dia tuh.

Aku jadi gak sabar, pengin liat dia nanti ngurus anak kami gimana. Karena yang aku tahu sih, dia sayang banget sama Jo, jadi pasti anak kami juga bakal disayang kan ya?

Dohhhhh, cepet-cepet napa aku hamil!!

******

JOSH

Ini kali kedua kami datang ke dokter Teddy, dokter pilihannya Aca. Dan agenda hari ini adalah membacakan hasil tes lab kami kemarin.

Dan yang bikin gue melongo adalah, pernyataan dokter Teddy yang bilang kualitas sperma gue yang buruk. Well, dia gak bilang buruk sih, itu gue nangkepnya aja.

Lebih tepatnya gini, dalam setiap cairan yang gue keluarkan, sperma yang hidup tuh cuma sedikit. Dan jumlah itu sangat kurang untuk bisa terjadi pembuahan secara alami.

Pantes Aca kaga hamil-hamil, gue yang bermasalah ternyata. Tapi....

"Dok, kalau ini tuh baru-baru atau dari kapan ya?" Tanya gue.

Lalu, dokter menjelaskan ada banyak penyebab bisa terjadi seperti ini. Mungkin karena gaya hidup yang kurang sehat, pengaruh rokok, dan lain sebagainya.

Tapi dokternya gak bisa jawab kondisi gue ini udah dari kapan. Baru atau dari dulu. Karena hal yang begini gak tahu pastinya. Gitu katanya.

Aca lalu bertanya soal program IVF yang akan kami lakukan, apakah bisa meskipun kondisi gue begini, atau ada treatment khusus dulu.

"Kalau langsung program saya takut tidak berhasil Bu Natasha, mungkin ada baiknya Pak Joshua mendapat tambahan hormon, sekalian kita treatment Bu Aca supaya sel telurnya siap. Jadi sama-sama di treatment agar dalam kondisi yang baik, begitu."

"Oh gitu ya dok? Oke deeh, baiknya aja gimana." Ucap Aca.

Lalu, kami berdua diberi penjelasan soal treatment yang akan kami jalani ini. Suplemen-suplemen yang harus gue konsumsi, lalu apa yang harus disuntikan ke perutnya Aca, dan lain sebagainya.

Setelah selesai, kami berdua pulang, dan entah kenapa, gue ngerasa bersalah sama Aca.

"Sayang?" Panggil gue.

"Ehmmm? Kenapa Josh?"

"Maaf ya,"

"Maaf buat apa?"

"Yaa maaf karena kondisi aku begini, kita jadi susah punya anak."

"Ihh, apaan sih? Kan bukan mau kamu begitu, Josh. Mungkin kondisi kamu begini karena rokok? Kurangin dikit lah sayang." Ucapnya lembut. Ya, sebenernya Aca udah sering nyuruh gue berhenti merokok, tapi... susah banget. Gue gak bisa kayaknya hidup tanpa merokok.

"Iya, aku kurangin."

"Kalau bisa di rumah gak usah rokokan Josh, ada Jo juga, kasian kalau dia kena asap rokok."

"Iya sayang, siap."

Gue lihat Aca mengangguk.

"Sama.... kalo bisa kamu jangan terlalu bergadang. Harus istirahat yang cukup juga kan?"

"Aku usahain buat gak begadang." Kata gue meskipun susah. Apalagi gue lagi proses bikin cafe baru, dua sekaligus. Gue harus mikirin menu yang akan gue jual. Dan... ya kalo gak malem, kapan lagi gue ngurusnya? Sementara saat siang, gue di resto, masak.

Kami sampai di rumah, dan tumben banget, baru jam 7 malem rumah udah sepi.

Kami naik ke lantai dua, gue langsung masuk kamar tapi Aca engga, gue lihat dia masuk kamar Jo dulu. Ngecek kali ya?

Di kamar, gue langsung rebahan. Gosh, jarang banget kayaknya gue, jam 7 malam dan sudah bisa leyeh-leyeh di kasur.

Kayaknya... gue harus sering ambil libur deh. Tapi... Entar resto gue bakal jadi apa? Hahahaha!

Ketika Aca masuk, gue langsung tersenyum. Jujur yaa, adanya Aca di hidup gue itu ngasih vibe positif banget. Gue yang dulu doyan pindah-pindah apartment bahkan kostan, sekarang sudah menetap tinggal di rumah. Gue yang dulu ketemu anak gue cuma sebulan sekali, sekarang bisa tiap hari, sepuasnya.

"Sini dong!" Gue memanggil Aca, menyuruhnya bergabung di kasur.

"Kamar mandi dulu ya? Ganti baju."

"Gak usah, sini aja, nanti kita mandi bareng."

Aca menurut, ia naik ke kasur dan gue langsung menciumnya. Dah lah ya, meskipun belum bisa bikin Aca hamil, tapi ya ML mah harus tetep jalan dong ya?

Ehehehehe~

*******

TBC

Thank you for reading
Don't forget to leave a comment and vote this chapter xoxoxo

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top