XXII

"Kayaknya kita perlu keluar bareng nih, jangan bisanya kerja bareng aja,"

Venus menoleh ke arah Farhan setelah mengucapkan apa yang tengah ia pikirkan sekarang.

"Makan Sushi?" tanya Farhan. Ia kembali fokus pada Invoice pembelian Asset yang baru saja Orion berikan.

"Gue mau Steak," ucap Siera dengan wajah berbinar. "Gue butuh protein yang banyak."

"Gue sih ngikut aja," Gisel tak memberi pilihan tempat hang out, anak baru biasanya seperti ini. Lebih pilih ikuti saja.

"Gue mau pasta sebenernya, tapi steak juga boleh sih." Anggi mengangkat kedua bahunya, ia tak terlalu memaksa dengan pilihannya.

"Lo Kai, Gimana?" Venus melipat tangannya di depan dada, menatap persis ke arah Kaila yang baru saja menutup pesawat telponnya, sejak tadi Kaila sibuk dengan telponnya.

"Gue lagi kepengen makan orang."

Kaila merenggut, mengembungkan pipinya lalu menggeram kesal. Menatap tajam pada pesawat telpon yang tak bersalah.

"Kenapa ASM Bandung ngeselin banget, berasa pengen gua jadiin dendeng balado tuh orang," keluh Kaila setelah dua puluh menit lebih menjelaskan transaksi penjualan.

"Jadi?" Venus menaikan sebelah alisnya, ia sama sekali tak peduli ocehan Kaila. "Lo mau makan steak apa Sushi?"

"Sushi."

Itu bukan jawaban dari Kaila, tapi Orion.

Farhan langsung berdehem, memfokuskan netranya ke depan laptop miliknya. Anggi hanya menunduk, mereka terdiam tak menanggapi ucapan Orion.

"Nggak ada yang nanya Bapak," Kaila dengan gemas menjawab Orion yang masa bodo.

"Dan nggak ada yang ngajakin Bapak buat makan," ucap Kaila penuh penekanan.

"Yakin?" tanya Orion dengan jumawanya, ia menatap satu persatu anak buahnya. "Kalian nggak ajak saya?"

"Kita mau ajak Bapak kok," jawab Farhan cepat mematahkan pernyataan Kaila begitu saja.

"Iya, kita akan ajak Bapak kalau sudah fix kita mau keluar makan di mana malam ini," jelas Venus yang dihadiahi dengkusan dari Kaila.

"See?" sebelah bahu Orion terangkat ia menatap Kaila penuh kemenangan, Kaila kalah telak.

"Jadi kita makan apa?" tanya Orion dengan senyum mengejek pada Kaila.

"SUSHI!" jawaban serentak dari temannya yang lain semakin membuat Kaila menggelengkan kepala.

"Okay, kita ke Sushi Tei aja." Orion tersenyum senang melihat Kaila yang mencebikan bibirnya.

*****

"Sini dulu Kai," Siera menarik Kaila ke toilet sebelum mereka benar-benar pergi dengan mobil Farhan.

"Ngapain sih?" Kaila menghela napas kesal, ia menatap jengah pada Siera yang tengah mengeluarkan alat tempurnya a.k.a alat make upa dari punch berwarna hijau muda. "Harus banget dandan ya?"

"Ini namanya touch up, bukan dandan Kaila." komentar Siera justru membuat Kaila mengerutkan kening, touch up tapi Kaila mencuci wajahnya lalu membersihkan kembali wajahnya dengan make up remover.

"Touch up?" Kaila mengejek Siera yang kini tengah meratakan foundation di wajahnya. "Ini namanya lo make up ulang Siera."

"Ya udah sih," Siera menggendikan bahunya. "Ini namanya hak wanita, ingin selalu tampil cantik."

"Ya tapi nanti kita datang paling akhir." Kaila mendengkus ketika Farhan menanyakan keberadaannya di whatss app. "Noh, Bang Farhan udah nanya-nanya kita lagi dimana."

"Tungguin bentar gitu, 15 menit lagi nyampe lobby."

"Hah?" Kaila sudah tidak tahu lagi harus berbuat apa dengan Siera.

Dan dua puluh menit lewat empat puluh detika Siera selesai dengan segala hal yang memang membuat dirinya terlihat lebih fresh.

"Sini lo, gue tempel-tempelin bedak." Siera mengambil bedaknya, lalu memoleskan dengan paksa di wajah Kaila.

"Nggak usah lah," Kaila tampak risih dengan apa yang dilakukan Siera pada wajahnya sekarang. Tanpa pantang menyerah Siera memoleskan bedak dan segala macamnya dengan cepat, lalu kenapa tadi merias wajahnya sendiri Siera begitu lama.

"Alis lo gue gambar ya," Siera tanpa izin lagi-lagi dengan sesuka hati bereksperimen di wajah Kaila.

"Emang alis gue buku gambar harus digambar segala," kelopak mata Kaila reflek tertutup saat Siera sudah mulai merapikan alisnya.

"Udah diem aja lo," dengan cekatan tangan Siera merapikan alis Kaila. "Selain cari makan, kita di sana juga cari jodoh."

"Iya lah, terserah lo aja." Kaila sudah pasrah, ia malas menanggapi ucapan Siera.

Setelah selesai dengan acara mempercantik diri di toilet Kaila bergegas ke depan lobby dimana Farhan sudah berjamur menunggunya di sana.

"Lo ngapain di toilet lama banget, ngapain? Main congklak?"

Siera hanya tertawa ketika disambut pertanyaan julid dari Farhan, ia duduk dengan nyaman di kursi belakang. Membiarkan Kaila mendengarkan ocehan Farhan yang kesal karenanya.

Sampai di sana Kaila mendapat tatapan tajam dari Orion yang bisa membuat tubuhnya kaku seketika, sulit digerakan karena Orion tak melepaskan pandangannya dari Kaila yang justru gelagapan.

"Kita udah pesen," ucap Venus. Ia sudah memesan makanan untuk dimakan bersama. "Cuman belum minumnya buat kalian bertiga pengen apa?"

Kaila melihat buku menu, kemudian melirik diam-diam ke arah Orion. Dan sialnya Orion masih setia memantaunya.

"Kayaknya ada yang beda deh sama Ka Kaila," Gisel tanpa aling-aling mengeluarkan pendapat yang membuat Kaila ingin menenggelamkan wajahnya. "Lo make up yah Kak? Gilaa.... Emang mau ketemu siapa di sini sampai harus dandan segitunya?"

Gisel sedikit tertawa di sela-sela ucapannya yang membuat Kaila ingin melemparkan buku menu ke arah Gisel. Padahal Siera juga make up, mungkin karena wajah Siera memang sudah terbiasa dengan make up jadi tak ada yang terlalu berbeda.

"Tadi aja gue nungguin dia sampe beruban," Farhan mulai hiperbola dengan ucapannya. "Dia sengaja dandan katanya, barangkali dapet cowok cakep di sini. Husband material gituuuh."

Ini Farhan mulutnya nggak bisa dikontrol, Kaila berdesis tak suka dengan ucapan Farhan. Tapi apa daya, ia tak bisa berkutik ketika Orion sibuk mengulitinya dengan tatapan yang penuh intimidasi.

"Kamu mau ke Sirkus?" Orion akhirnya mengeluarkan kata-kata yang mampu membuat Kaila seperti disengat lebah, "Harus ya merias wajah kamu seperti itu?"

Suasana tiba-tiba hening, mereka berpura-pura sibuk dengan dirinya sendiri. Siera dalang di balik semua ini hanya berdehem, lalu menunduk dalam-dalam membiarkan Kaila dihakimi oleh Orion.

Kaila malu sebenarnya, ia memang terkenal percaya diri. Tapi entah kenapa rasa malu kini merayap perlahan memenuhi hatinya, ia memang tak terbiasa dengan make up berlebihan seperti ini. Meski Siera mengatakan berjuta kali jika Kaila tampak lebih cantik, namun semuanya terpatahkan dengan ucapan Orion yang lebih terdengar meremehkan Kaila.

Kaila hanya berdehem pelan. Ia tak ada niat mendebat Orion.

Detik berikutnya Kaila bisa merasakan tangannya ditarik, dan Orion adalah pelakunya. Ia menuntun Kaila agar mengikuti langkahnya, tepat setelah sampai di mana mobil Orion di parkirkan Orion melepaskan tangannya dari Kaila.

Mengambil berlembar-lembar tissue lalu menyerahkannya pada Kaila, "Bersihin muka kamu."

"Kenapa sih Pak?" tanya Kaila risih dengan sikap Orion. Tapi ia tetap menerimu tissue basah milik Orion, membersihkan wajahnya dari sapuan make up. "Memangnya muka saya segitu ngeganggunya sampai bapak males liat muka saya riasan."

Orion terdiam, membiarkan Kaila berceloteh meluapkan kekesalannya.

"Lagian kenapa juga Bapak harus peduli dengan wajah saya, yang lain pasti sekarang sedang gosipin kita." Kaila menarik napas berat, sudah bisa dipastikan jika teman-temannya akan menghadiahi Kaila dengan pertanyaan seputar dirinya dan Orion.

"Maaf," Orion membuka mulutnya dengan suara yang sedikit parau. "Saya tahu kalau saya nggak punya sedikit pun hak atas apa yang kamu lakukan sekarang, tapi Kaila yang tadi bukan Kaila yang saya kenal."

Kaila mendongak menatap bingung ke arah Orion, memangnya Kaila mana yang Orion kenal? Hanya ada satu Kaila di dunia ini tentu saja, meski ada banyak nama Kaila di dunia ini. Tapi Kaila yakin jika dirinya hanya satu tak punya kembaran.

"Kamu terlalu memaksakan diri menjadi orang lain, padahal kamu jauh lebih cantik menjadi diri kamu sendiri." Orion tersenyum ke arahnya. "Jangan pernah berusaha menjadi orang lain, menjadi diri sendiri akan lebih menyenangkan. Karena kamu adalah Kaila, yang akan terlihat lebih cantik ketika tersenyum."

Padahal Kaila kan hanya dijadikan bahan percobaan oleh Siera, kenapa respon Orion harus seserius ini.

"Bapak Orion yang paling ganteng," Kaila menyelesaikan usapan terakhir di wajahnya hingga tak ada lagi sisa make up. Sesungguhnya Kaila bingung harus berkata apa, "Saya tahu bapak suka sama saya."

Orion terbatuk mendengar pernyataan Kaila yang lebih terdengar menyombongkan diri.

"Tapi bukan berarti Bapak bisa membatasi ruang gerak saya dengan sifat overprotektif Bapak," Kaila membuang segala rasa malu yang ia punya. "Ada batas yang tak boleh bapak lewati, saya memang bawahan Bapak. Tapi bukan berarti bapak bisa ikut campur dalam segala hal."

"Maaf, jika saya buat kamu nggak nyaman."

Kaila menarik dirinya agar tak terjatuh lebih jauh dalam ilusi yang telah Orion ciptakan.

Diam, Kaila sudah mendengar kata maaf dua kali keluar dari mulut Orion.

Tanpa menunggu lama Orion berjalan ke arah jalan raya, menyetop taksi. Mengucapkan alamat rumah Kaila pada supir taksi, membuka pintu belakang memberi intruksi agar Kaila menaiki taksi yang sudah Orion hentikan.

"Pulang, kamu terlalu lelah untuk kembali ke dalam." suara Orion terdengar lebih rendah, Kaila tahu jika Orion sedang menahan amarah. "Dan saya nggak mau membuat kamu semakin tak nyaman dengan saya kalau saya yang mengantarkan kamu pulang."

Sampai Orion menutupkan pintu taksi untuknya pun Kaila masih diam tak tahu harus merespon apa. Taksi yang ia duduki berjalan membelah jalan kota Jakarta.

Orion : Sekali lagi saya minta maaf, karena saya terlalu menyukai kamu. Sampai saya lupa satu hal, kalau kamu mungkin tak menyukai saya.


TBC

11-07-2018

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top