Bloody Love

Odelia Dormont wanita cantik yang besar tanpa sosok ayah dan ibu. Dia tumbuh menjadi sosok wanita yang tangguh di salah satu panti asuhan di salah satu kota indah Inggris, Yorkshire.

Dia adalah wanita yang manis dan juga mudah berteman. Namun semua itu sirna, saat dia patah hati dan kecewa atas kecurangan yang dilakukan Aiden Maxwell__suaminya.

Pria yang berjanji setia dan akan membahagiakannya. Mereka berpacaran selama lima tahun, lalu menikah. Dan selama itu Odelia sudah menemani setiap momen Aiden, mereka bersama-sama membangun sebuah restoran yang resepnya semua Odelia yang menciptakan.

Tapi nyatanya, pria itu pergi meninggalkan janji yang diucapkan. Mungkin sebuah kalimat yang didengar Odelia benar.

"Jika kau jatuh cinta maka percayalah bukti nyata yang ada, bukan meminta bukti."

Odelia tersenyum miris mengingat semua kenangan indah yang menjadi racun dalam hidupnya.
Dan racun itu membuatnya hidup sampai sekarang dia akan bisa melepaskan kenangan pahit itu.

Suami yang berselingkuh dengan wanita lain, lalu meghinakan dirinya yang tidak bisa memberikan ketenangan untuk rumah tangga mereka.

****

Musim dingin yang tiba membuat hampir semua pengunjung cafe Maxwell memesan hot chocolatte dan beberapa memesan Yorkshire pudding.
Salah satu pengunjung masuk membuat bel pintu cafe berbunyi.
Tak sadar salah satu pria yang ingin buru-buru keluar menabraknya, pria itu terkesima akan senyuman yang terbit dari wajah bagaikan bunga mekar itu.

"Maaf, apa kita pernah bertemu sebelumnya?" Wanita itu seolah mengingat dan dia menggelengkan kepalanya.

"Ah... aku tinggal di didekat sini, mungkin kau pernah melihatku." Wanita itu tersenyum lembut menyihir tatapan pria didepannya.
Pria itu meneliti wanita cantik nan menggoda didepannya itu.

Cantik
Memiliki senyum yang menggoda
Dan kulit mulus bagaikan porselen.

"Sir, are you oke?" tanya wanita itu dan pria tersebut menggelengkan cepat kepalanya.

"Sorry," kata Pria itu lalu pergi begitu saja meninggalkan kafe miliknya.
Seringai dari wanita itu mengiringi menghilangnya tubuh Aiden, pria yang gagah dan sangat tampan meski umurnya sudah tidak lagi muda.

***

Setelah pertemuan pertama itu wanita yang terus mengusik ketenangan hati dari Aiden tersebut sering datang hanya untuk bersantai. Pernah sekali Aiden tertangkap basah sedang mengamati wanita itu.
Entah kenapa Aiden seolah tertarik pada pesona wanita berambut blonde itu.

Rambutnya yang bergelombang menambah kesan seksi pada diri si wanita.
Dengan memberanikan diri Aiden menghampiri pelanggan kafe yang sangat membuatnya tertarik itu.

"English breakfast special untuk pelanggan setia kafe kami." Aiden tersenyum penuh pesona pada wanita itu dan si wanita menurunkan majalah yang sedang ia baca.

"May I," tanya Aiden untuk duduk dan wanita itu tersenyum kembali.

"Of course Mr.Maxwell." Wanita itu menegakkan tubuhnya menyambut kehadiran Aiden.

"Kau tahu nama ku?"

"Ah tentu saja, aku pelanggan setia kafe ini jika kau lupa."

"Hem begitu. Tidak adil rasanya jika aku tidak mengenal namamu."
Wanita itu mengulurkan tangannya dan Aiden menyambut itu dengan antusias.

"Kau bisa memanggilku dengan Deyna." Saat tangan mereka bersentuhan ada getaran aneh yang mampu dirasakan Aiden. Lama tangan mereka saling bertaut, memberikan percikan-percikan aneh yang membuai keduanya.

"Ah maaf Mr.Maxwell aku harus segera pergi kerumahku, karena harus memanggil tukang yang akan membenarkan pintu yang rusak."

"Kau tinggal disekitar sini bukan?"

"Ya, tidak jauh dari kafe ini. Hanya beberapa blok saja."

"Mari aku antar, aku akan membantumu membetulkan pintu itu." Deyna terlihat takjub dan dia kembali tersenyum.

"Terimakasih Mr.Maxwell apa kau tidak apa meninggalkan kafe?"

"Tentu Ada pekerja ku yang mengurusnya."

Aiden memberitahu pada pelayan kafe jika dia harus pergi, sementara Deyna menunggu diluar cafe tersebut.
Karena rumah Deyna tidak terlalu jauh, maka mereka hanya berjalan kaki menuju rumah tersebut.

Mata Aiden tidak pernah lepas mengawasi gerak-gerik Deyna yang sangat mempesonanya.
Dia berpikir apakah dia mulai menyukai wanita ini? sepertinya wanita ini juga sama dengannya. Terlihat dari bagaimana cara wanita ini tersenyum dan merona saat Aiden menatapnya lekat seperti saat ini.

"Ini rumah ku, ayo masuk." Deyna membuka pintu rumahnya dan Aiden ikut masuk kedalam.
Dia terpesona sekali lagi saat Deyna melepaskan mantel hangat dan hanya menyisakan blouse tipis berwarna putih. Rambutnya yang tadi tergerai dia ikat tinggi membuat leher mulus dan jenjang itu terlihat.

Sungguh indah

Batin Aiden bersuara. Ingin rasanya dia membelai kulit itu dan mengecupnya lembut.

"Mr.Maxwell kau mau kopi atau wine."

"Wine saja jika tidak merepotkanmu." Deyna menggelengkan kepala lalu hilang dibalik tembok pembatas ruangan.
Aiden mengamati ruang tengah rumah minimalis itu yang terlihat sangat rapi dan bersih.

Deyna lalu datang dengan membawa wine dan dua gelas kosong.
"Mana pintu yang ingin diperbaiki?" Deyna mengambil lengan Aiden untuk mengikutinya.
Lalu Aiden melihat sebuah pintu kamar yang terbuka. Tidak mungkin jika Deyna langsung mengajaknya bercinta bukan? Aiden sudah berpikir yang tidak-tidak.

Siapa saja yang dekat dengan wanita ini pasti memikirkan tubuh Deyna. Pikir Aiden.
"Ini pintu yang rusak. Aku tidak bisa menguncinya."

"Baiklah aku akan mengurusnya. Apa kau punya peralatannya?" Deyna mengangguk lalu keluar kamar, dia menuju gudang dirumah itu untuk mengambil perabotan yang diminta Aiden.

Sambil membenarkan pintu itu, Aiden jadi tahu kalau Deyna tinggal sendiri disini dan dia bekerja menjadi seorang jurnalis.
Tapi dibanding menjadi jurnalis Deyna lebih cocok menjadi seorang model pikir Aiden. Dengan wajah menggoda dan tubuh yang indah seperti ini.

Tak lama pintu yang diperbaiki Aiden pun selesai, Deyna mengajaknya duduk di ruang tengah untuk bersantai sejenak.
"Terima kasih sudah memperbaiki pintu kamar saya Mr.Maxwell."

"Itu tidak sulit, tidak masalah."

"Baiklah saya pulang dulu, hari sudah mulai malam juga." Deyna mengangguk lalu mengantarkan Aiden ke teras rumahnya.
Saat Aiden akan pergi Deyna membersihkan sedikit kotoran yang ada di rahang kiri Aiden.

Mata mereka saling menatap satu sama lain. Aiden bisa merasakan kalau dia ingin segera mengurung Deyna dengan kedua lengannya. Hembusan napas Deyna yang begitu memabukkan membuat Aiden semakin kuat menginginkan Deyna.
Dia benar-benar jatuh cinta pada wanita ini.

"Kau begitu mempesona," ucapnya lembut seolah berbisik.
Deyna memejamkan mata saat Aiden menempelkan bibirnya, menyentuh lembut memberikan getaran yang sangat besar pada mereka berdua.
Deyna mengulum senyum saat Aiden melepaskan bibir mereka.

"Aku pergi dulu." Deyna mengangguk dan melambaikan tangannya.

Aiden tersenyum sepanjang jalan kembali menuju kafe, dan senyum itu pudar saat dia melihat seorang wanita berdiri menunggu dirinya di depan teras kafe.
"Casey," panggil Aiden sedikit terkejut.

"Hai sayang. Aku sudah sedari tadi menunggumu, kata pegawai kalau kau pergi dengan seorang wanita?" Aiden menatap manik mata istrinya itu dan mengangguk.

"Ya, aku tadi pergi sebentar dengan rekan bisnis baru ku."

"Oh ya? Dengan berjalan kaki !"

"Tadi kami pergi dengan mobilnya lalu aku kembali menaiki taksi. Aku turun disana untuk mencari udara segar." Alasan konyol Aiden untungnya dipercaya oleh Casey.
"Ada apa kamu kesini?"

"Kita bisa merayakannya di rumah. Ayo pulang." Casey langsung menarik tangan Aiden masuk kedalam mobilnya lalu dia menjalankan mobil menuju rumah mereka.

Setibanya dirumah Aiden langsung membuka pintu mobil. Casey mengikutinya dari belakang untuk masuk kedalam rumah mewah milik mereka.
Casey memeluk Aiden dari belakang membuat Aiden merasa heran dengan sikap manja Casey saat ini.
"Sebentar aku akan menyuruh pegawai untuk mengantarkan mobilku. Kebetulan kuncinya tertinggal di kafe." Casey menjatuhkan ponsel dari genggaman Aiden dan senyum menggoda milik istrinya itu membuat Aiden mengerti.

"Kau sedang dalam mood baik hem...." Aiden bersiap mencium bibir Casey, tapi wanita itu menahannya.

"I'm pregnant," ucap Casey lembut tepat di depan wajah Aiden. Membuat senyuman bahagia terukir diwajah mereka berdua.
Aiden menggendong tubuh Casey menuju kamar mereka.

Sepertinya Tuhan sedang berbaik hati pada Aiden hari ini. Dia merasa kembali jatuh cinta dan dia akan memiliki seorang anak, setelah sekian lama dia menantikannya.

*****

Paginya Aiden bersemangat mengunjungi kafe untuk melihat kehadiran Deyna. Namun, hingga menjelang sore hari Deyna tidak terlihat muncul.
Aiden gelisah menantikan wanita itu. Rasa bibir Deyna tidak bisa dia lupakan.
Aiden pergi kerumah dimana Deyna tinggal dengan membawa mobilnya.

Dia memencet bel rumah dan tak lama keluarlah wajah wanita yang dia rindukan.
"Hai," sapanya membuat Deyna tersenyum.
Wanita itu membuka lebar pintu mempersilahkan Aiden masuk.

Setelah masuk kedalam rumah dia terdiam melihat Deyna yang masih menggunakan piyama tidur yang sangat seksi menurut Aiden. Kain berbahan sutra itu menggoda Aiden menyentuh Deyna.
"Ah maafkan pakaianku, aku tidak enak badan jadi hanya berbaring seharian di dalam kamar."

Aiden tanpa aba-aba menarik leher Deyna dan menciumnya dalam. Deyna memejamkan matanya menyambut ciuman yang menggebu dari Aiden.
Cumbuan itu berakhir dan saat ini Deyna sudah berada diatas Aiden.
Deyna tersenyum sangat menggoda saat mereka selesai mencapai kepuasan bersama.

"Aku selalu berpikir menginginkanmu Deyna. Kau menghipnotis diriku sejak pertama kali kita bertemu." Deyna tidak menjawab, dia hanya menempelkan kembali bibir dan tubuhnya pada Aiden.

"Jadikan aku milikmu Aiden." Kalimat seksi itu keluar dari bibir Deyna di sela-sela cumbuan mereka.

*****

Hari-hari Aiden terasa semakin menyenangkan, dia melarang Deyna bekerja dan semua kebutuhan Deyna akan dipenuhi oleh Aiden.
Aiden bahkan membelikan sebuah rumah untuk Deyna setelah enam bulan mereka merajut kasih.

Deyna benar-benar mengerti membuatnya bahagia. Dia akan memanjakan Aiden dengan cara yang selalu Aiden gilai.
Sementara Casey hanya terus mengomel membuatnya pusing.

Aiden perlahan melupakan istrinya yang sedang hamil. Casey hanya membuat kepalanya berat jika berada didekat wanita yang terlalu manja itu.
Berbeda dengan Deyna yang selalu memanjakannya setiap dia datang.

Perlahan Casey mulai merasa ada yang tidak beres pada Aiden karena pria itu selalu pulang larut dengan alasan banyak masalah di kafe.
Bahkan Aiden sering tidak pulang seminggu ini. Casey semakin mencurigainya.

Dan malam ini Casey akan menunggu pria itu pulang. Dia menunggu hingga jam tiga subuh dengan perutnya yang sudah memasuki usia kandungan enam bulan.
"Kau sudah pulang? Apa kali ini kafe sedang banyak yang harus diurus!?" Casey menjatuhkan airmata karena Aiden hanya diam dan masuk kedalam kamar begitu saja.

"Jawab aku brengsek!" Casey menarik lengan Aiden lalu matanya membulat saat melihat tanda kemerahan dileher Aiden.
"Kau dari rumah wanita mana Aiden?"

"Bukan urusanmu!"

"Tentu urusanku. Kau adalah suamiku, apa kau lupa kita menikah delapan tahun lalu?"

Aiden tidak menjawab, dia sempat melirik perut besar Casey dan menarik napas kasar.
"Kau sedang hamil jangan berpikir macam-macam. Ini hanya bekas kuku ku, aku sedang sangat banyak pekerjaan. Bukankah kita akan membuka cabang baru, karena itu aku selalu pulang larut." Aiden mencium puncak kepala Casey lalu menarik Casey dalam pelukannya.

"Aku takut kau akan meninggalkanku dan anak kita Aiden."

"Aku tidak akan melakukannya." Aiden membawa Casey untuk tidur. Dia masuk kedalam kamar mandi sambil membuka ponsel lalu melihat foto yang dikirimkan Deyna.

Wanita itu berfose sangat seksi membuat hati Aiden menjadi gundah. Dia tidak bisa melepaskan Deyna, tapi dia juga tidak bisa menceraikan Casey. Mereka akan memiliki anak sebentar lagi.
Akankah dia bisa mengatasi ini selamanya?


Karena terlalu sibuk mengurus Casey yang sedang hamil besar Aiden sudah dua minggu tidak bertemu dengan Deyna yang sibuk terus menelpon dan mengiriminya pesan.

Saat Casey sedang diperiksa dokter, Aiden akhirnya mengangkat telpon dari Deyna.
"Hallo sayang," jawabnya.

"Kau kemana saja? Aku sakit tapi kau tidak perduli."

Suara lemah Deyna membuat Aiden sangat khawatir.
"Aku akan kesana sekarang, istirahatlah."

"Aku menunggumu sayang, I miss you."

Aiden mengantarkan Casey yang sudah selesai dengan kontrolnya lalu dia bergegas ingin pergi. Tapi Casey menghentikannya.
"Aiden kau mau kemana?" Casey menarik tangan Aiden.

"Aku ada urusan sebentar."

"Kau tahu Ed, aku merasa kau berubah. Kau selalu tidak nyaman saat didekat ku." Aiden menarik napas, dia duduk disebelah Casey mengecup kening wanita itu.
"Jangan memikirkan yang macam-macam."

"Aku hanya takut jika aku mendapatkan balasan atas apa yang aku lakukan dulu." Aiden terdiam saat Casey memeluknya.

"Kau istirahatlah, aku akan ke Bank sebentar lalu ke kafe." Casey mengangguk, dia membiarkan Aiden pergi.

Mobil Aiden pun akhirnya sampai disebuah rumah bergaya klasik di pinggiran kota Yorkshire.
Aiden membuka kode pintu lalu dia masuk. Deyna menyambutnya dengan pelukan hangat.
"Kau berkata kau sakit," kata Aiden lalu Deyna tertawa. Dia melepaskan kimono yang dia kenakan dan sekarang tersisa lingerie merah menggoda Aiden.

"Aku sakit karena merindukanmu sayang." Deyna memeluk Aiden lagi dengan manja. Aiden melepaskan pelukan itu, dia sudah snagat khawatir tadi dan ternyata Deyna mengerjainya.

"Kau marah karena aku mengerjaimu?" Aiden tidak menjawab, dia hanya diam duduk ditepi tempat tidur.

"Aku merindukanmu, dan kau tidak pernah merespon semua pesan dan telponku." Aiden menutup wajahnya.

"Kau harus mengerti, Casey sedang hamil dan aku harus menjaganya."

"Aku tidak perduli! Apa kau pernah memikirkan itu saat kau meniduriku?" Aiden bangkit dari duduknya ingin pergi namun Deyna menahannya.
Dia memeluk Aiden erat, sangat erat.

"Jangan tinggalkan aku, aku mencintaimu. Apa kau mencintaiku?" Deyna menatap mata Aiden lalu dia melihat Aiden terdiam.
Dia membuka lingerie itu perlahan menggoda Aiden yang menarik napas dengan memburu saat Deyna melepaskan semua pakaiannya.

"Bukankah kau menginginkanku Aiden?"
Deyna membuka satu persatu kancing baju Aiden sambil mencium rahang pria itu. Lalu semua permainan dia kuasai.
Deyna sengaja membuka pintu kamarnya dengan lebar.
Dan Aiden tidak menyadari seorang wanita tengah menatap perbuatannya dengan nanar.

Desahan Aiden membuat seringai Deyna tercetak. "Kau mencintaiku sayang?"

"Oh baby, I love you so much." Deyna memimpin permainan itu dengan sangat erotis dan mematikan.
Mematikan bagi yang melihat ini terjadi.
Casey memegang perutnya karena merasakan nyeri.

Karena Aiden mengubah posisi mereka, disanalah dia melihat Casey tengah berdiri didepan pintu dan kesakitan.
"Casey!" teriaknya langsung buru-buru menarik selimut dan menghampiri Casey.

"Harusnya kau memberitahuku Ed. Bukan bermain dibelakang ku seperti ini."
Casey pergi dengan berlari keluar rumah itu.
Aiden buru-buru memakai pakaian namun Deyna tidak membiarkan semua ini mudah bagi Aiden. Dia berdiri lalu menodongkan senjata tepat di hadapan Aiden.

"Duduk atau aku melepaskannya Aiden Maxwell." Aiden yang terkejut terpaksa duduk dikursi yang ditunjuk Deyna padanya.

"Kau pikir kau siapa bisa sangat mudah mempermainkan wanita huh!?"

"Siapa kau!?" Aiden bertanya dengan posisi tubuhnya yang sudah terikat tali. Deyna benar-benar seolah sudah terlatih mengikatnya dengan sangat ketat.

"Aku selingkuhanmu bukan? Kenapa masih bertanya sayang." Deyna tertawa, Aiden menatapnya tak percaya saat satu nama dilontarkan Deyna.

Odelia Dormont

Deyna tahu raut keterkejutan itu.

"Kau terkejut? Deyna mengambil ponsel Aiden yang berbunyi."

"Silakan ucapkan perpisahan pada istrimu tercinta Ed." Aiden yang tidak mengerti langsung melihat nama di layar ponselnya.

"Hallo Casey, Casey aku ___,"

"Hallo Sir, ini dari rumah sakit ingin memberitahu kalau istri anda mengalami kecelakaan dan keadaannya sedang darurat." Deyna tertawa saat dia sudah memutuskan sambungan telpon itu.

"Deyna lepaskan aku." Deyna hanya tertawa lalu dia menunjukkan sebuah sertifikat tanah dan buku tabungan di bank.
"Terima kasih atas harta warisannya sayang."

Deyna pergi membawa koper besar dan memakai kacamata hitamnya tanpa melepaskan ikatan Aiden.
Sebuah ingatan menghantam Aiden mengingat saat dimana dia mabuk dan menginap dirumah ini.

Deyna menyodorkannya sebuah sertifikat yang dikatakan adalah pengesahan surat pembeliaan tanah rumah ini.
"BRENGSEK!" teriak Aiden. Dia meronta-ronta agar bisa melepaskan ikatan tali ini.

Aiden lalu melihat sebuah tulisan dikaca yang menggunakan lipstik merah.

"This is exactly the same as what you did to my mother. Remember!?"

****

Setelah berjuang hingga lelah akhirnya Aiden bisa bebas dari ikatan tali itu. Dia berlari di sepanjang lorong Rumah Sakit Yorks Hospital mencari dimana ruangan Casey berada.

Dia lalu perlahan membuka pintu menemukan Casey yang sedang terdiam di tempat tidurnya.
"Sayang___," Casey mengangkat tangannya untuk menghentikan apa yang akan dikatakan Aiden.

"Aku sudah tahu apa yang akan kau katakan. Aku mengikutimu semalam karena ada sebuah pesan di ponselku yang mengatakan kalau suamiku sedang berada dirumah wanita lain. Aku merasa tidak percaya karena aku tahu kau mencintaiku. Bahkan kau meninggalkan Odelia, wanita yang sangat berarti dalam hidupmu karena aku.Namun, ternyata setelah aku melihat bagaimana kau menikmati bercinta dengan wanita itu, aku tahu! Kau adalah pria yang sama brengseknya saat kau menghianati Odelia."

"Casey aku dijebak, apa kau tidak mengerti!"

"Dan apa kau tidak mengerti jika kau menyambut jebakan itu Aiden Maxwell." Casey meneteskan airmatanya dia sangat sedih karena harus membalas semua dosanya di masa lalu dengan kehilangan anaknya. Anak yang sudah sangat lama dia nanti kehadirannya.

"Tapi aku harusnya tidak terkejut, karena kau memang pria brengsek Aiden. Kau tidak tahan melihat wanita cantik yang berkeliaran diluar sana." Aiden berlutut disebelah brankar Casey, dia memohon dengan sangat.

"Aku sudah tidak punya apapun selain kau dan anak kita Casey. Tolong maafkan aku."
Casey tertawa sambil mengeluarkan airmata.

"Anak kita!?" Casey kembali tertawa.

"Anak kita yang mana Aiden? Anak kita sudah berada di surga." Aiden langsung berdiri dia melihat perut rata Casey dan wanita itu yang menangis tersedu.
Dia memeluk Casey dengan perasaan hancur.

Inikah balasan dari dosa yang ia lakukan di masa lalu?

"Semua ini salahku, dulu aku menggodamu meski tahu kau dan Odelia sudah menikah. Dan sekarang kau tergoda wanita lain yang tak lain adalah anak Odelia. Oh bukan, bukan hanya anak dari wanita itu tapi aku tahu kau sering berkencan dengan wanita lain diluar sana."
Casey melepaskan paksa tangan Aiden yang memeluknya.
Dia mengingat betapa jalangnya dia dulu.

"Ed kapan kau akan menceraikan istrimu yang tidak tahu diri itu? Aku lelah harus bersembunyi terus Ed."

"Bersabarlah sayang, setelah Odelia melahirkan aku akan menceraikannya."

Casey menutup mata menyesali apa yang telah dia lakukan.
Dia kemudian teringat bagaimana cara dia mengambil Aiden dari Odelia.

"Kau adalah wanita tolol Odelia. Apa kau pikir dia mencintaimu. Dia mencintaiku Odelia, kau hanyalah alat agar dia bisa sukses, suami yang kau banggakan itu sudah tidur denganku. Jika kau tidak percaya kau bisa melihat video ini."

Casey ingat bagaimana hancurnya Odelia melihat video dan foto-foto panas dirinya dan Aiden. Dan tak lama dia mendengar dari Aiden kalau Odelia pergi dari rumah meninggalkan sebuah surat cerai.

****

Seorang wanita dengan gaun hitam yang sangat anggun berdiri disebuah makam sambil memegang sebuah buku diary.
Cassandra Odelia Mark. Itu adalah nama yang diberikan Ibu dan ayahnya.

"Hai Mom, aku membalaskan dendam mu tanpa sepengetahuan Daddy. Aku tidak ingin memberitahukannya kemana aku pergi hampir satu tahun ini. Aku merindukanmu mom begitu juga daddy."

Cassandra menangis tersedu, dia meletakkan sebuah sertifikat tanah dan juga buku tabungan yang ia miliki. Aiden yang bodoh itu tidak tahu selama ini dia menggerogoti harta yang aslinya adalah milik Odelia_ibunya.
"Aku akan menjual kafe itu mom, dan akan memberikan semua uangnya untuk panti asuhan dimana mommy dulu tinggal. Dan maafkan aku karena aku harus membunuh anak mereka yang tak bersalah. Aku memang sengaja merencanakannya mom, aku tahu kau pasti marah padaku atas apa yang ku perbuat. Namun, mengingat bagaimana kau tidak bisa melupakan kenangan pahit itu hingga tidak mempercayai cinta daddy untukmu, membuat tekad ku semakin kuat. Terima kasih sudah menjadi ibu yang luar biasa bagiku mom. Dan aku menyesal karena tidak tahu kalau kau kesepian saat aku ke Amsterdam. Aku tahu, akulah alasan kau melanjutkan hidup bersama daddy selama ini. Aku sangat hancur saat tahu kau memutuskan untuk pergi dari dunia ini mom."

Tak lama sebuah tangan berada dibahu Cassandra. "Kau tahu, kau dan ibumu sama misteriusnya. Pergi tidak pernah bilang dan tiba-tiba hadir seperti ini."

"I miss you dad,"

"Oh i miss you to darling."

"Dad, bagaimana kau bisa terus mencintai mommy meski mommy tidak percaya padamu ?"

"Kau tahu, aku merasa sangat beruntung karena dia mabuk dan tidur denganku waktu itu. Hingga akhirnya kami bersama karena kehadiranmu. Mommy mu tidak pernah bercerita apapun, dia hanya menjadi sosok istri dan ibu yang baik. Dan aku pun mencintainya sepenuh jiwaku tanpa perlu tahu alasan mengapa dia ingin bersamaku."

"Karena cinta sejati adalah saat kau tidak memikirkan alasan apapun saat bersamanya, kau bisa sangat egois karena cinta."

Cassandra tertawa bahagia bersama Moesa Mark.

****

Breaking news of Yorkshire city

Sebuah rumah mewah di tengah kota Yorkshire terbakar akibat istri dari mantan pemilik cafe ternama Maxwell yang sengaja membakarnya.
Kepolisian memberikan informasi jika wanita itu mengalami gangguan kejiwaan, sementara suaminya tidak ditemukan berada dirumah saat peristiwa terjadi.

The end...💋💋💋
By : NadraMahya

Komentar yuk...kalian suka gak kalau aku buat cerita cerpen seperti ini?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top