Episode 12 / Keresahan Hati
"Jadi, Elios ingin membawa Afya dan dua temannya pergi study tour lagi?" Papa bertanya, sembari memotong steak dengan pisau.
"Iya, paman. Saya ingin membawa mereka study tour. Dan tentu saja semua hal tentang izin sekolah dan perlengkapan telah diurus sponsor kami dari 'Restoran Goulaires Dos', kakak saya."
Mama dan Papa mengangguk, lalu saling lirik. Beberapa detik kemudian, Mama berkata, "Bisa tambahkan informasi dan alasanmu membawa anak-anak di minggu pertama sekolah, Elios? Karena bagiku melakukan study tour di waktu seperti ini kedegaran tidak masuk akal,"
Dengan tenang Elios menjelaskan sambil kami menikmati sarapan. Semua skenario itu, entah dia berkata jujur atau tidak, tapi dia terlihat seperti aktor profesional di mataku.
"Baiklah, sepertinya itu masuk akal..," Mama terdiam, memegang dagunya. Ia diam beberapa saat, hingga ia mengangkat tangannya dan menunjuk Lucius.
"Bisa kamu tambah kursi di kapal? Kami ingin Afya didampingi kakeknya. Lagipula, sepertinya kalian saling kenal."
Elios menyanggupi permintaan itu, dan setelah itu tidak ada pertanyaan lagi dari kedua orangtuaku.
Sihir macam apa yang digunakan biang solusi ini? Aku bertanya dalam hati sembari memperhatikan Elios yang ingin menangis bahagia mencicipi masakan Mama.
"Aku punya firasat ini tidak akan berjalan dengan baik," gumamku dengan mengecilkan suara.
***
"Sebenarnya Papa merasa aneh sejak kamu selalu pergi study tour sekali sebulan, tapi Mama bilang kalau itu untuk membuatmu mandiri."
Kami dalam perjalanan ke Restoran Goulaires Dos. Lucius dan Elios yang duduk di kursi belakang sejak tadi bercerita dalam kubah pelindung agar Papa tidak mendengar hal-hal tentang dunia paralel.
"Tapi kamu tahu kan kalau tidak baik bagi anak perempuan berada di luar rumah dalam waktu yang lama? Itu yang selalu Papa katakan padamu beberapa waktu sebelumnya," Suara Papa terdengar cemas, terus melihat ke jalan raya yang mulai dipenuhi kendaraan.
"Aku tahu, Pa. Sebenarnya aku juga tidak ingin sering-sering pergi seperti ini, tapi aku—" aku terdiam. Apa yang kukatakan ini? Bisa-bisa aku keceplosan tentang dunia paralel!
"Tapi apa?" tanyanya balik, menginjak rem saat bertemu lampu merah.
Sial, aku salah bicara. Batinku panik. Aduh, harusnya aku tidak terjebak dalam perangkap Papa tadi! Dia selalu memakai cara itu kalau Mama mendapat paket online dua kali seminggu—
"Afya! Ada yang ingin kutanyakan," Elios memegang pundakku dari belakang, memotong pembicaraan.
Splash! Terdengar suara meletus, Elios menggunakan teknik menghentikan waktu miliknya dalam radius satu kilometer.
"Kenapa harus menghentikan waktu? Kau tahu teknik ini akan menguras banyak tenaga, Elios," sahutku heran, menoleh ke Papa yang masih menatapku penuh pertanyaan—beku bersama waktu.
"Ini kulakukan agar kau tidak perlu berpikir panjang untuk menjawab pertanyaan ayahmu. Akan kupastikan dia tidak akan ingat pertanyaannya tadi, dan kau harus rileks. Oke?" jawab Elios panjang lebar. Lucius yang tidak terkena teknik itu menatapku sesaat, lalu mengangguk.
"Ini cara terakhir yang dapat kau lakukan dengan kalungmu saat keadaan genting. Lebih tepatnya, teknik ini memberimu kesempatan kedua." Lucius menjelaskan sedikit, lalu kembali ke posisi awal.
Aku hanya bisa mengangguk, kembali menghadap ke jalan raya. Dua menit lagi waktu akan berjalan, dan Papa akan melupakan pertanyaannya—setidaknya itu harapanku sekarang.
Maafkan aku, Papa, Mama. Aku tidak ingin misi ini diketahui oleh kalian—tidak sekarang, tapi suatu saat nanti. Saat aku siap menghadapi yang terburuk untuk melindungi kalian dari ancaman dunia paralel.
***
Please support me by vote and follow! {^~^}
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top