Prolog: Tugas Sang Pangeran

untuk pimaika,
pembaca pertamaku.

***

BILA bicara soal kerajaan Centauri, tidak pernah ada topik yang dirasa terlalu hambar.

Rakyat Centauri; tua, muda, kaya, miskin, bangsawan, maupun petani, nyaris semua kalangan menghormati dan mengagumi seluruh anggota inti kerajaan. Maka tak mengherankan bila segala kisah yang terjadi di dalam dinding tinggi dan kokoh kastil di atas perbukitan itu merupakan bahan gosip yang selalu menarik.

Orang-orang di jalan, pertokoan, maupun rumah-rumah minum dapat saja sewaktu-waktu kedapatan tengah membicarakan keluarga kerajaan. Salah satu topik yang cukup tenar adalah tentang kursi tahta di sebelah Raja Cygnus yang tak kunjung menemukan pemilik baru semenjak wafatnya sang Ratu--atau memang sang Raja yang sengaja tidak mencari istri lain.

Ratu Andromeda adalah sosok yang begitu disayangi karena kebaikan dan kedekatan beliau dengan rakyat. Sang Ratu seolah menjadi jembatan antara rakyat dan Raja Cygnus yang--walau bijaksana dan adil selama masa kepemimpinannya--terkenal kaku dan berwatak keras.

Ratu Andromeda menerangi aura di dalam kerajaan, menghangatkannya hingga kehangatan itu menyebar ke luar istana dan memberi pengaruh yang begitu besar terhadap rakyat. Beliau telah memupuk kasih dan kepercayaan dari para rakyat terhadap keluarga kerajaan.

Tidak ada yang menyangka sang Ratu akan pergi begitu tiba-tiba akibat penyakit yang dideritanya. Dan tidak ada yang menyangka pula bahwa sang Raja akan begitu tenggelam dalam duka dan patah hati. Selama ini rakyat menganggap pernikahan Cygnus dan Andromeda hanya didasari kepentingan politik, namun kesedihan sang Raja membuktikan bahwa hubungan keduanya jauh lebih dalam daripada itu.

"Cinta." seseorang berbisik pada rekannya di sebuah rumah minum yang pengap dan riuh, "Siapa yang menyangka Raja begitu mencintai Ratu hingga selama sepuluh tahun sejak kepergiannya, tidak pernah lagi ada perayaan apapun di Centauri?"

Putra tunggal sekaligus pewaris tahta kerajaan Centauri, Pangeran Orion, masih berusia enam tahun ketika Ratu Andromeda meninggal dunia. Kini sudah sepuluh tahun berselang semenjak tragedi itu, dan pesta ulang tahun keenam belas Pangeran Orion akan diadakan tujuh hari lagi. Acara besar pertama yang digelar oleh Raja Cygnus semenjak kematian Sang Ratu ini tentu mengundang simpati dan kebahagiaan dari para rakyat.

"Panjang umur Raja Cygnus!" teriak seorang pedagang di alun-alun kota, ketika selebaran mengenai acara itu disebar dan menimbulkan keriangan di siang hari di musim semi yang cerah itu.

Kabarnya, petinggi-petinggi kerajaan, tokoh-tokoh bangsawan berpengaruh, dan pemimpin-pemimpin dari kerajaan tetangga turut diundang dalam perayaan itu. Semua orang meyakini bahwa pesta itu akan menjadi acara besar yang mampu membangkitkan semangat rakyat Centauri dan anggota keluarga kerajaan. Semangat yang rasanya terkubur lama dalam sepuluh tahun duka. Duka yang sudah saatnya berlalu.

Tidaklah mengherankan bila butik dan toko-toko yang menjual aksesoris pakaian mendadak kebanjiran pesanan. Anak-anak perempuan dari para bangsawan yang diundang ke pesta sibuk mengukur tubuh untuk dibuatkan gaun baru. Para pembuat sepatu kewalahan karena permintaan-permintaan yang membludak. Penjual perhiasan merilis seri-seri baru bertema Orion's Jewel dan para pengrajin sibuk membuat suvenir pahatan wajah Pangeran Orion demi ikut merayakan ulang tahun sang Pangeran.

Sementara itu di dalam kastil, para pekerja kerajaan terlihat jauh lebih sibuk dari biasanya. Persiapan-persiapan harus dilakukan. Dekorasi harus semegah dan seindah mungkin. Makanan dan minuman yang disajikan harus dibuat oleh para koki terbaik. Kamar-kamar tamu istana harus ditata dan dibersihkan.

Di tengah-tengah segala kepanikan dan keriuhan itu, sebuah jendela besar di lantai ketiga Gedung Utara istana terbuka. Dari atas tembok balkonnya, seorang pemuda tampak tengah duduk memperhatikan para pekerja yang lalu-lalang dengan sibuknya di halaman istana.

Pemuda itu memiliki rambut sewarna malam, mengingatkan semua orang akan sang Ratu. Dan sepasang matanya berwarna biru, sebiru laut dalam, warna mata yang selalu mengingatkan semua orang akan sang Raja.

Pangeran Orion mendesah pelan dari tempatnya duduk, mendadak merasa agak tertekan. Baru semalam dia tak sengaja mencuri dengar kepala pelayan wanita memarahi salah satu staf yang salah memesan lusinan buket bunga untuk hiasan di aula utama.

"Seharusnya biru dan perak! Sudah berapa kali kubilang untuk mencocokkan dengan warna resmi Kerajaan Centauri!"

Walaupun bunga-bunga itu berwarna  merah muda dan kuning cerah sekalipun, Orion tidak akan peduli.

"Yang Mulia, selempang bahu Anda." seorang pelayan pria berdeham, menyadarkan Orion dari lamunannya.

Orion beranjak dari tembok balkon dan masuk kembali ke dalam kamarnya yang luas dan mewah. Dia berdiri di hadapan si pelayan yang memegangi selempang panjang berwarna perak dengan hiasan bordir benang emas di tepiannya. Selempang indah itu kemudian dipasangkan ke bahu sang Pangeran, ujung-ujungnya dimasukkan melewati ikat pinggang lalu disematkan menjadi satu di bagian pinggang bawah-kanan, melengkapi atribut atasan seragam biru gelapnya. Kemudian setelah si pelayan memperbaiki kerah seragam dan merapikan ujung-ujung celana putih Orion yang sedikit terlipat, dia menegakkan diri dan tampak bangga atas hasil karyanya, "Anda tampak tampan, Yang Mulia."

Orion memandangi pantulan dirinya di cermin. Poni pendek yang biasanya sedikit menutupi dahinya ditata hingga tersibak di satu sisi, memberikan kesan yang formal dan berbeda dari biasanya.

"Apakah ini semua perlu? Aku hanya akan bertemu Ayah, bukan?" Orion bertanya pada pelayannya.

"Pertemuannya akan diadakan di Ruang Tahta, Yang Mulia. Kebetulan, rapat baru saja selesai jadi akan ada beberapa menteri yang hadir." si pelayan menjawab.

Orion mendesah lagi, "Ini soal perayaan ulang tahunku?"

Si pelayan mengulum senyum, "Mungkin beliau akan menyampaikan hal lain yang cukup penting, Yang Mulia."

Orion mengernyit sedikit mendengarkan perkataan pelayannya, namun dia tak sempat bertanya lebih lanjut karena seseorang mengetuk pintu kamarnya.

"Masuk."

Salah seorang ksatria membuka pintu dan mengumumkan, "Yang Mulia, kehadiran Anda sudah dinanti Raja Cygnus."

Orion mengangguk, dan setelah memastikan sarung tangan putihnya terpasang sempurna, dia meninggalkan kamarnya, diikuti dua ksatria yang sedari tadi berjaga di depan pintu.

"Kalian mendengar bocoran tentang apa pertemuan ini, Victor, Stefan?" Orion bertanya kepada dua ksatrianya sembari menuruni tangga berkarpet biru.

"Tidak tahu, Yang Mulia." Victor yang berambut pirang menyahut sigap, "Kami bertugas di lantai tiga belakangan ini, bahkan rekan kami tak ada yang mengetahui. Para pelayan, mungkin... tetapi kami cukup kesulitan memilah antara berita yang bisa dipercaya dan gosip kalau itu berasal dari mereka."

"Ah." Orion mengangguk paham, "Tentu. Apalagi setelah insiden antara kau dan Louisa, salah satu pelayan baru itu."

"Tapi itu..."

"Itu benar, Yang Mulia." Stefan--yang berwajah tegas dengan rambut cokelat pendek--ganti menjawab sementara mereka menyeberangi halaman tengah istana menuju bangunan utama, "Victor belajar dari pengalaman untuk tidak segera mempercayai gosip pelayan sejak mereka mengatakan bahwa Louisa menyukainya, dan Victor memutuskan untuk nekat menyatakan kepada gadis malang itu bahwa dia tak keberatan menjadi kekasihnya, yang berujung pada penolakan mentah-mentah karena kenyataannya Louisa sudah punya tunangan."

Orion dan Stefan menahan tawa, sementara wajah dan telinga Victor memerah.

Namun keinginan menertawai kepolosan Victor itu segera sirna ketika mereka tiba memasuki koridor Gedung Utama istana. Setibanya di depan Ruang Tahta, ksatria yang menjaga pintu memberi hormat kepada Orion sebelum salah satunya mengetuk dan mengumumkan ke dalam ruangan, "Pangeran Orion telah tiba."

Pintu kayu besar berdaun lebar itu terbuka, dan Orion melangkah masuk. Seiring langkahnya di atas karpet menuju ujung ruangan tempat ayahnya duduk di singgasana, pandangan-pandangan yang berasal dari para menteri yang menghormat di kiri dan kanannya terasa begitu intens, membuat Orion risih. Dia tak pernah menyukai perhatian yang terlalu berlebihan terhadapnya. Karena itu, seluruh kesibukan menyangkut hari ulang tahunnya ini baginya benar-benar siksaan.

"Salam, Yang Mulia Raja Cygnus, Raja dari Centauri." Orion membungkuk hormat di hadapan ayahnya.

"Anakku." Raja Cygnus mengangkat tangannya sebagai tanda untuk Orion agar menegakkan diri, "Aku memanggilmu ke sini untuk menyampaikan beberapa hal terkait ulang tahunmu."

Raja Cygnus berdiri. Sebuah mahkota emas bertabur batu-batu berharga menghiasi puncak kepalanya. Rambut abu-abunya disisir rapi ke belakang. Dia mengenakan seragam kerajaan biru-perak yang senada dengan milik Orion, hanya saya dilengkapi dengan mantel biru panjang dan beberapa medali yang tersemat di dada kirinya. Ayahnya tampak agung.

"Perayaan ulang tahun keenam belasmu akan diadakan tujuh hari dari sekarang, dan pada saat itu, aku ingin kemunculan publikmu. Pintu gerbang istana akan dibuka dan penduduk kota bisa masuk ke halaman, dan kau, Orion, akan memberikan pidato singkat kepada mereka."

Orion merasa perutnya mendadak mulas.

"Pidato, Yang Mulia?" dia mengulang, takut salah dengar.

Cygnus tersenyum tipis, "Benar. Pidato pertamamu di hadapan rakyat Centauri. Kau akan menyampaikan rasa terima kasihmu atas dukungan para rakyat terhadap keluarga kerajaan selama ini, juga perasaanmu tentang acara besar yang diselenggarakan untuk pertama kalinya, setelah sepuluh tahun lamanya."

Orion mendongak mendengarkan perkataan itu dan menangkap sekilas sorot sendu yang terpancar di sepasang mata biru milik ayahnya ketika mengungkit soal itu.

"Saya mengerti, Yang Mulia." Orion memutuskan untuk menelan kembali pertanyaan yang sudah berada di ujung lidahnya.

Ayah tidak akan muncul di hadapan publik?

"Dan satu hal lagi." Raja Cygnus berkata. Kesenduan yang tadi sempat menyelubungi matanya telah sirna, "Tentu kau sudah mengetahui bahwa kita mengundang tamu-tamu dari beberapa kerajaan tetangga yang telah menjalin kerjasama baik dengan Centauri."

"Ya, Yang Mulia."

"Dan kau tentunya mengetahui tentang kerajaan Eridanus?"

Orion mengerjap. Maksudnya adalah kerajaan penghasil wol dan kain-kain terbaik di seluruh penjuru kontinen itu?

"Tentu saja, saya banyak mendengar tentangnya sebelum ini." Orion menjawab.

Ayahnya mengangguk, "Kali ini tamu kehormatan kita adalah Raja Castor dan anak perempuan bungsunya, Putri Carina."

Orion pernah beberapa kali bertemu dengan Raja Castor. Pada kunjungannya dua tahun lalu, dia datang bersama anak laki-lakinya, namun Orion belum pernah bertemu dengan anak perempuannya.

"Mereka akan tiba besok dan menginap di Sayap Barat selama tujuh hari, hingga pesta perayaan ulang tahunmu." jelas Cygnus, "Dan aku ingin kau mendampingi Putri Carina selama kunjungannya di sini."

Lagi-lagi, Orion merasakan semacam gejolak di dasar perutnya yang lebih dahsyat dari ketika ayahnya memintanya berpidato di hadapan publik.

"Pendamping?" Orion tak mampu menyembunyikan nada horor dalam suaranya.

Kerja sama politik?

Kemungkinan menjalin aliansi?

Raja Cygnus mengulum senyum.

"Raja Castor sudah seperti saudaraku sendiri. Tentu hal yang wajar bila aku mengharapkan keturunan-keturunan kami juga sama dekatnya. Kuharap kalian bisa menjadi teman mulai dari sekarang."

Orion bisa mendengar kasak-kusuk di antara para menteri yang menyusul kata-kata ayahnya itu. Sejujurnya, ingin sekali rasanya memprotes berat permintaan ayahnya yang menurutnya terlalu muluk itu, namun tidak sampai hati melakukannya di hadapan umum seperti sekarang.

Maka, setelah menyuarakan kesanggupannya--dengan berat hati--dan berbalik untuk keluar dari Ruang Tahta setelah dipersilakan, Orion menghela napas panjang. Dia tahu seorang pangeran tidak sepantasnya menggerutu atau membuang napas terang-terangan di hadapan orang lain, namun dia tidak bisa menahannya.

Orion memijat puncak hidungnya. Victor dan Stefan yang mengawalnya kembali ke Gedung Utara saling melirik dengan cemas.

"Yang Mulia, apakah Anda baik-baik saja? Perlukah kami memanggilkan dokter istana?" Victor menanyai Orion dengan khawatir, menyusul langkah-langkah panjang milik sang Pangeran yang memasang ekspresi lelah campur menyerah.

"Teh." gumam Orion dengan lesu, "Suruh pelayan untuk mengantarkan teh ke kamarku. Aku butuh menenangkan diri."

👑


character art by taratjah

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top