V
Katanya Jodoh itu di tangan Tuhan, tapi kalau umur lo udah di atas 27 tahun Tuhan bakalan lepas tangan. Dan Kaila percaya tak percaya dengan kalimat itu, umurnya tahun depan 27 tahun dan sampai sekarang masih jomlo. Yang lebih menyakitkan lagi adalah mantannya sudah selangkah lebih di depan dari pada dirinya. God, Her ex is engaged.
"Kamu udah berapa lama kenal sama dia?" itu bukan pertanyaan untuk Kaila, tapi untuk pria di sampingnya yang kini justru sedang memijit pelan pangkal hidungnya.
Singkat cerita di siang hari ketika waktu lunch seorang perempuan paruh baya yang digadang-gadang telah melahirkan Boss nya datang ke Kantor mengajak puteranya makan siang. Dan sayangnya si Ibu tidak sendirian, bersama Della si Ibu membuat waktu makan siang Kaila kacau.
"Ini Tante yang Della mau ceritain, dia pacarnya Kak Ori." tunjuk Della, saat Kaila tak sengaja bertemu dengan Della yang menggandeng lengan Tantenya.
Siera menaikan sebelah alisnya saat Kaila justru memasang wajah santai seperti tak terganggu dengan ucapan Della, "Siapa sih, Kai?"
"Tunangannya mantan gue waktu itu," bisik Kaila, dan setelahnya yang terjadi adalah Kaila terjebak dengan acara makan siang anak dan ibu yang cukup awkward.
"Jadi Della cuman nganterin Ibu aja kesini?" tanya Orion, maksudnya mungkin mengalihkan pembicaraan saat Ibu nya justru bertanya soal Kaila.
"Ibu nanya kamu sudah kenal lama sama dia?" Lirikan Ibu Orion membuat Kaila sedikit bergidik, tapi bukan Kaila namanya jika tak mampu membalik ke adaan.
"Tante," ucap Kaila merendahkan suaranya, jika perempuan lain pada umumnya mungkin akan menikmati peran sebagai pacar pura-pura Orion dan memainkan drama dengan lihainya, Kaila justru tidak. "Aku ini bukan pacarnya Pak Orion, kemarin itu kecelakaan yang tidak disengaja. Tapi, Tante jangan bilang-bilang lagi sama Della ya."
Kaila mengedipkan matanya, berharap bisa membuat satu penawaran dengan Ibu Orion. Kalau ia berbohong dengan Ibu Orion bisa panjang kaya Season Tersanjung nantinya.
"Waktu itu saya shock sedikit frustasi, mungkin. Liat mantan saya yang ternyata sudah bertunangan dengan keponakan Tante yang kalau tidak salah bernama Della, sebagai perempuan tentu kita punya harga diri yang tinggi. Dan tidak mau kalah di mata Mantan kita, makanya saya minta anak Tante yang tak lain Boss saya ini pura-pura jadi Pacar saya."
"Jadi kamu sama Orion nggak pacaran?" tanya Ibu Orion yang kini justru menatap tajam puteranya, "Kamu bohongin, Ibu?"
Kepala Kaila tertunduk, dari ujung matanya ia melirik ekspresi wajah Orion. Untungnya Ibu Orion mengajak mereka makan di tempat Highclass yang sepi pengunjung.
"Kamu cuman cari aman biar Ibu nggak nanyain calon pendamping kamu ya? makanya kamu pura-pura udah punya pacar? kamu ini Mas, kalau nggak laku yah bilang, mama kan sudah berbaik hati mau bantu. " pertanyaan Ibu Orion seperti jaksa penuntut yang siap menjebloskan tersangka ke belakang jeruji besi.
Sebenarnya Kaila ingin tertawa, tapi ia tahan ketika Orion melirik tajam ke arahnya.
"Aku minta maaf kalau buat ibu berharap," rasa bersalah jelas terlukis di wajah Orion, jika saja mulut Della tak bocor mungkin Ibu Orion takkan kecewa seperti ini.
"Kamu memang salah sejak awal, sejak kamu menolak Ibu kenalin sama anaknya temen Ibu dari Bandung waktu itu."
Yang Kaila bisa tangkap dari percakapan ini adalah, Ibu Orion adalah Ibu-ibu yang kebelet punya mantu.
"Kamu tuh enggak nurut sih sama Ibu, ya jadi anak itu percaya sama orangtua jangan kerjaannya ngebantah terus nggak mau yang ini ngga mau yang itu...," Ibu Orion terus berceloteh tanpa rasa canggung, Ibu-ibu memang begitu kalau sudah marah tak kenal tempat. Jangankan di restoran berkelas, di jalan tol juga jadi.
"Iya Tante, emang Pak Orion ini enggak pernah nurut, galak, jutek sukanya nyuruh-nyuruh aja. Mending Tante kutuk aja anak Tante jadi Batu...," Kaila yang sama tak tahu malunya ikut berceloteh sampai Orion menatap tajam dirinya, membuat suara Kaila mencicit bagai anak ayam yang tersesat. "Baterai."
****
"Tahu kenapa saya panggil kamu kesini?" tanya Orion saat Kaila sudah duduk di depan meja kerjanya, sementara yang ditanya hanya menggeleng pasrah. Meski Kaila sudah tahu penyebab Orion memanggilnya tepat setelah rekan-rekannya pulang adalah karena kejadian makan siang tadi mungkin.
Abis gue dikeramasin, gara-gara si Della sih.
"Karena acara makan siang itu," cicit Kaila, sebisa mungkin ia tak terlihat gugup tapi apa daya ketika rasa bersalah menyelimuti hatinya Kaila justru semakin terlihat tak enak hati.
"Tentu saja bukan," Orion mendengkus, tangannya mengambil satu lembar kertas. "Wasting time kalau bahas kebodohan kamu soal itu."
Duh, segala perasaan bersalah yang ada di hati Kaila lenyap seketika.
Wajah Orion kembali menampilkan senyum licik yang Kaila sudah kenal dengan baik, "Ini list job desk kamu, rabu depan harus udah kelar."
Mulut Kaila menganga tak percaya, deretan huruf yang membentuk kata itu hampir saja membuat jantung Kaila berhenti berdetak.
"Nggak salah, Pak?" Kaila memastikan jika semua yang tercetak di sana adalah pekerjaan yang harus ia selesaikan.
"Kenapa? Kurang banyak?"
Kaila membuang napas kasar, kalau sudah begini tidak ada cara bernego dengan Orion. Ia hanya menahan kesal sebelum keluar dari ruangan Orion.
Mungkin ini sebentuk ungkapan atas rasa kesal Orion terbadapnya.
******
Kalau saja Kaila punya keberanian lebih untuk menegur Orion yang tengah berbicara santai dengan Gina mungkin ia sudah bisa menikmati kasurnya saat ini.
Ada masalah yang harus didiskusikan olehnya dengan Orion sebelum ia benar-benar bisa pulang. Sudah berapa kali Kaila menguap, mengintip di balik kaca apakah Orion masih bersama Gina di dalam sana.
Lama-lama Kaila bisa lumutan di sini. Akhirnya dibanding harus menunggu yang tidak tahu harus berapa jam lagi, Kaila memberanikan diri mengetuk pintu ruangan Orion.
Kepala Kaila menyembul ke dalam saat ia berhasil menekan handle pintu, Orion menatapnya dengan sebelah alis yang menukik. Belum lagi Gina yang terlihat tak senang seperti anak kecil yang terganggu jam tidurnya.
God, mungkin gue ganggu mereka yang lagi pendekatan kali. Mukanya pada horror banget.
"Saya mau memastikan satu hal tentang TCC. Biaya Lisensi mau diakru atau tidak?" Kaila tak berani melangkah lebih dekat ke arah meja Orion, jaraknya hanya satu langkah dari pintu masuk.
Sebenarnya ia penasaran apa yang dibicarakan Gina dan Orion, ini sudah pukul tujuh. Gina yang Notabenenya adalah Supervisor GA seharusnya ia sudah pulang dari pukul lima, bukannya terjebak di ruangan keuangan bersama Orion.
"Akru saja," jawab Orion.
Singkat, padat, jelas dan bikin dongkol.
Kaila diam, masih enggan beranjak dari tempatnya berdiri. Masih penasaran dengan kedua orang di hadapannya.
"Apa lagi?"
Orion tidak bertanya dengan nada tegasnya, justru suara yang keluar dari mulutnya cukup rendah. Raut wajahnya juga tak terlihat galak, pria itu bertanya dengan sopannya.
Tapi anehnya Kaila justru tak mampu mencari alasan kenapa ia masih betah berdiri di hadapan Orion.
Kaila terlihat kebingungan ketika Orion menatapnya lekat, Gina sendiri tak mengeluarkan sepatah katapun. Perempuan itu hanya diam menikmati percakapan antara Orion dan Kaila.
"Saya mau pulang setelah ini," Kaila menunduk hampir tak bisa kembali mendongakan kepalanya. "Jadi bapak jangan tahan saya."
Duh bego, kenapa gue ngeracau nggak jelas.
"Dari pukul lima tadi itu sudah jam pulang, Kaila. Kamu aja yang betah di kantor." Orion menarik sudut bibirnya, senyum yang terlihat mencurigakan justru terlukis di wajah pria itu kini. "Mana ada saya tahan kamu, pulang aja sana."
Catat Kaila.... Catat.... Jam pulang itu pukul lima, kalau lo pulang telat lagi nanti. Denda aja bos lo denda.
Pulang tenggo itu cuman isapan jempol belaka, fitnah kejam untuk para pejuang di gedung tinggi. Gumam Kaila dengan menggebu di hatinya.
"Okay, saya pulang." dengan perasaan dongkol Kaila berbalik meninggalkan ruangan Orion.
Ternyata ada yang lebih perih dari kenangan mantan, diusir boss pas lo lagi semangat-semangatnya kerja.
Kaila sudah selesai mengakru jurnal sesuai instruksi Orion, ia mematikan laptopnya sebelum meneguk air di gelasnya dengan tandar.
"Tjihhhh. Giliran lagi nggak banyak kerjaan aja, sok-sokan nggak butuh gue, pas closing kerjaan banyak boro-boro pulang jam lima. Ngilang dari meja buat ambil minum ke pantry aja gue pasti dicariin, begini nasib jadi bawahan. Bener atau salah tetep disalahin."
"Kamu kalau ngeluh coba ngomongnya di depan saya, biar saya jelas dengernya. Suara kamu itu udah kayak knalpot bajaj, bising nggak jelas." Orion meletakan satu amplop dokumen yang tak Kaila ketahui apa isinya.
"Saya nggak ngeluh, saya lagi doa rutin sebelum pulang." terlepas dari rasa terkejutnya atas kehadiran Orion, Kaila masih bisa bersikap tak peduli.
"Soal ibu saya,"
Kaila mendelik, ia tak mau mendengar soal Ibu Orion apalagi Della. "Saya udah telat Pak pulangnya, lain kali saja Bapak bicarakan soal Ibu Bapak itu. Saya mau pulang."
"Kai." suara Orion terdengar memohon di telinga Kaila.
"Ayolah Pak saya sudah lelah, tadi bapak bilang saya boleh pulang. Jangan bikin saya keki begini deh." Racauan dari mulut Kaila justru dibalas oleh sebuah lengkungan senyum di wajah Orion. "Jangan senyum-senyum gitu deh, Pak. Nanti saya khilaf."
"Khilaf kenapa?"
"Khilaf ngajak Bapak ijab kabul dengan nama saya."
TBC
Ora's note :
Yashhh Ora kembali....
Gue harap kalian masih inget lapak ini, dan lapak-lapak lain yang bakalan mulai gue lanjut lagi.
Jadi sedikit cerita kenapa gue jarang (nggak pernah) update. Itu karena kerjaan gue numpuk, kalau dijelasin secara rinci kerjaan gue bisa jadi novel series kayaknya 😂
Intinya company tempat gue kerja itu Grup, dimana ada 6 perusahaan di dalamnya dan dua diantaranya itu perusahaan Tbk.
PR gue aja banyak banget, sampe jumat kemaren gue nginep di kantor dan tidur setengah lima subuh. Dan jam tujuhnya gue harus kerja tepat di hari sabtu TT cry cry cry
Harusnya SPT badan kelar kerjaan gue lebih sedikit, tapi ini enggak. Huhuhu
Gue masih punya banyak list kerjaan.......
Semakin besar nominal yang kita terima di rekening, semakin tinggi pressure yang kita dapat.
Ini quote bulan ini buat gue kayaknya TT
Dan gue harap kalian sabar nunggu upside dan akad.
=)
Happy Monday......
5 menit lagi wkwkwk
6-5-2018
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top