VII
Kaila dalam mode lugu sejak kejadian tadi pagi, seharusnya yang tersipu adalah Orion. Tapi Bossnya satu itu justru malah tersenyum simpul mendengar ucapan Kaila tadi pagi.
'Kan jadi gue yang deg-degan.
"Bang," panggil Kaila pada Farhan, tapi yang menoleh bukan cuman Farhan. Venus dan Siera ikut menoleh kepadanya. "Ini kok jantung gue dari tadi deg-degan terus yaa, udah kayak abis minum paracetamol lima."
"Terus?" Farhan menahan tawanya, sementara Venus menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Jangan-jangan lo kena penyakit jantung," ucap Siera penuh semangat. Siera perlu diapresiasi sebagai teman terbaik karena bahagia dengan temannya yang jantungan.
"Masa sih?" Kaila menekan tangannya di atas dada di mana detak jantungnya masih berdebar.
"Iya lo salah minum obat kali," Farhan meyakinkan. "Lo tadi pagi sarapan aspirin ya?"
"Horror amat, sarapan aspirin." Kesal Kaila, tangannya sudah bersiap akan melempar pulpen pada Farhan. Tapi berhenti melihat pintu ruangan Orion terbuka.
Semua akhirnya kembali pada posisi duduknya masing-masing.
"Kai," Orion melangkah mendekati Kaila, "Tolong retract transaksi dengan TCC terkait penggunaan jasa selama dua tahun ke belakang."
Kerjaan satu belam kelar udah ditambahin kerjaan lain, Bos mah bebas sih. Kaila mengangguk, memang apa yang bisa dilakukannya selain menggangguk setuju.
"Kapan?" Orion menaikan sebelah alisnya membuat dahi Kaila mengerut tak mengerti.
"Apa?"
"Kapan kamu bisa selesain ini?" lanjut Orion.
"Belum lihat sebanyak apa transaksinya," Kaila menyelipkan rambutnya ke telinga. Mungkin karena ini rambut sebahu yang baru ia potong karenanya rambut centil itu belum terbiasa dengan lehernya. Kalila masih menimang, Ia kalau janji dengan Orion harus tepat waktu, salah ambil perkiraan Kalia bisa shock sendiri karena nanti diteror Orion. "Saya pikir dulu."
"Terus kapan saya bisa tanya hasil pemikiran kamu?"
"Pemikiran yang mana?" tanya Kaila bingung.
"Kamu bilang mau mikir dulu buat nyelesain itu, jadi saya kapan bisa tanya hasil pemikiran kamu?"tanya Orion dengan tegas, lugas dan tanpa tergagu sedikitpun.
"15 menit," jawab Kaila, ia langsung membuka SAP lalu mengecek transaksi dengan TCC. Sebulan bisa ada lima sampai sepuluh transaksi, tapi yang dibutuhkan Kaila hanya transaksi mengenai penggunaan Jasa.
Orion meninggalkan meja Kaila, belum genap lima belas menit ia sudah berdiri di samping Kaila. Nyaris membuat Kaila menjerit karena pertanyaan Orion tiba-tiba.
"Jadi, kapan?" tanya Orion. Gila, Kaila udah ngerasa kayak diteror kapan nikah sama orang tua.
"Saya nggak bisa pastiin, karena kerjaan saya kan nggak cuman ini aja. Kadang ada hal-hal nggak terduga yang Bapak minta," keluh Kaila. Mungkin jika ia hanya fokus pada satu kerjaan yang diminta Orion mungkin bisa selesai dalam waktu tiga hari, tapi Kaila tidak hanya mengerjakan satu hal.
"Kapan?" ulang Orion dengan intonasi yang lugas.
Kaila menghela napas, "Apa konsekuensinya kalau saya telat dari waktu yang saya janjikan?"
"Nggak ada, kapan saya pernah ngasih konsekuensi sama kamu? Kamu telat juga saya nggak marah."
"Memang kapan saya pernah telat mengerjakan deadline dari Bapak?" Sabarkanlah hati ini, Kaila harus banyak-banyak piknik biar nggak gila menghadapi Orion. "Coba? Saya selalu berusaha sesuai deadline."
"Jadinya Kapan?"
Satu kali lagi nanya dapet Sempak Cantik Siwon nih, Kaila menggeleng. "Satu minggu."
"Lama banget." Orion tampak tak rela, "Dua hari."
"Empat hari," tawar Kaila.
"Tiga hari." putus Orion, "Saya minta hasilnya tiga hari lagi, pastiin semua transaksi penggunaan jasa dengan TCC sudah kita bayar PPN JLN nya, dan PPH 26 yang sudah kita potong pastikan sudah dilapor atau belum."
Ya Lord, terus ngapain tadi nanya kapan sama gue. Kalau ujung-ujungnya ditentuin harinya sama dia. Kaila menghembuskan napas lelah, Orion memang gila.
#########
"Kai," bisik Siera. Jam bergerak cepat, sudah pukul tiga kurang. Di kantor yang lama ini adalah jam-jam terbeat bagi Kaila karena rasa kantuk sering menyergapnya di jam rawan seperti ini. Sedangkan di sini, mana ada Kaila pernah ngantuk. Menemani Orion sampai jam dua pagi pun Kaila masih on fire. Itu semua disebabkan Orion yang selalu menerornya.
"Lo tahu nggak Pak Jason kemaren gue liat dia jalan di CP sama cewek gandengan," Siera ini satu dari sekian banyak perempuan yang mengidolakan Jason. Jason adalah Manajer IT, selain tampan, mapan dan sopan. Namun sayangnya sudah mempunyai label suami orang, Jason itu murah senyum, dan tentu saja tidak menguarkan aura intimidasi seperti Manajernya.
"Bagus dari pada Pak Jason jalan sama cowok terus gandengan, kan serem." ucapan Kaila nyaris membuat Siera menimpuknya dengan tumpukan dokumen, "Mungkin itu sepupunya."
"Mukanya beda, auranya sih itu mereka lebih dari sekedar teman."
"Atau bisa jadi pembantunya," tebak Kaila.
"Ya kelesss, Pak Jason mau buat sinetron ternyata Aku dan selingkuhanku yang ternyata adalah pembantuku."
Kaila tertawa mendengar ucapan Siera. Sementara Venus hanya menggeleng, "Mungkin itu calon istrinya yang kedua."
"Yah potek hati gue dong," Siera memasang wajah sedih.
"Ya elah, lo mah liat Jason senyum ke cewek lain juga potek terus." Kaila tertawa puas meledek Siera.
"Kaila," Orion yang baru saja keluar dari ruangan Bu Sandra langsung memberi isarat agar Kaila mengikutinya masuk keruangannya.
Ya allah, nggak bisa apa gue kerja tenang dan tentram.
"Ini design buat cover annual report tahun ini," ucap Orion setelah Kaila duduk di depannya. Ia membalikan laptopnya agar Kaila bisa melihat design anual reportnya.
"Ya terus?" tanya Kaila setelah beberapa saat mengamati design yang bacgroundnya masih berwarna putih.
Gue nggak disuruh revisi cover annual reportkan?
"Bagus warna apa backgroundnya?" tanya Orion antusias, sedangkan Kaila tampak berpikir.
"Terserah bapak aja, saya nggak punya kewenangan untuk menentukan itu," ucap Kaila cari aman.
"Sekarang saya ngasih kewenangan sama kamu," Orion yang tak bisa dibantah.
"Nggak tahu pak, saya ikut aja sama warna pilihan Bapak."
"Saya maunya kamu yang menentukan." Orion tak kalah ngeel dari Kaila.
Kaila harus berpikir cerdas jangan sampai ia salah memberi warna bisa digantung.
"Warna hijau." Kaila menjawab dengan tegas.
"Okay, berarti tolong kamu kasih tahu sama Pak Heru bagian design," ucap Orion. Ia menggantungkan kalimatnya, "Saya mau backgroundnya warna biru."
Jedarrrrrrr......!!!! Ngapain lo tanya pendapat gue tadiiii.... NGAPAIIIIINN.
"Terus ngapain Bapak tadi nanya saya? Kalau Bapak udah tahu mau warna apa."tanya Kaila tanpa menyembunyikan rasa kesal di hatinya
"Saya jadi tahu kalau warna kesukaan kamu itu hijau," ucap Orion santai, ia menggelengkan tangan kanannya ke atas memberi isarat agar Kaila segera keluar dari ruangannya.
Kok gue bisa khilaf jadiin dia pacar boongan ya, kelakuan astral begini.
Kaila baru saja akan membuka handle pintu, Orion sudah kembali bersuara.
"Satu lagi, jangan keseringan gosip! Apalagi gosip soal Pak Jason."
Mampussss kan dia tahu. Kaki Kaila membeku, tangannya terasa lemas hanya untuk membuka pintu.
"Saya gosipin Bapak aja nanti-nanti."
"Kamu kerja di sini buat bantu saya, bukan buat ngegosip."
Kaila semakin membeku, punya atasan kok begini.
"Oh iya," sela Orion kembali menahan Kaila.
Aduhhh apalagi....
"Jangan habiskan waktu senggang kamu buat buka akun jobstreet di laptop, perusahaan kasih kamu laptop buat kerja. Bukan buat nyari kerja." padat, jelas dan menohok ke dalam hati.
Ya Allah, habislahh gue....!!!
TBC
Ora's note :
Terimakasih masih mengingat Kaila, mungkin ada yang harus sampai baca ulang. Tapi gue usahain bakalan lancar update tiap minggu.
Asal bos gue nggak sering ngadat hahaha, tiba-tiba ngajak lembur mulu karena pembenahan sistem.
Pokoknya makasih udah kasih vote, komen dan tentu saja makasih banyak masih inget Kaila sama Orion wkwkwkwkwm
17-06-2018.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top