7
Sejak mengetahui Dewi hamil tanpa kejelasan siapa ayah dari bayi itu, ibunda Ratna lebih sering melamun lalu menangis tak henti, dan mau tak mau Ratna juga Hannan mengalah, mereka lebih sering menemani Sulasmi agar kesedihan beruntun yang menimpa karena kehilangan suami dan peristiwa hamilnya Dewi bisa sedikit terobati, hingga suatu saat tidak biasanya Danu datang ke rumah orang tua Ratna dan terlihat mencari seseorang.
Kehadiran Danu benar-benar mengusik Ratna, ia panggil Danu dan mereka duduk berdua di taman samping, Hannan hanya mengangguk saat Ratna izin pada suaminya melalui kode dengan matanya.
"Ada apa Dik? Ada yang penting?" Danu bertanya tapi matanya terlihat mencari-cari seseorang.
Ratna menghela napas sejenak lalu menatap wajah Danu.
"Malah aku yang pingin tanya kok tumben Mas ke sini dan kayak cari seseorang, nggak ada yang Mas cari, Mas tahu kalau Dewi hamil?"
Dan mata Danu terbelalak, ia terlihat kaget bukan main.
"Kata siapa? Lalu di mana Dewi?"
"Ya Dewi sendiri yang bilang, dan saat ini dia ada di rumah nenek kita di Wonosobo."
Danu bangkit, Ratna menggapai tangan Danu.
"Sik ta duduk dulu Mas, aku masih mau bicara."
"Maaf Dik, aku ingin menyusul Dewi, aku harus bertanggung jawab."
Dan Danu telah melesat pergi mengabaikan panggilan Ratna hingga Hannan datang dengan langkah lebar.
"Ada apa Dik?"
"Wis mbuh la Mas, dua orang itu sama-sama bebal, mungkin yang namanya Juna juga bebal, masa aku belum selesai bicara Mas Danu wis minggat, dia pergi begitu saja, aku belum selesai bicara, aku ingin menjelaskan kalau Dewi nggak akan mau kalau Mas Danu mau bertanggung jawab karena dia hanya maunya sama yang namanya Juna."
Hannan duduk di dekat Ratna, ia usap kepala istrinya.
"Kamu sudah cukup berusaha Dik, tinggal sisanya biar mereka berdua yang menyelesaikan."
.
.
.
"Ada apa nyusul aku ke sini?"
Suara Dewi terdengar dingin. Ia tak melihat sama sekali pada wajah Danu.
"Aku hanya ingin kamu jujur, kenapa kamu menyembunyikan kebenaran? Apa yang ingin kamu tutupi kalau itu hakku untuk tahu!"
Suara Danu terdengar marah. Dewi menatap tajam mata Danu.
"Kamu ngomong apa? Marah-marah nggak jelas!"
"Anakku! Kenapa kau sembunyikan dari aku? Apa aku tak berhak tahu?"
Dewi mengatupkan gerahamnya, ia menahan marah.
"Siapa yang bilang ini anakmu? Aku yang lebih tahu, siapa bapak janin ini? Tidak usah ge-er aku yakinkan kamu sekali lagi jika ini bukan anakmu!"
Danu benar-benar merasa terhina, ia bangkit dan ia tunjuk wajah Dewi.
"Ingat! Ingat baik-baik perkataanku, jika suatu saat anak itu terbukti darah dagingku, jangan harap aku akan mau mengakuinya!"
Danu bergegas pergi dengan mata berkaca-kaca, harga dirinya sebagai laki-laki benar-benar terhina, wanita yang ia cintai mati-matian tega menjatuhkan harga dirinya dengan cara menyakitkan. Entah mengapa Danu yakin jika itu anaknya, darah dagingnya.
"Wi, Mbah dengar tadi ada suara laki-laki, sopo to?"
"Mas Danu, Mbah, ngajak aku balik ke Jogja, ya aku nggak mau wong enak di sini!"
"Lah Danu to? Aku kok gak mbok kasi tahu? Ngerti gitu kan tak suru makan bareng kita, itu sudah masak semua." Surati menatap cucunya yang terus bermuram durja sejak sampai di rumahnya, ia tahu pasti ada hal berat jika cucunya yang suka jalan-jalan ini tiba-tiba betah di rumahnya yang sepi dan yang jadi hiburan hanya hewan peliharaan yang berseliweran sejak tadi, di halaman ada beberapa ayam dan di dalam rumah ada dua ekor kucing.
"Dia sibuk Mbah, hanya mampir tadi. karena ibuk berpesan agar melihat kondisi aku di sini."
"Sik ta? Kamu ini ada apa sebenarnya? Kok tiba-tiba kerasan tinggal di rumah Mbahmu yang sepi kayak gini karena si Mbah tahu kamu cucu yang paling nggak mau nginep di sini, coba ceritakan pada si Mbah, ada apa?"
"Aku hamil Mbah."
Surati kaget bukan main karena yang ia tahu cucunya yang baru saja menikah hanya Ratna.
"Hamil? Bojomu sopo? Suamimu siapa? Yang Mbah tahu kan si Ratna yang barusan nikah."
Dewi diam sesaat. Lalu dengan perlahan ia berusaha menjelaskan.
"Nggak jelas suami aku siapa Mbah."
"Astaghfirullah Nduuk! Piye kok iso ngunu?"
.
.
.
Perjalanan kembali ke Jogja benar-benar menguras emosi Danu. Ia merasa diremehkan, tidak dihargai dan dibuang, tapi ia harus menemui laki-laki itu agar mau bertanggung jawab menikahi Dewi, walau bagaimanapun ia mencintai Dewi, Danu tak peduli meski ia tahu si laki-laki anak orang berada dan ada kemungkinan akan meremehkannya. Ia bertekad akan mendatangi rumah Juna.
Tiga jam lebih perjalanan dari Wonosobo ke Jogja, akhirnya ia tiba di depan rumah megah itu. Meski lelah tak dipedulikan oleh Danu, ia tetap ingin menemui Juna namun yang ke luar justru laki-laki yang jika ia lihat dari seragam yang dipakai, dia adalah petugas keamanan yang menjaga rumah megah itu.
"Ada perlu apa?" Orang itu bertanya dengan wajah tidak ramah.
"Juna, saya temannya, penting, bilang aja gitu sama dia."
Orang itu menatap Danu dari atas ke bawah seolah dia tak percaya jika Danu adalah teman Juna.
"Teman? Kayaknya baru kali ini lihat teman bos kami modelnya kayak kamu."
"Kami baru kenal dua bulan ini."
"Oh, tunggu."
Laki-laki itu terlihat sedang menghubungi seseorang dan ia berbalik melihat Danu sebentar.
"Namamu siapa?"
"Danu, bilang aja saya tunggu sekarang."
Lagi-lagi laki-laki itu berbicara dan terlihat mengangguk-angguk. Lalu berjalan mendekati Danu.
"Maaf, kamu salah orang paling, atau kamu hanya tahu nama, karena bos kami nggak kenal sama kamu katanya, udah pulang aja sana."
"Heh! Pak, ini saya bicara atas nama adik saya yang dia hamili, tapi dia nggak mau tanggung jawab!"
Laki-laki itu terkekeh lalu ia menatap Danu dari balik pagar besi.
"Ckckck, satu bulan lalu juga, eh ini lagi, dengar ya, kalo adik kamu yang minta ditiduri ya jangan minta pertanggungjawaban bos kalo dia hamil." Laki-laki itu tertawa dengan keras.
Danu terlihat emosi, ia tunjuk laki-laki itu dengan wajah marah.
"Dengar ya Pak! Semoga hal seperti ini tidak terjadi pada anak dan cucu Bapak, Bapak sudah tua harusnya hati-hati bicara!" Dan laki-laki itu tak peduli, ia terus tertawa terbahak-bahak.
Danu berbalik dengan sumpah serapahnya yang ia sendiri tak tahu harus ia tunjukan pada siapa. Sementara itu dari balik mobil ada seorang wanita yang mengamati tingkah Danu. Mobil itu perlahan-lahan mengikuti pergerakan Danu.
🔥🔥🔥
30 Maret 2023 (02.01)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top