XVI

"Gue pikir Orion itu kayaknya ada rasa sama lo deh, Kai."

Satu untaian kalimat keluar dari mulut Farhan yang mampu membuat semua orang yang mendengar menggernyit heran.

"Ngarang banget lo, Bang." Kaila berdehem menyingkirkan rasa gugupnya, Orion suka sama Kaila? Bisa perang dunia ke lima nanti.

"Liat aja, dia sayang banget sama lo. Cuman lo yang dia percaya buat laporan OJK, dia biasanya cuman sendiri nggak minta bantuan timnya." Farhan bangun dari duduknya, menatap Kaila yang kini semakin gusar.

"Itu bukan sayang, tapi nyiksa bang. Nyiksa." semakin Kaila menyangkal semakin Farhan menyudutkannya.

"Beneran lo nggak ada rasa sama si Bos?" tanya Farhan to the point.

Kaila menelan ludahnya gugup, semuanya menatap penuh rasa penasaran terhadap jawaban Kaila.

"Nggak tau," Kaila menggelengkan kepalanya.

"Berarti saingan lo Gina kalau misalnya lo suka sama Bos," Venus kali ini menambahkan. "Tapi tenang, gue ada di tim lo kok."

"Jangan ngarep ketinggian yah, Kai!" ucap Anggi, ia terlihat menarik napas gusar. "Pas awal masuk juga gue sempet ada rasa sama Orion, siapa sih yang nggak baper tingkat maksimal punya atasan kayak Orion. Meskipun terkadang nyeremin pas closing, tapi dia bener-bener care sama anak buahnya. Mau back up kerjaan kita yang memang terkadang lalai."

"Terus?" tanya Gisel yang lebih penasaran terhadap cerita Anggi.

"Yah makin lama gue sadar kalau dia care sama semua bawahannya. Dia tegas tapi peduli untuk kebaikan kita ke depannya, lebih baik mengikis rasa sama dia. Karena di sini kantor, dilarang mencampur tangankan urusan pribadi di dalamnya."

"Lo nggak lagi jealous sama Kaila, kan?" Siera mengernyitkan keningnya, bisa saja kan Anggi cerita seperti itu karena tak suka terhadap Kaila.

"Nggak lah," Anggi mengibaskan tangannya ke udara. "Mau dikemanain pacar gue? Gue cuman nggak mau Kaila terlalu banyak berharap sama Orion."

"Nggak lah," ucap Kaila yakin. "Meskipun gue suka godain Orion nggak jelas gitu, bukan karena ada rasa atau apapun. Itu lebih ke biar suasana lebih cair."

"Ngomong-ngomong hari ini lo pake anting mau kemana?" tanya Farhan memecah suasana canggung.

Kaila reflek memegang telinganya, "Ini anting emas dua puluh sembilan karat yang dibuat oleh pengrajin seni di Belgia."

"Kan errornya mulai, gue tanya mau kemana? Bukan antingnya dibuat dimana?" Farhan menggeram kesal dengan tingkah Kaila.

"Ke hatimu." Kaila terkikik geli melihat ekspresi Farhan yang bergidik ngeri.

"Kai, lo kayaknya butuh refreshing deh."

########

"Orion nggak ikut?" tanya Siera saat melihat ruangan Orion kosong.

"Nyusul katanya," jawab Venus seraya merapihkan mejanya.

Hari ini adalah ulang tahun Venus, karena dari itu Venus berencana mentraktir teman-temannya di Ta-wan, yang tak jauh dari kantornya.

"Gue duluan sama Anggi ya. Mau booking tempatnya."

Kaila hanya menganguk, ia merapihkan mejanya. Memasukan laptopnya kedalam tas ranselnya.

"Kak Kaila pulang bawa laptop?" tanya Gisel. "Memangnga weekend masih kerja juga?"

"Jaga-jaga, soalnya kadang Orion suka kayak orang ngidam. Minta yang aneh-aneh." jelas Kaila seraya tersenyum. Kenyataannya Orion memamg sering mengusik akhir pekan Kaila, mungkin Kaila nanti harus minta naik gaji.

"Lo segitu pedulinya sama Orion?" tanya Siera, lebih ke arah menyudutkan Kaila. "Padahal dengan nggak bawa laptop lo bisa nolak keinginan Orion. Lo bisa jadi kayak Venus yang nggak peduli dengan kerjaannya, nggak usah terlalu penurut. Yang capek kan jadinya lo sendiri."

Kaila membuang napas pelan, ia menarik sudut-sudut bibirnya. "Tanggungjawab, Ra. Gue hanya berusaha untuk bertanggung jawab dengan posisi gue sekarang. Gue bisa aja jawab nggak bisa, tiap kali Orion meminta bantuan. Atau bilang gue lagi sibuk ngerjain satu atau dua hal. Tapi gue nggak bisa, gue harus tanggungjawab dengan apa yang gue kerjakan. Gue di sini kerja dapet bayaran buat jadi tim reporting bantuin Orion."

Siera menggeleng tak mengerti dengan jalan pikiran Kaila.

"Perusahaan aja gaji kita tanpa telat atau ngeluh, lantas apa kita nggak malu? Ketika perusahaan sudah memenuhi tanggungjawabnya,  lalu dia meminta haknya."

"Tapi nggak sampai weekend juga kerja, Kai."

"Ada dua hal yang menyebabkan kerjaan kita tak selesai pada waktunya sampai weekend pun harus terengut. Karena pekerjaannya over atau orangnya yang nggak bisa kerja."  Kaila mentap Gisel. Anak baru yang mungkin belum tahu jam hectic Kaila. "Dari itu Gisel ada di sini, Orion sengaja merekrut Gisel karena dia tahu kerjaan gue overload. Perlu Orang baru biar kerjaan nggak numpuk."

"Gue cuman kesel aja, lo mau aja disuruh tanggung jawab dengan akun piutang. Padahal itu kan jobnya Venus," keluh Siera.

"I'm fine, Gue percaya sama Orion. Dia bagiin job desknya sesuai kemampuan anak buahnya. Jadi, kalaupun Orion ngasih kerjaan itu sama gue. Dia ngerasa gue lebih mampu mungkin."

"Kenapa Kak Kaila bisa berpostif thinking seperti itu?"

"Hidup itu terlalu singkat kalau harus diisi pikiran negatif, bawa santai aja. Kalau dipusingin terus kapan bahagianya coba?" Kaila melangkah lebih dulu, disusul Siera di belakangnya. Kalau terlalu lama membuat Venus dan Anggi menunggu bisa kena kultum sebelum makan nantinya.

"Pantes lo nggak pernah dengerin nyinyiran staf Finance and Credit." Siere menekan tombol lift kebawah.

"Iyalah, ngapain gue dengerin nyinyiran orang nggak jelas. Mereka terlalu sibuk ngurusin orang lain sampai nggak sempet introspeksi diri sendiri." Kaila bukannya bodoh tak mendengar gosip tentang dirinya, meski tak semua anak Finance n' Credit membicarakannya. Ada beberapa dari mereka yang selalu mengurusi kegidupan Kaila, mungkin bukan hanya Kaila yang digosipkan. Karena kebiasaan orang bergosip itu mengomentari segala sesuatu hal yang tak mereka bisa lakukan.

Merasa membicarakan Orang lain itu lebih menyenangkan dibanding mengurusi hidupnya sendiri, mungkin ada kebanggaan tersendiri jika bisa membicarakan kekurangan Orang lain.

"Kak Kaila, Da Best lahh." Gisel mengacunhkan kedua jempolnya.

"Lo juga," tunjuk Kaila pada Gisel yang tengah memasang senyum. "Jangan mau dimanfaatin anak Finance Operasional, bilang kalau lo cuman terima report daily mereka bukan disuruh buatin juga."

"Anak baru susah nolak, Kak."

"Yha terus? Sampai kapan lo merasa baru terus? Anak baru di kantor itu dibimbing dan dibina bukan dimanfaatkan." Siere berdecak kesal.

"Jangan sampe Orion tau lo, entar job desk lo nggak beres karena bantuin kerjaannya orang credit mampus dahh kita. Orang Creditnya aja kerjaannya nggak terlalu sibuk, pokoknya jangan mau dimanfaatin." Kaila menepuk bahu Gisel.

"Apalagi lo masih masa Probation, kinerja lo buruk nanti dicut gimana?"

"Kak Siera jangan nakutin gue dong."

"Ya mau gimana. Masa Probation itu kan emang masa penilaian, lo layak di posisi lo sekarang atau leave."

"Baiklaaahh. Terimakasih senpai-senpai atas petuahnya."

"Gue bawa mobil hari ini, kalian mau tunggu di depan lobby atau ikut ke parkiran?" tanya Siera saat mereka keluar dari lift.

"Ikut ke parkiran aja."

"Kaila," teriak Orion yang berdiri di belakang Kaila. "Saya pikir nggak sempet kekejar."

"Kenapa Pak?"tanya Kaila heran, Orion terlihat bernapas tak beraturan.

"Bu Sandra mau lihat dokumen TCC soal penawaran kerja sama yang saya kasih kamu kemarin."

Siera dan Gisel saling melempar tatapan bingung, "Ya udah gue sama Gisel. Lo nyusul jangan lama-lama ya."

Akhirnya Kaila hanya pasrah saat Siera dan Gisel pergi lebih dulu.
Membiarkan Orion menekan tombol lift ke atas yang akan membawanya kembali ke kantor.

"Bapak nggak lupa kan ditungguin Venus di Ta-wan?" tanya Kaila memecah keheningan di dalam lift.

"Ingat kok, ya cuman masih ada kerjaan dengan Bu Sandra. Kamu tau sendiri laporan keuangan audited udah keluar, kita harus lapor SPT. Paling telat senin, dan sekarang sudah jumat." jelas Orion panjang lebar lebih dari apa yang Kaila harapkan.

"Saya nanya bapak ingat atau nggak. Kok jawabnya panjang banget."

"Kan saya hanya menjelaskan, daripada menimbulkan kesalahpahaman di antara kita."

Orion berdehem pelan, ia menggulung lengan kemejanya hingga siku. Melirik Kaila yang sibuk dengan ponselnya.

"Kenapa nggak dijawab?" tanya Orion begitu melihat panggilan masuk di ponsel Kaila namun tak Kaila jawab.

"Nanti saja," Kaila memasukan kembali ponselnya ke dalam kantong celanannya setelah melihat nama Dimas yang tertera di ponselnya. Paling adiknya satu ini nanya mau dijemput atau nggak.

"Jawab aja, dari tadi bergetar terus kan."

"Saya nggak mau. Gimana dong?" Kaila itu dengan Orion sebelas duabelas keras kepalanya.

"Dari gebetan kamu itu ya?" Orion memicing penuh curiga. "Gebetan yang keberapa?"

"Ciyeeee kepo..." Kaila dengan segala sifat jahilnya, "Berawal dari kepo bisa Cinta loh Pak."

Orion kembali menegapkan tubuhnya, wajahnya terlihat lebih kaku dari biasanya.

"Ngarang kamu, apa kabar orang kepo diluar sana. Kalau saya kepoin Lionel Messi itu artinya nanti saya bisa cinta sama dia?"

"Bisa jadi, kan kita nggak tahu bisa jatuh cinta sama siapa aja." Kaila tertawa membuat Orion mendengkus. "Oh iya Pak. Kita kan lagi jadi hot trending di kantor, katanya kita backstreet. Diam-diam pacaran."

Kaila tertawa terbahak mendengar gosip yang beredar beberapa hari yang lalu, "Mereka kalau gosip suka mendekati ke fitnah yah Pak."

"Saya tahu kok, saya kan juga punya telinga yang bisa mendengar. Mereka aja yang kadang nggak punya etika, membicarakan suatu hal tanpa tahu kebenarannya." denting lift berbunyi pertanda Kaila dan Orion sudah sampai di lantai yang mereka tuju.

"Tapi saya sih nggak peduli, saya ke kantor untuk kerja. Bukan untuk dengar cibiran mereka."

"Bapak nggak peduli digosipin sama saya?" tanya Kaila heran.

"Nggak," Orion menjawab dengan tegas, "Walau sebenernya agak rugi buat saya. Kenapa harus digosipin sama kamu, kayak di kantor ini nggak ada perempuan yang lebih cantik aja."

"Whoaaa mulutnya itu mulut..." Kaila menatap tak suka pada Orion.

"Kenapa, nggak terima?" tantang Orion.

"Nggak juga sih," ucap Kaila pasrah. "Emang bener, kayak nggak ada yang lebih layak digosipin sama Bapak lagi aja. Apalah saya cuman remahan biskuit khongguan sisa lebaran."

"Tapi Bapak beneran nggak risih dengan gosip itu?"

"Nggak."

"Hmm saya curiga, jangan-jangan bapak suka sama saya ya? Makanya bapak terima begitu saja gosip yang beredar."

"Mana ada, saya suka sama kamu." Orion menghentikan langkahnya, menempelkan tangannya di dahi Kaila. "Kamu panas, pantes omongannya ngaco."

"Tuhkan pegang-pegang," Kaila menunjuk tangan Orion yang menempel di dahinya.

"Bilang aja sayang, Pak. Nggak bayar kok."

Orion kembali berdehem, "Kamu ngaco kan, udah ambilin dokumen yang mau dikasih ke Bu Sandra. Jangan lama-lama, saya tunggu di ruangan Bu Sandra."

"Ditunggu di pelaminan pun saya datang kok Pak."

Detik berikutnya hanya ada tatapan kaku dari mata Orion yang siap memaki Kaila.

TBC

Ora's note : Ciyeee yang nungguin ciyeee.

Selamat Hari Minggu.

Jangan lupa Bahagia 💕

XO XO
1-07-2018

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top