C h a p t e r 03
Dahiku mengerut dalam saat merasakan tempat tidurku bergerak keatas dan kebawah. Membalikkan tubuh menjadi terlentang, membuka sedikit kelopak mataku dan melihat Kayla tengah melompat di atas tempat tidur dengan wajah senang bukan main.
Ini hari apa sih? Ah, pantesan. Minggu.
Mengerang kesal, aku menunggu Kayla duduk diatas tempat tidur, saat hal yang ku tunggu datang, aku bergerak alami seolah masih tertidur. Menarik tangan Kayla agar tertidur di sebelahku. Aku mendengar suara pekikkan tertahan dari Kayla. Tanganku yang sejak tadi berada di atas wajahnya sejak tadi berusaha di singkirkan, namun selalu ku kembalikan ke tempat sebelumnya, membuat Kayla kesal dan berteriak.
Terkekeh, telapak tanganku mengusak poni Kayla, dan melanjutkan tidur dengan memunggungi Kayla. "Kamu kok malah tidur lagi sih! Ini udah jam sembilan loh!" protesnya dengan menendang tendang punggungku menggunakan telapak kakinya.
"Memangnya kenapa, aku masih ngantuk." Jawabku.
"Ih! Emangnya semalem kalian sampai jam berapa kok kamu masih ngantuk sih!"
"Nggak tau, aku lupa."
"Nggak! Pasti kamu ingat, kamu itu paling jarang lupa, nggak kayak aku yang lupaan terus!"
Tidak menyahut. Aku memilih untuk memejamkan kedua mataku kembali karena sudah mulai merasakan nyaman saat kaki Kayla menedang tendang punggung ku menggunakan telapak kakinya. Tendangan kaki itu berhenti, membuatku menggeram kesal, rasa nyaman nya hilang, di gantikan kekosongan yang benar-benar membuatku tidak nyaman dalam tidur.
"Ayo ih bangun, kita pergi jalan-jalan! Kamu mah ke enakan malah aku tendangin!"
"Males, macet." Menepuk punggung, aku memberikan kode untuk Kayla kembali menendang punggung ku seperti sebelumnya. "Nih, lagi."
"Nggak mau!"
"Yaudah."
"Ih!! Bangunn nggak!"
"Iya, iya!" Merubah posisi menjadi duduk. Menyandarkan punggung pada sandaran tempat tidur dengan kedua mata yang masih terpejam. Aku benar-benar mengantuk, sungguh. "Udah nih."
"Maksudnya tuh kamu bangun langsung mandi, Mamang!"
"Namaku 'kan Randu."
"Iya, maksudnya Randu! Bangun ah! Buran mandi sana!"
"Ngantuk Kay..."
"Ah nyebelin ah! Aku pergi sama Mahendra aja!"
"Yaudah..." merebahkan kembali tubuhku pada tempat tidur, menarik guling lalu mendekapnya erat. "Kalau mau pergi naik motor, kunci nya ada di dekat lemari pakaian tuh." Saat kedua mataku akan terpejam erat, Kayla berteriak keras.
"RANDU! MANDI NGGAK!"
Menggeretakan gigi. "Bawel! Gue cium juga lo lama-lama!" saut ku dengan beranjak dari tempat tidur untuk pergi mandi, meninggalkan Kayla yang wajahnya berubah menjadi kepiting rebus karena sudah ku goda pagi-pagi.
"Mahendra! Kakak lo mesum!"
Teriakan Kayla terdengar sampai ke kamar mandi membuatku terkekeh di dalam kamar mandi.
**
Menatap taman dengan pandangan malas, rasa kantuk masih menguasaiku saat ini. terlebih lagi cuaca hari ini bisa di bilang sedikit mendung dengan angin yang berhembus seenak hati mereka, dan sukses membuatku semakin mengantuk saat ini.
"Kamu masih ngantuk ya?" tanya Kayla.
"Siapa bilang?" tanyaku dengan menguap lebar.
Melirik Kayla yang merengut di tempatnya, aku tersenyum kecil lalu menarik kekasihku itu ke dalam rangkulan hangatku.
"Jangan ngambek."
"Aku nggak ngambek, cuma nggak enak sama kamu."
"Itu sadar, aturan kamu biarin aku tidur."
"Karena semalem ya?"
Melepas rangkulan, pandangan ku menatap lurus air danau yang membentuk gelombang kecil saat di lempari batu. "Nggak usah di bahas, nanti kamu nangis lagi." Membawa tangan dingin itu ke dalam genggaman. Aku menundukkan kepala dan mengusap usap tangan itu dengan hati-hati. "Yang terpenting kamu nggak apa-apa, itu yang membuatku bersyukur."
"Maaf, kamu pasti khawatir banget ya?"
"Siapa yang nggak khawatir, kalau dengar kabar begitu?"
"Maaf..."
"Nggak apa Kay, udah ah! Mau kemana heum?"
"Pulang aja yuk." Jawabnya dengan tersenyum lembut.
"Yakin mau pulang?"
"Iya, habisnya kamu kelihatan banget capeknya, aku nggak tega."
"Udah lah, ayo mau makan atau mau nonton?"
"Mau ke Mall, ada diskon besar-besaran di salah satu store sepatu!" serunya dengan salah satu tangan yang bergerak seolah meninjuk langit. "Let's Go!" serunya, kali ini dengan menarik tanganku terlebih dahulu.
Menatap punggung Kayla, pandanganku menyendu. Ada satu sifat yang tidak pernah ku suka dari Kayla sejak dulu. Walaupun terkadang bisa menghemat uangnya sendiri, Kayla terlalu sering banyak kalap nya saat menerima uang yang di berikan oleh Ayah, Ibu, dan Kakaknya. Jika hanya seratus ribu atau dua ratus ribu, mungkin aku akan diam, tetapi, jika sampai menyentuh angka satu setengah juta hanya untuk satu barang yang sebelumnya pernah di beli rasanya percuma.
Menahan tangan Kayla sesaat kami tiba di Mall. Hari ini aku ingin menunjukkan sisi lain diriku yang lebih tegas dibanding sebelumnya. Kayla menatap kedua mataku dengan pandangan memohon sekaligus memasang wajah imutnya berharap aku luluh dengan tatapan dan wajah itu. mengalihkan wajah. Aku berusaha untuk tidak luluh dengan hal itu. tetapi, saat melirik kearah Kayla, aku melihat Kayla semakin mendekat dengan tubuhku, kedua wajahnya memasang ekspresi yang lebih imut dengan tatapan puppy eyes.
Berdecih, Kayla pikir aku akan luluh dengan hal itu? tidak akan!
"Bro, main mobil legend?" tanya lelaki di sebelahku.
Menggeleng. "Nggak." Jawabku.
Pada akhirnya, disinilah aku, duduk bersama dengan laki-laki lainnya. Menunggu pasangan mereka menyerbu store yang mengadakan diskon di pertengahan bulan. Terkadang aku ingin mengutuk pemilik store yang mengadakan diskon untuk hal-hal yang sama. Tetapi tidak bisa, itu sama saja dengan aku memberhentikan dengan paksa rezeki orang lain. Wajah imut yang Kayla tunjukkan tadi, benar-benar membuatku luluh dan tidak bisa menolah. Menghembuskan napas berat, seharusnya aku berusaha untuk menarik Kayla pergi menuju bioskop dari pada menunggu di sini sampai rasanya bokong ini semakin menipis karena di paksa untuk duduk dan menunggu sampai Kayla selesai berburu.
Memainkan ponsel, aku menatap layar ponsel yang menyuguhkan video seekor kucing dan anjing yang saling meledek satu sama lain membuatku senyum-senyum sendiri, seperti seorang lelaki mesum yang di suguhi pemandangan perempuan yang memamerkan paha mulusnya. Sepertinya aku lebih parah dari 'hanya' melihat paha mulus, karena saat ini aku melihat seekor kucing dan anjing tidak mengenakan pakaian, hanya memiliki bulu di sekujur tubuhnya.
Memikirkan hal itu membuatku tertawa geli di tempatku, bahkan beberapa lelaki yang duduk di dekatku melakukan aksi curi-curi pandang pada layar ponselku yang menyala terang, seolah tak ingin kalah dengan penerangan yang ada di dalam mall.
Beberapa orang pasti berpikir untuk apa aku menyalakan terang ponselku? Mari, biar ku jawab. Terkadang penglihatanku sedikit buruk terlebih di dalam ruangan yang sangat terang menderang padahal masih siang hari.
Jemari telunjuk ku reflek menekan layar ponsel saat melihat sepatu yang digunakan oleh Kayla berada di hadapanku. Sedikit mendongak, aku melihat Kayla yang tersenyum cerah dengan dua paper bag berlogo sepatu di tangan.
"Tada...!" serunya bahagia.
"Apaan?" tanyaku seraya bangkit dari tempat duduk dan menyimpan ponsel ke dalam saku celana jeans. "Ini sepatunya!" ujarnya sekali lagi dengan bibir yang di majukan. Melirik sekilas sepatu yang ku perkirakan untuk ku, aku menghembuskan napas pelan. "Berapa semuanya?" tanya ku.
"Murah kok!"
"Berapa?" tanyaku sekali lagi dengan tangan yang mengambil alih dua papaer bag dari tangan nya, kemudian membawa tangan itu dalam genggaman lembut.
"Seribu lima ratus! (dibaca : Satu Juta Lima Ratus.)"
Jujur, jantungku langsung berdetak tak karuan saat mendengarnya. "Dari berapa?"
"Dari tiga ribu, hehe."
"Kay..." panggilku lembut. "Kamu, besok-besok jangan boros sama uang, kamu nggak akan tau apa yang akan terjadi besok atau nanti sepulang kita dari tempat ini. aku bilang seperti ini bukan karena marah," ekor mataku melihat Kayla ingin membuat pembelaan dengan membuka mulutnya, namun terlebih dahulu ku potong dan memaksa Kayla untuk mendengar penjelasanku sampai selesai. "Aku, seperti ini, bukan karena nggak suka kamu belanja seperti sekarang, bukan. aku nggak pernah melarang kamu untuk menggunakan uang milik mu tetapi aku minta kamu untuk lebih hemat dan memilah, mana barang yang benar-benar kamu butuhkan, mana yang bukan."
Aku bisa melihat, Kayla mengalihkan wajahnya. aku tahu benar jika perempuan ku yang saat ini tidak mendengarkan ucapanku, masuk telinga kiri keluar telinga kiri. Memang sepertinya harus tegas agar jera, pikirku begitu.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top