3


"Bisa kalian jelaskan, ada apa sebenarnya? Aku nggak masalah Mas Danu ada hubungan sama adikku, di agama juga nggak masalah kok menikahi saudara sepupu, baik dari pihak ibu atau bapak, meski secara genetika sifat jelek atau cacat maksudku akan segera keluar jika menikah dengan saudara yang memiliki kekerabatan yang sangat dekat, tapi ini masalah hati kan jadi nggak bisa dinalar."

Danu terlihat gelisah, ia betul-betul seperti seorang pencuri yang tertangkap basah. Sementara Dewi terlihat tenang-tenang saja.

"Nggak gitu Dik, ini semua terjadi di luar kemampuan kami, tiba-tiba saja, beneran ini dan tiba-tiba kami ..."

"Tiba-tiba saling suka?"

"Nggak!" Danu dan Dewi menjawab bersamaan.

"Lah terus apa arti yang tadi kalian lakukan? Apa tidak didasari rasa suka? Kan aneh jika kalian melakukan hal tadi hanya karena ingin?"

"Rumit Dik, kami nggak ada niatan begitu hanya ...."

"Mas Danu, apa susahnya sih bilang jika kalian saling cinta?"

"Mbak, nggak segampang itu masalahnya, karena kami memang benar-benar nggak ada rasa, Mbak nggak tahu masalah yang aku hadapi."

"Ya nggak tahu karena kamu nggak cerita dan yang aku tahu, kamu orang yang kuat nggak kayak aku yang rapuh."

Dewi menggeleng, wajahnya kembali keruh.

"Kali ini lain."

"Ok, jadi kalian tetap nggak mau ngaku kalo diantara kalian ada apa?"

"Karena memang kami nggak ada apa-apa, Dik."

Danu dan Dewi betul-betul tak bisa menjabarkan hubungan mereka karena memang hubungan yang terjadi diantara mereka adalah hubungan yang tak bisa dijabarkan.

"Terserah kalian, tapi aku minta jangan bikin sedih orang tua kita, sudah waktunya mereka menikmati masa tua dengan tenang."

Dewi menatap wajah Ratna yang tidak seperti biasanya.

"Makasih Mas Hannan." Tiba-tiba Dewi menoleh pada Hannan, Hannan terlihat bingung.

"Terima kasih? Untuk?"

"Mbakyuku jadi wanita tegas sejak jadi istri Mas Hannan, padahal baruuu aja nikahnya."

Hannan hanya tersenyum, sedang Ratna terlihat tersinggung.

"Aku hanya kasihan ibu, romo baru saja meninggal masa masih mau ditambah dengan masalah kalian? Maksudku kalo memang kalian ada niat serius ya nikah aja."

"Mau nikah gimana wong kami nggak ada rasa Mbak Ratna."

"Masa ciuman kayak tadi nggak ada rasa? Kayaknya kalian sama-sama bernafsu deh, kayak menggebu-gebu gitu."

Danu dan Dewi sama-sama menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Pokoknya kami nggak ada apa-apa, titik!" Dewi tetap pada pendiriannya.

.
.
.

Dua hari kemudian ...

Danu bergegas melajukan motornya menuju tempat yang disebutkan oleh Dewi, ia khawatir Dewi melakukan hal yang tidak-tidak, suaranya di telepon tadi sudah menahan tangis. Setelah sampai di tempat kos milik orang tua Dewi, Danu segera mengetuk pintu kamar yang ditempati Dewi, lalu terdengar pintu di buka, terlihat wajah sembab Dewi, Dewi menarik Danu masuk dan terjadi lagi hal yang tak diinginkan Danu. Satu jam kemudian ...

"Kita pulang Wi, lagi-lagi kita di sini dan kita saling menikmati, ini salah Wi."

Dewi masih memeluk Danu, ia mulai menangis tersedu. Mereka masih belum menggunakan apapun. Danu memejamkan mata saat pelukan Dewi semakin erat. Ia merasakan tubuhnya akan meledak lagi padahal baru saja selesai.

"Sik ta Mas, biar aku nangis sik, hari ini dia nikah, tapi tadi masih chat ke aku, aku disuru nunggu, katanya dia akan menceraikan wanita itu setelah dua bulan mereka nikah."

"Innalilahi, bodohnya kamuuu! Wes tahu dia mengkhianati, kamu masih ngarep dia kembali, nanti kalo jadi suami kamu dia akan gitu lagi! Bisa-bisanya kamu menangisi laki-laki kayak gitu."

Tangis Dewi semakin keras, ia tak peduli ada yang mendengar tangisannya.

"Hanya sama Mas Danu aku nggak malu nangis kayak gini, aku nggak pernah nangis sejak kecil, aku tahan semua kesakitan sejak kecil tiap kali ada masalah tapi ini lain, beneran lain karena dia satu-satunya laki-laki yang aku cinta."

"Goblok kok dipelihara!"

"Aku nggak peduli!"

"Ya silakan nikmati kesakitanmu! Eh Wi, Wi, kok ... jangan lagi aaahhh ..."

Dan Dewi melakukan hal yang membuat Danu tak bisa menolak, ia akui semakin marah maka Dewi akan semakin memuaskan dirinya dan Danu tak bisa menghindar.

Saat sore hari keduanya memutuskan pulang, mereka sempat saling pandang, sama-sama baru selesai mandi, rambut keduanya masih basah, wajah Dewi masih sembab.

"Pulang bareng aku?"

Dewi menggeleng pelan.

"Aku bawa mobil, Mas Danu kan bawa motor, kita pulang sendiri-sendiri saja."

"Ok, hati-hati di jalan." Sebelum meninggalkan Dewi, Danu memeluk Dewi, entah mengapa ada rasa yang tak biasa. Dewi pun memeluk Danu dengan erat.

"Jangan tinggalin Dewi ya, Mas, Dewi benar-benar butuh sandaran saat ini."

"Aku nggak akan ke mana-mana, kamu itu yang suka berpetualang."

"Yaudah kita pulang."

"Eh tunggu, ini kamar acak-acakan gimana?"

"Biar aja ada Yu Ponijah yang bagian bersih-bersih."

.
.
.

Sementara itu Ratna, kakak Dewi yang baru menikah, mengajak suaminya ke tempat kos yang dikelola oleh romonya yang selama ini semua kendali dipegang oleh romonya namun sejak romonya meninggal mau tidak mau semua aset harus diambil alih oleh Ratna, Dewi dan juga Hannan suami Ratna.

Mereka baru saja sampai hingga ada anak kos yang mendekati Ratna dan memberikan dompet Dewi padanya.

"Ini punya Mbak Dewi kayaknya, tadi saya nemu pas di depan pintu kamar paling depan itu. Terjatuh tadi pas mau pulang paling Mbak."

Ratna ngerutkan keningnya.

"Dia ke sini?"

🔥🔥🔥

26 Maret 2023 (12.22)

Triple up 💗💗💗

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top