XXVII
Kaila : Inget, di kantor kita bersikap seperti biasa. Jangan sampe orang kantor curiga.
Orion : Iya.
Kaila : Status kita backstreet dari orang kantor, sampai waktu yang tidak ditentukan.
Orion : Iya, aku ngerti.
Kaila : Gud nite
Orion : Nite too, I miss you already.
Kaila memandangi ponselnya, menilik lebih teliti chat semalam dengan Orion.
Status Available gue ganti jadi taken.
Senyum jumawa yang terbit diwajah Kaila sungguh terlihat mencurigakan bagi siapapun yang melihatnya.
"Seneng amat liat hape," Siera muncul tiba-tiba di belakang Kaila yang terfokus dengan pesan Orion. Gerak reflek Kaila justru tak menguntungkan untuknya. Ponselnya tersungkur ke lantai.
"Selow aja Kai, sampe harus buang hape," ejek Siera. Kaila harus segera mengambil ponselnya, yang ada di pikirannya adalah ia masih belum siap bercerita pada Siera.
"Gue cuman kaget aja, terus reflek lempar hape." Kaila menghela napas tenang setelah berhasil kembali mendapatkan ponselnya.
"Gina ngapain pagi-pagi udah di ruangan Orion?" tanya Siera yang menatap ke ruang Orion. Di sana ia bisa melihat siluet milik Gina dan Orion yang tengah bercengkrama.
"Arisan kali," jawab Kaila asal.
Kaila lebih memilih fokus dengan layar laptopnya kali ini, meski Siera terlihat begitu ingin tahu apa yang dilakukan Gina dan Orion. Ia harus rela menahan rasa penasarannya.
"Kak Kai," panggil Gisel, kalau diingat lagi Gisel sama sekali tak pernah mengungkit kejadian yang dilihatnya malam itu. Ia bersikap seperti biasanya seolah hubungan Kaila dan Orion bukan sesuatu yang menarik untuk di perbincangkan.
"Gue udah submit rekonsel sales ya."
"Makasih, Sel."
"Lima belas menit lagi meeting ya." Anggi menghela napas berat mendengar ucapan Venus.
"Eh tapi Orion kayaknya lagi kasmaran deh, makanya mood dia bagus," sambung Farhan penuh antusias, semangatnya udah kayak semangat ibu-ibu gosip di tukang sayur. "Gue tadi lihat dia jalan sambil senyum-senyum di lobby, terus nggak sengaja ada orang nabrak dia. Dia malah ketawa, sakit kan?"
"Mungkin dia jatuh cinta," jawab Siera. Ia sebenarnya juga penasaran kenapa Orion bisa dengan mudah menebar senyum sepagi ini.
"Gue merinding aja kalau dia kebanyakan senyum, ini horrror." Farhan dengan segala kelebihan ekspektasinya.
Untungnya ada Venus yang mengalihkan pembicaraan, jadi Kaila bisa sedikit lega.
"Kai, tentang ICL gimana?" lanjut Venus. Hari ini sepertinya Venus yang paling bersemangat di antara rekannya yang lain.
"Gue tanya Orion dulu buat memastikan." Kaila berdiri tepat setelah Gina keluar dari ruangan Orion, ia melangkah cepat ke ruangan Orion. Karena sebelum meeting ia harus bisa memastikan perihal ICL.
Kaila mengetuk pintu kaca ruangan Orion lalu menyembulkan kepalanya untuk memastikan jika ia diizinkan masuk oleh Orion.
"Masuk aja." Orion sedang menggulung lengan kemejanya sebelum akhirnya atensinya terfokus pada Kaila yang kini mencoba duduk tenang di depannya.
"Soal ICL, kita nggak bisa proses pembayarannya Pak. Saya berharap transaksi 2017 bisa kita bayar dengan memotong PPH 26 20%," jelas Kaila. Jauh dalam hatinya ia gugup ketika Orion justru tersenyum menggodanya. "Dan perihal Maskapai penerbangan yang menang tender kemarin itu sudah ada hasilnya dari tim Purchasing."
Orion berdehem, tapi tak sepenuhnya menghilangkan senyum manis di wajahnya. "Saya coba telpon orang ICL nanti siang, dan soal Maskapai yang menangani penerbangan untuk loyal customer saya mau lihat detailnya."
Sebenarnya Kaila geram melihat senyum Orion, pria di depannya benar-benar seperti orang kasmaran.
"Pak, jangan senyum terus nanti giginya kering."
"Kering tinggal minum," masih dengan santainya Orion menjawab Kaila.
"Pak, jangan kayak ABG baru jadian dong. Tebar-tebar senyum nggak jelas, biasanya pagi-pagi Bapak udah nanyain report. Ngomel kemana-mana, ini malah senyum-senyum terus." masa baru sehari backstreet udah ketahuan 'kan nggak lucu.
"Terus saya harus gimana?" tanya Orion dengan wajah polos yang entah kenapa terlihat mengejek di mata Kaila.
"Bapak bersikap seperti biasanya, biasanya bapak ngeyel sama saya. Dan jangan lupa, Bapak juga biasanya bikin tensi darah saya naik pagi hari."
"Kalau sekarang saya perbaiki gimana?" senyum di wajah Orion terlihat semakin mencurigakan.
"Nggak usah," jawab Kaila cepat. Ia bisa menebak pikiran konyol yang kadang muncul di otak absurd Orion. "Bapak cukup bertingkah seperti biasanya. Okay?"
"Rileks Kaila," Orion menjentikan jemarinya. "Kalaupun kita ketahuan bagus dong, kita bisa secepatnya ganti status. Dari bos dan anak buah, jadi suami dan istri."
Tangan Kaila memijit pelan pelipisnya. "Kenapa gue bisa punya bos kayak dia, ya?"
"Kenapa memangnya kalau bosnya saya? Kamu harusnya bersyukur punya boss seperti saya." Orion dengan jumawanya menyombongkan diri.
"Saya ini Boss yang perhatian sama anak buahnya, belum lagi saya ini tampan, aura positif selalu terpancar dalam diri saya. Harusnya kamu bangga punya Boss dan pacar kayak saya."
Mungkin Orion kena hepatitis makanya ngawur begini.
"Bapak kayaknya perlu ke pskiater deh," Kaila bergidik ngeri melihat Orion tertawa ringan dengan pandangan yang terfokus kepadanya. "Inget serius, jangan senyum terus."
"Saya senyum cuman karena kamu aja kok."
Kaila melangkah terburu-buru keluar ruangan Orion, takut gilanya Orion semakin parah.
*******
Hari ini adalah hari pertama Kaila menjalani status pacar sungguhan Orion, namun belum genap sehari ia sudah kesal dengan tingkah Bossnya.
Ketika pasangan lain akan memberi sebuket bunga atau mengajak dinner romantis.
Orion justru memberinya Kaktus dan jangan lupa Orion juga mengajaknya lembur, hingga Kaila harus berpuas diri memandangi Kaktus di atas meja kerjanya kini padahal sudah pukul sembilan.
"Nanti kaktusnya takut kalau kamu liatin terus Kaila," Orion sudah duduk di samping Kaila. Sepertinya Orion sudah bersiap untuk pulang, dilihat dari tas yang kini menggantung di punggungnya dengan nyaman.
"Heran aja saya, kok Bapak malah kasih saya kaktus bukan bunga. Nggak usah mawar deh yang bagus, kembang sepatu juga saya seneng." Kaila terlihat seperti gadis putus asa, "Ini malah kaktus, dimana romantisnya coba."
Kepala Orion menggeleng pelan, ia memutuskan untuk duduk di samping Kaila sambil menunggu Kaila mematikan laptopnya. "Saya romantis aja kamu belum tentu sadar."
"Kamu tahu kenapa saya kasih kamu Kaktus?"
Kaila menggeleng pelan, yang jelas ia tahu kalau Orion itu aneh.
Tak ada bunga, Kaktus pun tak mengapa.
"Merawat kaktus sama halnya dengan menjalin sebuah hubungan, susah-susah gampang, gampang-gampang susah. Kaktus tanpa perhatian bisa mati. Cinta yang berlebih juga tak baik. Kaktus bisa hidup dengan sedikit air, tapi tidak berarti bisa kuat hidup jika tidak ada air. Sama halnya dengan sebuah hubungan, bisa terjalin dengan sedikit perhatian, tapi tidak berarti bisa kuat hidup tanpa adanya perhatian."
"Kaktus memang terlihat mengerikan dengan duri-duri tajam yang tumbuh mengelilingi tubuhnya, tapi itu hanya sebagai bentuk perlindungan dirinya dari bahaya luar. Kaktus bukan tumbuhan yang cengeng dengan butuh banyak perhatian dan asupan, serta ia mampu menjaga dirinya dengan baik. Sama kayak kamu, yang tetap tegar dan kuat walau saya sering menekan kamu. Tetap bahagia walau saya kurang perhatian sama kamu dulu,"
Kaila terhenyak, ia tidak tahu jika makna dari sebuah Kaktus bisa sedalam itu.
"Butuh waktu lama bagi kaktus untuk berbunga, sama halnya sebuah hubungan. Tak bisa instan hanya untuk meraih kebahagian, tapi saya percaya. Kalau perempuan itu kamu, kebahagiaan akan jadi buah manis kesabaran saya." Orion menarik tangan Kaila, menggengamnya erat seolah meyakinkan Kaila. Bahwa Orion memang tidak bermain-main kali ini dengan hubungannya.
"Bapak cocok jadi story teller kayaknya," respon Kaila yang di luar dugaan membuat wajah Orion merenggut seketika. Bukan tersipu atau terpesona, Kaila justru menggelengkan kepalanya. "Saya nggak percaya ternyata Pak Orion bisa merangkai kata."
Orion mendengkus kesal, "Untung kamu pacar saya, kalau bukan udah saya mutilasi kamu."
"Karena saya pacar Bapak 'kan makanya Bapak merangkai kata seperti itu." Kaila tersenyum mengejek, puas melihat Orion yang semakin kesal dengannya.
"Pak tadi kita kan bahas Maskapai," ucap Kaila, dahi Orion mengerut. Kenapa Kaila tiba-tiba membahas Maskapai. "Saya ada pertanyaan buat bapak, biar itu muka nggak lurus-lurus banget."
"Apa? Soal term and condition payment nantinya?" Orion kali ini terlihat begitu serius.
"Bukan," Kaila menggeleng cepat. "Maskapai apa yang bisa bikin jantung berdebar?"
"Memang ada?
"Ada."
"Apa?"
"Mas..., Kapai halalin aku?"
Kaila menggerling pada Orion yang sukses ternganga dengan jokes Kaila kali ini.
TBC
Ora's note :
*Filosofi hidup Kaktus ku baca dari gugel, tapi kata-katanya ku bikin romansa lenjeh-lenjeh gitu 😂
Maaaaf yaaa kalau nggak bisa balas komen, bulan ini lagi masa kaget-kagetnya dengan kerjaan heheh.
Boss gue resign, dan penggantinya datang setelah dia resign. Dan kerjaan gue semakin berat T_T
Dan untungnya gue kerja di bidang yang gue sukai, jadi walaupun berat gue tetap menikmati hehehe.
Segitulah alasan gue nggak bisa update normal, mianhaeeee..... =)
#Janganlupabahagia
Salam
Sayangnya Baekhyun.
28-07-2018.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top