2


Danu masih tak mengerti dengan apa yang telah terjadi, ia berusaha memahami tapi tak juga menemukan jawaban, pikirannya terasa kosong,  ia tatap punggung terbuka Dewi, mengapa Dewi melakukan itu padanya? Apa karena ia kecewa pada laki-laki itu dan kemarahannya dilampiaskan padanya? Tapi ini salah, Danu menggeleng sekali lagi, ini salah, keperjakaannya direnggut oleh saudara sepupunya. Meski ia menikmati tapi kini ia benar-benar menyesal dan seolah menjadi laki-laki paling brengsek.

Ia bangkit perlahan membiarkan Dewi yang tertidur, Danu menuju kamar mandi, segera mandi dan membersihkan badannya. Saat ia ke luar dari kamar mandi ia masih melihat Dewi sedang tidur dengan nyenyak.

Ia melihat sticky note di kulkas dan menulis pesan di sana, ia tempelkan di kulkas lalu memutuskan pulang, meninggalkan Dewi yang masih tertidur kelelahan. Sungguh pengalaman yang tak akan Danu lupakan. Sekali lagi Danu menggeleng pelan lalu segera pergi meninggalkan Dewi.

.
.
.

Dua hari pasca peristiwa tak sengaja itu Dewi kehilangan Danu, ia berusaha menghubungi tapi tak ada respons, ia memutuskan akan mencari Danu ke rumah Hannan, entah mengapa Dewi yakin laki-laki itu pasti sedang memenangkan diri di sana.

Dewi merasa bersalah karena telah merusak Danu, sepupunya yang meski berpembawaan riang tapi untuk hal yang satu itu ia masih memegang teguh nasihat orang tuanya bahwa hal seperti itu hanya boleh dilakukan oleh pasangan yang sudah menikah dan Dewi telah membuat Danu melakukan sebelum waktunya. Saat melewati kamar kakaknya ia mendengar panggilan.

"Diik, Dik Dewi."

Dewi menghentikan langkahnya. Ia berbalik menatap wajah riang kakaknya. Ah pengantin baru, ia lihat juga wajah kakak iparnya yang tersenyum semringah padanya, keduanya terlihat segar mungkin baru saja mandi.

"Opo Mbak?"

"Kamu kan sering bareng Mas Danu, tahu ke mana dia? Dihubungi sama Mas Hannan gak bisa, nggak diangkat, kadang nggak diaktifkan."

Dewi terlihat murung, ia menggeleng pelan.

"Aku juga nggak tahu Mbak, kata bulik nggak ada di rumahnya."

"Lah ke mana bujang satu itu?"

"Paling dia ada di rumahku, ada tempat yang dia sukai, jauh dari beberapa bangunan yang ada di rumah, biasanya itu aku tempati kalo sedang suntuk dan Danu biasanya juga nebeng tempat itu kalo dia lagi baper karena lagi-lagi ditolak cewek, kali ini aku yakin dia patah hati lagi."

"Ck, Mas Hannan."

"Kami kan kayak satu jiwa jadi ya apal lah Dik."

"Aku pergi dulu Mas, Mbak."

Hannan dan Ratna mengangguk. Keduanya bertanya-tanya ada apa juga dengan Dewi?

"Baper kok barengan Dewi sama Danu yo Mas?"

.
.
.

"Mas Danu!" Dan benar ternyata Danu memang ada di rumah Hannan.

Danu yang duduk di kursi kayu menghadap ke arah sungai kecil, masih di area rumah Hannan yang luas, seketika kaget saat mendengar suara Dewi, ia menoleh dan menemukan wajah Dewi yang terlihat murung. Ia melangkah mendekati Danu dan duduk di sebelah Danu.

"Maafkan aku." Suara Danu terdengar lirih.

Dewi menatap Danu yang berusaha menghindari tatapannya.

"Aku yang minta maaf, aku bikin Mas Danu nggak pulang, aku juga yang bikin bulik resah, sampai Mas Hannan juga merasa kehilangan, tapi dia yakin Mas ada di sini."

"Aku hanya merasa bersalah saja, karena maaf, aku menikmati apa yang kamu lakukan pada tubuhku. Aku kayak laki-laki brengsek aja. Itu yang aku pikirkan."

"Nggak tahu kenapa aku kok tiba-tiba pingin melakukan itu dengan Mas, aku hanya ingin melupakan laki-laki itu."

"Dan kamu nggak bisa lupa. Iya kan? Kamu pake tubuhku tapi pikiranmu pada laki-laki itu."

"Maaf."

"Pulanglah, aku tidak ingin semua menyalahkan aku, kamu ilang pasti dicari, kalo aku dah biasa ngilang jadi ya ..."

"Kata siapa? Bulik loh nyari-nyari Mas Danu."

"Iya karena di rumah nggak ada yang disuruh-suruh."

"Ck."

"Pulanglah Mas, aku jadi semakin merasa bersalah."

"Iya iyaaa ah cerewet, aku sekalian nunggu ibu dan bapaknya Bang Hannan balik ke Sumenep."

Danu bangkit, ia menuju kamar sederhana yang hanya berisi kasur dan satu meja. Dewi mengekor di belakang Danu.

"Ngapain kamu ikut masuk?"

"Emang gak boleh?"

Lagi-lagi Dewi memeluk Danu, tiba-tiba saja menangis dan menumpahkan segalanya pada laki-laki yang selama ini benar-benar ia anggap tak ada arti.

"Kamu kenapa lagi? Karena laki-laki itu lagi? Jangan jadi bodoh karena orang brengsek, untung kamu nggak jadi nikah sama dia, kalo sudah nikah dan baru tahu dia menghamili wanita lain gimana?"

Diantara tangisnya Dewi hanya mengangguk.

"Selama ini yang aku tahu kamu wanita kuat, tahan banting nggak kayak Dik Ratna, ternyata cinta mati bikin kamu nggak bisa mikir yang benar dan lagi-lagi ... mmmppphhh ..."

Mulut Danu tertutup oleh bibir Dewi, awalnya Danu hanya diam tapi lama-lama ia tak tahan saat tangan Dewi mulai meremas rambutnya, lagi-lagi ia merasa sama brengseknya dengan mantan Dewi, keduanya memadukan bibir semakin liar dan disaat-saat genting tiba-tiba saja ...

"Loh Nu? Dik ...?"

Ratna dan Hannan tertegun melihat melihat Danu dan Dewi yang saling bertaut bibir di depan pintu kamar yang ditempati Danu di rumah Hannan, tak kalah terkejutnya dua orang yang sedang asik dan diburu nafsu itu segera melepaskan tautan bibir mereka.

"Bisa kamu jelaskan ini pada Mbak kan?" Ratna benar-benar kaget dengan suguhan nyata yang rasanya tak mungkin mereka lakukan.

🔥🔥🔥

26 Maret 2023 (07.52)

Double up

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top