XXIII
Gebetan, bukan.
Pacar, bukan.
Mantan, juga bukan.
Lalu kenapa sekarang Orion berlaga seperti kekasih yang sedang merajuk.
Kenapa Orion bisa semenyebalkan sekarang?
"Kaila," Orion memperingati Kaila yang tengah mengobrol dengan Siera.
"Kerja pake tangan, bukan pake mulut!"
Siera menunduk, menutup rapat mulutnya. Sialnya Kaila tak menyadari Orion yang baru keluar dari ruangan Bu Sandra. Setelah Orion pergi melewatinya, barulah mereka mulai interogasi membicarakan Orion yang tengah dilanda badmood.
"Kenapa sih dia?" tanya Farhan. "Udah lama nggak clubing kayaknya, makanya jadi tegang terus kayak gitu."
"Kayaknya sih gitu," Anggi membenarkan ucapan Farhan.
"Nggak ada hubungannya sama lo kan 'Kai?" delik Venus pada Kaila yang kini justru sibuk dengan pikirannya sendiri.
"Apalagi lo sama Boss kan udah sering main drama tuh," sindir Anggi. "Gue nggak yakin sih ini nggak ada hubungannya sama lo. Secara dari tadi dia jadi kaku lagi begitu."
"Nggak ada, emang gue ngapain dia sampai dia jadi sentimen begitu." Kaila menoleh ke ruangan Orion, pria itu masih di sana fokus dengan latopnya. Sementara fokus Kaila terpecah dengan segala macam sikap Orion.
Kaila menatap miris pada kaca yang menjadi pembatas ruangan Orion, ia bergumam pada dirinya sendiri, "Salah gue apalagi sih?"
Pintu ruangan Orion kembali terbuka, membuat yang lain serentak fokus pada laptopnya.
"Ke ruang meeting, lima menit lagi kalian harus ada di sana."
Dan suasana hening berganti menjadi gaduh dan rusuh.
"Mantap.... Evaluasi darurat ini sih!" seru Anggi menepuk dahinya frustasi, "Mana gue belum buat data rekap sales by type dua tahun ke belakang."
"Gue juga belum nyelesain masalah transaksi jasa dengan NKL." Kali ini Venus ikut menggelengkan kepalanya.
"Gimana ini, mana realisasi PIB dari pihak Finance dan Impor juga belum."
Kaila hanya bisa menghela napas berat mendengar keluhan temannya. Duduk di ruangan meeting dengan kondisi Orion yang seperti ini bisa benar-benar ada Civil War.
Tak ada yang memulai pembicaraan, ruang meeting kali ini terasa lebih senyap.
"Silahkan, jelaskan apa yang belum kalian selesaikan?" ucap Orion, membuat yang lain menelan ludah gugup.
Ini udah kayak mau pengakuan dosa.
"Controller account 249000 Other Payable belum saya klarifikasi dengan pihak Finance Pak." Satu pengakuan Farhan membuat suasana hening, detik berikutnya Siera yang mengatakan jika ia belum mengkoreksi COGS.
Sepertinya Orion sudah berada di puncak kemarahannya, "Kenapa harus selalu saya ingatkan tentang tanggungjawab kalian?"
"Memangnya kalian anak kecil yang harus selalu diingatkan tentang jobdesk kalian?" Orion menekan suaranya kuat-kuat, tidak ada bentakan atau makian hanya saja amarah terlihat jelas. "Kalian tahu pekerjaan saya bukan hanya mengingatkan kalian, ada banyak hal yang harus saya lakukan. Sekarang manajemen meminta penjelasan tentang transaksi dan laporan posisi keuangan triwullan pertama tahun ini."
Dalam diam Kaila ragu-ragu menatap Orion, pasti manajemen sudah terlalu banyak menaruh beban di punggung Orion.
"Submit pekerjaan kalian hari ini, saya mau kalian ." Orion memijat keningnya pelan, "Email saya sebelum jam delapan malam ini, karena besok meeting bulanan dilaksanakan."
Satu ruangan mendesah frustasi. Perkaranya adalah pekerjaan yang berurusan dengan uang butuh klarifikasi tidak hanya kerjakan lalu selesai.
Langkah kaki Orion begitu tergesa setelah menutup meeting darurat yang membuat hari Kaila semakin penat.
"Wah...!!!" Siera menggeram, "Ini sih manajemen mulai gila, ya kalia meeting bulanan bisa dimajuin ngedadak."
"Kita dikasih waktu sampai jam delapan, Orion mau review sampai jam berapa kerjaan kita," ucap Farhan.
"Itu udah tanggung jawab Orion, paling besoknya dia kleyengan. Mabok angka." Venus mendesah melihat laptopnya, ada banyak hal yang belum terselesaikan.
Ada rasa kasihan yang terselip di hari Kaila melihat Orion yang kini hanya berkutat dengan laptopnya, bahkan Orion melewatkan jam makan siangnya.
"Selesai!!" Seru Farhan, Venus, Siera dan Anggi sudah selesai dengan pekerjaannya sejak jam sembilan tadi. Sekarang pukul sepuluh lewat dua belas menit hanya menyisakan Kaila, Gisel dan Farhan.
"Kalian mau nginep di kantor?" Tanya Farhan melihat Kaila yang sudah memakai kaus kakinya, tak lama kemudian Kaila meregangkan otot-ototnya.
"Nggak lah," jawab Kaila. Ia melirik ke arah Gisel yang terlihat pusing.
"Gue duluan nggak apa-apa kan?" izin Farhan dengan cengiran di wajahnya. Tanpa merasa bersalah Farhan meninggalkan Kaila dan Gisel, pertanyaan basa-basi yang terkadang membuat Kaila jengkel.
"Sel," Kaila menepuk pundak Gisel. "Pulang aja, lo nggak akan bisa selesain data yang diminta Orion cepet." Kaila tahu yang Orion minta adalah mutasi hutang atas transaksi luar negeri yang pembayarannya sungguh tak jelas, belum lagi COGM.
"Tapi gue takut Pak Orion marah," bahkan tangan Gisel sudah dingin, raut cemas di wajahnya sungguh tak bisa disembunyikan.
"Gue bantu selesain," bukan Kaila ingin sok pahlawan. Hanya saja karena ia sudah terbiasa mengerjakan, Kaila akan lebih terbiasa karena sudah tahu flowchart pekerjaannya. "Tapi lo bantuin gue rekap hutang ke pihak afiliasi dalam negeri. Subtitusi, gimana?"
"Deal," ucap Gisel penuh semangat.
"Minum," Orion datang dengan satu cup coffee. "Paling tidak ini bisa menahan kantuk kamu!"
Gisel yang tadi pergi ke pantry untuk mengambil susu hangat menahan langkahnya untuk kembali ke mejanya menatap interaksi Orion dan Kaila.
"Saya nggak lagi mau minum kopi," Kaila hanya tidak bersemangat dengan segelas kopi malam ini. Karena terkadang kopi justru membuat Kaila mengantuk di saat darurat seperti ini, "Buat bapak aja, biar tambah semangat."
Cengiran di wajah Kaila membuat Orion mendecih memalingkan wajahnya sejenak, "Bahkan sekarang kamu menolak kopi saya, memangnya nggak cukup perasaan saya aja yang kamu tolak?"
Kaila mengedipkan matanya melihat wajah Orion yang begitu serius, pria di depannya sedang tak becanda.
"Kapan saya tolak perasaan Bapak?" Kaila menyipitkan matanya memangdang remeh Orion yang kini justru duduk di sampingnya.
"Nggak usah dibahas," Orion dengan segala egonya yang menguap, "Jangan memaksakan menyelesaikan semuanya, jam sebelas pulang aja. Kamu kirim apa yang sudah kamu kerjakan. Biar saya yang menyelesaikannya."
"Nggak perlu, Pak. Saya masih sanggup menyelesaikannya kok," Kaila tak kalah ngeyel dengan Orion.
Detik berikutnya Orion mendekatkan tubuhnya ke arah Kaila, "Kalau saya bilang pulang, ya PU-LANG. Kamu nggak bisa ya nurut sekali saja perkataan saya?"
"Terus membiarkan Bapak sendiri yang menanggung semua ini," memangnya Orion siapa? Sampai tak mau menerima bantuan Kaila, atau Kaila yang memang sama sekali tak membantu untuk Orion. "Saya nggak akan pulang sebelum selesai semuanya."
"Kaila," Orion mendesah panjang.
"Fighting," Kaila merentangkan kedua tangannya, lalu mengepalkan tangannya ke udara. "Paling tidak walaupun saya tak membantu Bapak dengan apa yang saya kerjakan kali ini, seenggaknya saya di sini nemenin Bapak. Biar Bapak nggak kesepian."
"Aishhhh," Orion tak tahu lagi bagaimana caranya mengusir Kaila. Lihat saja sekarang Kaila hanya mengenakan kaus dan celana jeans.
Tanpa sepatah katapun Orion meninggalkan Kaila, dan beberapa saat kemudian ia kembali dengan jaketnya.
"Pakai." Orion menyerahkan jaketnya.
"Nanti bapak gimana?"
"Nggak usah mikirin saya," Orion menyesap kopinya yang sejak tadi dia abaikan. "Liat senyum kamu aja hati aja saya udah merasa hangat."
Kaila menggernyit lebih ke arah heran menjurus ke geli lebih tepatnya.
"Itu kompor apa senyum Pak, bisa hangat gitu."
Orion mendelik, mendesah frustasi menatap Kaila yang justru memasang senyum lebar.
"Saya bingung, kenapa saya bisa suka sama perempuan kayak kamu." Orion menggelengkan kepalanya, menatap lekat ke arah Kaila. "Kamu bisa jelaskan? Kenapa saya bisa selalu kepikiran kamu? Padahal di luar sana banyak perempuan yang memikirkan saya."
"Tapi kenapa cuman kamu yang bisa mengambil alih kewarasan saya."
Kaila bengong, nyawanya belum sepenuhnya terkumpul setelah lagi-lagi mendengar pengakuan Orion.
"Karena dari sananya saya memang selalu ngangenin," ucap Kaila dengan nada jumawanya. "Saya memang nggak cantik, tapi saya selalu tahu caranya membuat bapak rindu sama saya."
TBC
Ora's note :
Selamat menikmati aja, terimakasih vote dan komennya.
Maaf belum bisa membalas komen kalian =)
Ini juga gue masih di kereta 😂
Gumawo.....
XD
12-07-2018
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top