XXI
"Bukannya kerjaan lo udah mulai longgar yah Kai?" tanya Farhan ketika hanya tinggal Kaila yang masih berkutat dengan laptopnya.
"Iya, cuma ini kan closing."
"Gue pulang duluan ya," pamit Farhan pada Kaila. Yang lagi-lagi hanya menyisakan Kaila seorang diri, "Jangan lupa pulang!"
"Nggak lupa lah, songong lo bang."
"Abis betah banget sih lo di kantor." cibir Farhan, "Kalau nggak sanggup tinggal tolak kerjaannya, jangan iya-iya aja yang malah bikin lo kelimpungan ngerjainnya."
"Okay, thankyou nasehatnya," potong Kaila. Kali ini ia tak ingin mendengar lebih jauh nasehat Farhan, karena tidak membantu sama sekali.
Kaila sibuk dengan print out nya, memeriksa kembali hasil pekerjaannya yang mungkin mendapat revisi dari Orion.
"Ini Perkakas Lentera Sejahtera punya hutang ke TL 20 Milyar, tapi di TL Kok nggak ada Piutang dari PLS sih Kai?" Orion membawa laptopnya, menunjukan draft report akhir bulan kemarin.
"Ada selisih dua ratus juta," lanjut Orion lagi.
"Itu karena ada Penjualan dari Trans Lintas ke PLS, yang keberadaan dokumen penjualannya pun saya nggak tahu ada dimana. Tim AP PLS sudah menjurnalnya, sementara AR Trans Lintas tak pernah menjurnal penjualannya," jelas Kaila. Sebenarnya ia sudah menanyakan pada staf Account Receivable Trans Lintas bagaimana bisa PLS sudah menjurnal hutang sementara Trans Lintas merasa belum pernah mengeluarkan dokumen penjualannya.
"Tapi di PLS sudah ada di Good Receipt, gimana bisa ceritanya TL belum akuin?"
"Yah ini buktinya bisa, Pak."
"Kamu harusnya telusurin dokumennya dari nomor Jurnal, masa kayak gitu aja harus saya ajarin. Kaila." Orion terlihat frustasi dengan wajah kusutnya, ada banyak laporan konsolidasi yang harus ia cek dan sialnya Orion menemukan banyak kejanggalan.
"Saya sudah cek, Pak. Cuman tim AR dari Trans Lintas nya juga nggak pernah jurnal, sales order sudah keluar nomornya. Bisa jadi di Trans Lintas dibatalkan, cuman saya perlu hubungi orang gudang biar tahu."
"And then?" tanya Orion dengan wajah seriusnya.
Ini nih cowok yang suka sama gue? Yang tiap hari kerjaannya nanyain report udah disubmit apa belum.
"Saya belum hubungi Pak Sardi, besok saya coba hubungi," jawab Kaila dengan wajah santainya. Masa bodo Orion mau memarahinya, karena lagi-lagi ini bukan tanggung jawab Kaila. Walaupun Kaila bertanggung jawab atas report akhir, seharusnya Anggi lah yang berperan mengontrol account piutang.
"Okay, besok kamu jangan lupa hubungi dia." Orion baru saja akan kembali ke ruangannya, tapi ia urungkan, "Saya mau lihat DER nya PLS, udah selesai 'kan?"
Langsung, nggak ada tanya udah selesai atau belum. Orion justru lebih menekankan kalau Kaila seperti sudah menyelesaikannya.
"Udah, tapi laptop saya error pak. Terlalu banyak buka excel mungkin, belum lagi dari tadi saya ngeprint nggak ada di Job Box printer. Gimana saya bisa pulang coba?"
Orion kembali menaruh laptopnya dekat Kaila, berdiri di belakang Kaila lalu memainkan mouse milik Kaila. Tubuh Kaila dikungkung tubuh besar milik Orion, sampai dagu Orion mendarat di atas rambut Kaila.
"Pak," ucap Kaila takut-takut. Mendongak sedikit saja kepala Kaila bisa menyundul dagu Orion, belum lagi parfum Orion yang kini menyeruak mengisi indera penciumannya.
Orion sama sekali tak keberatan dengan kerisihan Kaila yang berada di bawah kungkungannya.
"Coba kamu perhatiin, kayaknya pengaturan printer kamu nggak ke Job Box di printan sana. Jadinya keluar langsung, kamu cek di Job Box sampai besok juga nggak akan ada." Orion berucap dengan posisi yang masih di atas kepala Kaila.
Sementara Kaila sudah seperti kucing yang kedinginan, merunduk sebawah mungkin agar Orion tidak tahu bagaimana rasa gugup menyerangnya.
"Pulang aja," Orion menekan tombol shutdown setelah mennyimpan pekerjaan Kaila di excel. "Besok lanjutin lagi."
Kaila mengangguk, wajahnya memerah. Ia merapikan mejanya bersiap untuk pulang.
"Kamu mau kemana?" tanya Orion ketika Kaila sudah bersiap meninggalkan mejanya.
Pulang, yang tadi nyuruh pulang siapa pemirsah....!
"Pulang, Pak." Kaila berusaha menyembunyikan rasa kesalnya.
"Bareng saya," putus Orion, ia masuk ke dalam ruangannya lalu dua menit kemudia sudah kembali keluar menghampiri Kaila yang menunggunya.
"Ayo," ajak Orion santai.
Tidak ada perdebatan yang biasanya terjadi antara Orion dan Kaila, akibat Kaila yang masih jet lag dengan pengakuan Orion.
"Kamu nggak mau makan dulu?".
"Lapar sih. Tapi saya nggak mau makan sama Bapak," ucap Kaila. Ia mengambil sedikit jarak saat sudah di dalam lift.
"Kenapa memangnya makan sama saya?" Orion masih berlaga santai, tidak tahu Kaila sudah shock nggak karuan akibat tingkah laku bosnya ini. "Saya kan khawatir takut kamu nggak makan, kekurangan gizi."
"Saya mau langsung pulang aja,"
Kaila membuang napas pasrah, bahunya terkulai lemas. Tak berminat menjawab pertanyaan Orion.
"Bapak ngapain?" tanya Kaila ketika Orion sibuk dengan ponselnya saat lampu merah.
"Kenapa?" Orion justru balik bertanya, bukannya menjawab pertanyaan Kaila. "Kan kamu lihat sendiri saya mainan ponsel."
"Iya saya tahu bapak lagi mainan ponsel," ucap Kaila, "Maksudnya bapak lagi ngapain dengan ponsel bapak itu. Sampai fokusnya kebangetan."
"Bukan sesuatu yang penting, kamu beneran mau pulang?" kali ini Orion ingin kembali memastikan jika Kaila benar-benar ingin pulang. Barangkali Kaila berubah pikiran.
"Iya, saya lelah jiwa dan raga menghadapi Bapak hari ini."
Orion tertawa mendengar jawaban Kaila, "Memangnya saya ngapain sampai kamu lelah?"
Kaila mendelikan matanya, menatap tak suka pada Orion yang tersenyum manis kepadanya.
"Bapak senyum aja udah buat saya lelah," ucap Kaila yang justru mendapat tatapan heran dari Orion.
"Kenapa memangnya?"
"Pas bapak senyum jantung saya berdebar, apalagi kalau bapak senyumnya sama saya aja. Badan saya lemes pak, kayak abis lari dari kenyataan."
"Itu artinya kamu suka sama saya?"
"Nggak juga sih Pak," jawab Kaila yang berhasil membuat wajah Orion kembali merengut, "Soalnya pas liat senyum Baekhyun juga badan saya bahagia luar biasa. Jadi bukan cuman senyum bapak yang bisa buat saya deg-degan, senyum Baekhyun juga bisa buat saya melayang."
Bumi pada Orion, seandai ia tidak sedang menyetir Orion bisa saja hilang kendali karena mendengar jawaban Kaila.
Orion bahkan tidak tahu siapa Baekhyun? Kenapa harus Baekhyun yang Orion yakini sebagai salah satu artis dari negeri Ginseng sana.
"Makasih, Pak." ucap Kaila setelah berhasil sampai rumah dengan selamat meski wajah Orion kusut sepanjang perjalanan setelah mendengar jawaban absurdnya.
"Saya dan Baekhyun mungkin punya senyum yang sama-sama menawan," ucap Orion. Kaila menatap bingung, ini Orion nggak lagi mau buat pengakuan yang bisa menyebabkan jantung Kaila nggak sehat 'kan?
"Bedanya, Baekhyun sama saya adalah. Kalau Baekhyun itu ada di mimpi kamu, kalau saya ada di sini." Orion mengambil lengan Kaila menaruhnya di atas dada lapang miliknya.
Orion nggak lagi Jealous sama Baekhyun 'kan?
"Masuk sana, jangan lupa tidur mimpiin saya. Jangan Baekhyun terus yang dimimpiin."
Pulang ke rumah Kaila di sambut dengan tawa bahagia oleh Dimas yang tengah merapikan makanan di meja makan.
"Tumben lo beli makanan banyak," Kaila menghampiri Dimas yang tengah mengeluarkan Ikan Gurame goreng dari dalam box.
"Lha, ini bukan lo yang pesen Kak Ila?" tanya Dimas heran. "Gue pikir lo lagi ngidam sampe pesen makanan banyak gini."
Kaila sweat drop dengan kelakuan Dimas yang kini tengah menjilati jemarinya, "Saus padangnya enak."
"Jangan dimakan dulu, Dim. Emang lo tahu ini makanan dari siapa?" Kaila menatap box makanan dari salah satu restoran yang ia kenal di daerah Jakarta pusat.
"Nggak tahu, tapi gue tahu pasti kalau makanannya pasti enak."
"Lo udah langkahin makanannya belom? Gimana kalau ada guna-gunanya ?" Kaila dan pemikiran yang terlalu banyak bergaul dengan Farhan. "Kata Senior gue di kantor harus hati-hati terima makanan, bisa jadi di situ ada guna-gunanya."
"Terus lo percaya?" tanya Dimas, yang dibalas anggukan oleh Kaila.
"Ya Allah, Kak Ila. Bilang sama senior Kak Ila jangan kebanyakan nonton sinetron, lagian mana ada yang guna-gunain lo sama gue. Nggak diguna-gunain aja udah nyusahain gimana kalau dikasih guna-guna." Dimas mengambil sendok di sampingnya, tanpa ragu menyuapkan tofu ke dalam mulutnya.
Ponsel Kaila berbunyi, satu pesan masuk dari Orion.
Orion : Jangan lupa makan, saya yakin makanannya sudah sampai bahkan sebelum kita sampai tadi.
Kalau biasanya lelaki lain bertanya sudah makan atau belum, Orion justru selangkah lebih maju dengan mengirimkan makanan.
Kaila : Besok jangan lupa struknya kasih ke saya.
Orion : Udah saya buang.
Kaila : Terus gimana saya bisa bayar makanan yang Bapak kirim ini? Kalau bapak buang struknya.
Orion : Nggak usah dibayar, cukup dengan belajar menyayangi saya aja.
Orion : Dan jangan sampai ada Baekhyun di antara kita.
Kemudian Orion mengirim satu foto dirinya yang tengah berpose dengan sebuah pesan yang mampu membuat Kaila tak bisa menahan tawanya.
Orion : Masih belum bisa move on dari Baekhyun?
TBC
Ora's note : Yeahh akhirnya update ke tiga di hari minggu ini selesai.
Terimaksih untuk komen dan vote nya.
Kalau ada yang Bingung sebenar Kaila kerja di perusahaan apa kok banyak banget.
Anggap aja Kaila kerja di salah satu Grup yang memang memiliki banyak perusahaan afiliasi.
Di tempat kerja gue aja, ada dua perusahaan TBK dengan empat anak perusahaan dan satu perusahaan yang nggak go public. Tapi 7 perusahaan ini dalam satu grup, meski totalnya grupnya bisa ada 30 perusahaan. Yang diurus di kantor gue di head office cuman 7 berdasarkan sub nya gitu.
Jadi maafkan kalau sedikit bingung dengan alur perusahaan yang sedikit rumit ini, mau jelasin lagi tapi takut kalian tambah pusing. Jadi gue nyelipin sedikit aja hehehe.
Selamat berhari Senin besok.
08-07-2018.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top