Timeless


Yeoja berbadan seksi namun tertutup itu terlihat serius memandangi sesuatu, pohon oak yang melindungi kulit tan miliknya adalah saksi bisu dari pekerjaan Yeon Yoonae yang terus memperhatikan pujaan hatinya, Kim Junsu.

"Yah, sampai kapan kau mau memandangnya?" Tanya kawannya, Jung Yoonso.

"Sampai mati, um mungkin" jawabnya acuh tak acuh, tawa lepas Kim Junsu bersama sahabat dekatnya terlalu mengalihkan perhatiannya sampai sesuatu menghantam kepalanya.

Puk

Bola baseball mengantam keningnya tepatnya, Kim Junsu sampai menoleh mendengar pekikkan keras Yoonae yang nyaring.

"Aaakkhhhtttt!! APPOYO!!" Teriaknya dengan kesal, seorang sunbaenim mendatanginya. Yoonso hanya melongo dari kejadian terjadi sampai sunbaenim itu mendatanginya.

"Joesonghamnida agassi, apa kau terluka?" Tanya pria bersurai almond matang dengan wajah seperti malaikat tersebut.

"Apa kau gila? Tentu saja! Lihat keningku!!" Jawab Yoonae berteriak yang membuat Yoonso tersadar dari longoan khasnya.

"Yoonae..." Bisik Yoonso takut, Yoonae menoleh kesal.

"Mwo?!" Tanyanya dengan keras, diujung sana Junsu dan kawan-kawannya mentertawakan Yoonae dengan remeh tentu saja membuat Yoonso kesal sendiri.

"Pertama, kau sedang diremehkan geng Junsu. Kedua, dihadapanmu itu Park Jungsoo sunbaenim. Atlet baseball semester 3" bisik Yoonso yang membuat Yoonae terperanjat dan segera membungkukkan badannya dihadapan sunbaenimnya tersebut.

"Joesonghamnida sunbaenim! Aku tidak apa-apa, sungguh!" Ujar Yoonae dengan nada yang tidak enak. Sunbae itu mendekat ke Yoonae.

"Bangunlah, memangnya aku anak presiden? Kau tidak perlu bow seperti itu" ujar Leeteuk dengan lembut dan menegakkan tubuh Yoonae.

"Lihat Yoonae bersama Leeteuk sunbaenim!" Bisik para mahasiswi yang ada disana, Yoonae malu sampai wajahnya memerah seperti udang goreng.

"Chogi-" ujar seorang gadis berkacamata mendatangi ketiganya, rambut hitam gelombangnya tertiup angin bak model papan atas, ialah salah satu sahabat Junsu, Choi Hana.

"Kim Junsu menunggumu setelah istirahat selesai dikantin" ujarnya dengan nada khas angkuhnya, Yoonso melihatnya dengan tatapan cengo.

"Itu artinya bolos?" Tanya Yoonso mewakilkan Yoonae.

"Tentu saja bodoh!" Timpal Hana lalu meninggalkan ketiganya begitu saja.

"Agassi, kau tidak apa-apa?" Tanya Leeteuk, Yoonae mengangguk.

"Gwaenchana sunbaenim, gomawo atas perhatiannya. Aku harus bergegas" ujarnya, Yoonae berlari kearah kantin setelah Hana menghilang dan meninggalkan Yoonso begitu saja.

"Chogi- dia meninggalkanmu?" Tanya Leeteuk yang menatap tatapan kosong loading itu, Yoonso menoleh.

"Eh? Huh iya ditinggal lagi huft"

Yoonae berlari dan menghampiri segerombolan mahasiswa populer disana. Kim Junsu, Choi Hana, Choi Hyerin, Park Yoochun dan Shim Changmin.

"Junchan, itu gadismu datang" ujar Hyerin yang menunjuk Yoonae dengan dagunya.

"Oh hai, bergabunglah" sapa Yoochun padaa Yoonae yang mendekat, Hyerin yang notabene kekasih Yoochun hanya merenggut kesal.

"Hyung, kekasihmu marah" peringat Changmin, Yoochun segera merengkuh Hyerin.

"Itu 'kan kekasih Junchan, kau hanyalah satu-satunya kekasihku lagipula aku hanya ingin menyapanya dengan ramah" ujar Yoochun dengan rayuan gombalnya, Hyerin terperangah.

Yoonae sudah duduk disana karena Junsu menariknya duduk, ini mendebarkan. Kulitnya bersentuhan satu sama lain dan tak ada jarak lagi diantara keduanya karena Junsu melingkarkan tangannya ke bahu Yoonae, apakah ini mimpi? Pikir Yoonae.

"Hanya sekali ku katakan, kau harus cepat tangkap arra?" Ujar Junsu dengan mendekatkan wajahnya ke wajah Yoonae.

"N- Ne" jawab Yoonae gugup, Changmin tersenyum aneh.

"Sebaiknya jangan kehilangan kesadaran" peringat Hana dengan ketus, Yoonae menatap Hana dan mengangguk.

"Maukah kau jadi kekasihku?" Tanya Junsu to the point, sepersekian detik jantung Yoonae terasa berhenti berdetak.

"YAH! Junchan sudah mengatakannya untuk tidak mengatakan dua kali! Kau dengar eoh?!" Teriak Hyerin meledak karena Yoonae diam saja dengan wajah terkejutnya.

"Junsu-sshi, apakah kau serius?" Tanya Yoonae meyakinkan Junsu, Junsu tersenyum.

"Aku tidak akan mengatakannya dua kali" jawab Junsu, Yoonae merona hebat karena senyuman Junsu.

Ayolah Yeon Yoonae! Itu baru senyuman!

"Kau menghabiskan waktu 30 detik untuk berfikir nona Yeon" protes Changmin dengan wajah bosan yang sesekali menyeruput chocolatte-nya.

"Tidak ada alasan untuk menolakmu Junsu-sshi karena.... Aku sangat menyukaimu" ujar Yoonae malu-malu Junsu terlihat tersenyum lega.

"Lamban sekali, aku jadi kesal" sungut Hyerin, Yoochun menciumnya sekilas agar kekasihnya berhenti berprotes seperti sang sahabat kecil kekasih yang kerjaannya protes yaitu Shim Changmin.

"Dasar menjijikan" protes Junsu pada pasangan Yoochun-Hyerin ini, Yoochun bahkan sudah menulikan pendengarannya untuk ejekan ini.

"Lalu, kapan kalian kencan?" Tanya Hana dengan santai, Junsu terlihat memandang Yoonae yang masih tersipu, terbuai dengan semua keberuntungan dirinya hari ini.

"Jigeumdo" jawab Junsu, Yoonae terbalak.

"Keuge... Aku harus menyelesaikan kuliah sore-ku" ujar Yoonae dengan nada sehati-hati mungkin, hei ini hari jadi ia bersama sang pujaan hati, apakah ia akan mengecewakan Junsu? Tidak, tidak akan ia melakukan hal itu.

"Tentu saja selesaikan kuliahmu dulu, babe" jawab Junsu yang membuat kerja jantung Yoonae berdetak seribu kali lebih cepat, ah itu berlebihan. Tentu berlebihan, itu hanya kata 'babe' atau panggilan sayang sang kekasih yang dipujanya selama ini.

"Ah Junchan, kudengar Yoonae itu pintar. Kau kan bodoh" ujar Hyerin polos, Yoochun benar-benar pria yang hebat bisa mendapatkan gadis mungil dengan celotehannya bak tukang obat keliling. Junsu menatapnya jengah.

"Sayangku, apa urusannya jika Junsu bodoh dan Yoonae yang pintar huh? Jika jawabanmu tidak logis aku akan membawamu ke pelaminan besok, camkan!" Ancam Yoochun pada Hyerin yang takut pada pernikahan ini, Yoonae tersenyum melihat geng unik ini. Beruntung sekali ia.

"Memangnya Junchan tidak malu? Yoonae kan pintar jadi bisakah ia mengajarkan Junchan dan membantunya? Yoonae juga asisten dosen kurus itu" ujar Hyerin yang kali ini untung karena jawabannya logis, oh dia sangat berusaha keras menjawab itu dengan otaknya agar Yoochun tidak benar-benar membawanya.

"Aku bersedia membantunya, aku juga tidak mau Junsu-sshi punya image buruk" timpal Yoonae, Junsu menatapnya penuh arti dan tersenyum.

"Jangan dengarkan si nenek itu dan juga kau bisa panggil aku secara informal seperti si nenek memanggilku Junchan" ujar Junsu dengan merendahkan diri, sedikit.

"Yoonae-sshi, kurasa ada yang kurang" ujar Changmin yang menatap Hana penuh arti.

"Apa itu?" Tanya Yoonae, ia tidak berfikir jernih.

"Kau meninggalkan si Bonyari, eh?" Tanya Hana dengan menunjuk Yoonso yang sedang menuju ke geng Junsu.

"YAH! Kau meninggalkanku lagi eoh? Hanya karena makhluk ini? Kau dapat apa darinya? Aish aku kesal karena ini!" Omelnya tidak jelas, Changmin terpesona sepersekian detik. Tidak ada yang berani meneriaki geng ini kecuali dia, Jung Yoonso.

"Kau bertanya dia dapat apa huh Bonyari?" Tanya Changmin sinis dengan seringainya yang membuat Yoonso bergidik ngeri.

"Kau cocok menjadi peran antagonis dan lagipula aku tidak peduli" jawab Yoonso sebal, Junsu terkekeh melihat teman Yoonae ini sementara Yoonae menunduk malu.

"Junsu adalah kekasihnya sekarang, neon arra?" Jawab Yoochun dengan senyuman menawannya.

"Kubunuh kau jika tersenyum seperti itu lagi" ancam Hyerin, Yoochun terkekeh.

"Dengan apa? Lalu siapa yang akan menerimamu dengan sepenuh jiwa dan raga sepertiku? Tidak ada" ancam Yoochun balik yang kini jadi tontonan para pengunjung kantin juga Yoonae dan Yoonso.

"Kim Jaejoong" jawab Hyerin santai, dengan menyebut nama mantan Hyerin tersebut saja membuat darah Yoochun mendidih, jika itu terjadi saat Hyerin benar membunuhnya ia tak segan-segan menghantui keduanya, fikirnya.

"Hyerin jangan mulai" tegur Junsu, Hyerin menatapnya santai.

"Aku hanya tidak suka Yoochun tebar pesona sementara ia melarangku, geuchi? Jae oppa tidak seegois itu huh" Jawab Hyerin dengan merenggut sebal pada kekasihnya ini.

"Ia hanya berusaha menjagamu Choi Hyerin, ia terlihat seperti player tapi percayalah Park Yoochun bukan seperti itu" ujar Yoonso tiba-tiba, terdengar lancang tapi itulah kenyataan dari Yoochun.

"Yoonso! Kau bicara apa huh?" Tegur Yoonae yang tidak enak pada semuanya karena semua mata memandang Yoonso.

"Dia benar" bela Hana, Hyerin mengangguk setuju diiringi Changmin dan Junsu.

"Geurae, pergi sana jangan merusak dramaku bersama istriku ini" usir Yoochun dengan tidak elitnya, Hyerin menatapnya jengah.

"Siapa yang mau jadi istrimu huh?"

"Kau, siapa lagi?"

"Kau terlalu percaya diri eoh!"

"Tentu, kau itu terlalu mencintaiku 'kan?"

"Mwo?"

"Itu benar 'kan?"

"YAK KALIAN BERDUA BERHENTI BICARA!" Teriak Junsu, keduanya bungkam sisanya hanya tertawa puas.

"Geurae, kelas siangmu baru dimulai. Kembalilah, aku akan menunggumu disini" ujar Junsu manis pada Yoonae, Yoonae mengangguk.

"Ne, tolong tunggu aku" jawab Yoonae malu-malu.

"Kau ini lamban sekali! Palli!" Protes Yoonso pada Yoonae, Yoonae berdiri tapi Junsu menariknya dan mencium daging kenyal Yoonae dengan lembut, Junsu mengecup bibir segelnya.

"See u soon sweetheart" ujar Junsu yang membuat Yoonae bergegas dengan wajah yang tersipu dan meninggalkan Yoonso, Lagi.

"Kau menjijikan, tak ada bedanya dengan kedua orang bodoh itu" ejek Hana pada Junsu yang menyindir Yoochun dan Hyerin.

"Kau berisik mata empat" umpat Junsu kesal, Changmin terkikik.

"Bagusnya ia fans beratmu, jadi tak susah untuk menjadikannya kekasihmu, geuchi?" Celoteh Changmin dengan nada sombongnya, Yoochun memukulnya dengan sendok.

"Jangan bicara sembarangan" tegur Yoochun.

"Ia berbeda, itu kelebihannya daripada wanita lainnya disini" gumam Junsu dengan tatapan menerawangnya, semua terdiam. Junsu ada benarnya.

Jam sore Yoonae ternyata lebih lama dari biasanya, ia memikirkan Junsu bersama teman-temannya yang menunggu dirinya. Ia mulai gelisah.

Brak

Pintu terbuka dengan tidak elit nya oleh pria jangkung seperti tiang listrik bernama Shim Changmin, siapa lagi?

"Chogi hosh" ujarnya dengan nada terengah-engah, sang dosen menatapnya.

"Ada apa tuan Shim?" Tanya sang dosen, Changmin menatap sekeliling kelas yang berisi 20 mahasiswa/i yang ada, ia tersenyum saat melihat Yoonae dan Yoonso disana.

"Ada keperluan mendadak untuk nona Yeon Yoonae dan Jung Yoonso, bolehkah?" Izinnya dengan sopan, tak ada dosen yang dapat membantahnya karena otaknya.

"Tapi, untuk apa?" Tanya dosen itu lagi, Changmin benar-benar membenci dosen banyak bicara itu. Masalah selalu besar jika berbicara dengannya.

"Urusan pribadi, masalah keluarga. Yah cepat kau kesini!" Ujar Changmin memanggil keduanya, sang dosen menatapnya kesal.

"Kau harus-"

"Saem, bisakah kau berbaik hati untuk hari ini? Oh jam tangan yang bagus"

"Te- Terima kasih, baiklah urusi urusanmu nona Yeon, nona Jung" ujar dosen itu dengan nada yang senang karena Changmin telah menipunya dengan pujian.

Mereka bertiga menuju kantin, Yoonae benar-benar berdebar. Apakah Junsu yang menyuruh Changmin untuk ini? Entahlah, ia harus berterima kasih.

"Changmin-sshi" panggil Yoonae, Changmin berdeham.

"Gomawo sudah membantuku mempercepat jam kuliahku" tuturnya tulus, Changmin berhenti melangkah dan Yoonso tidak melihat kedepan sehingga menabrak Changmin.

"Yah! Apa yang kau lakukan?" Omel Yoonso, Changmin membekapnya dan menatap Yoonae jengah.

"Kka, pergilah ke parkiran, Junsu menunggumu" usir Changmin yang tidak mengindahkan ucapan terima kasih Yoonae, Yoonso menepis tangan Changmin.

"Lalu aku?" Tanya Yoonso, Yoonae masih menetap disana memikirkan Yoonso, tumben.

"Sejak kapan kau memikirkan temanmu ini? Sudahlah dia urusanku" ketus Changmin dan mendorong Yoonae, Yoonae berlari dan meninggalkan Yoonso.

"Yah, apa-apaan? Kalau dia saja yang pergi untuk apa mengizinkanku keluar juga?" Tanya Yoonso sebal, Changmin menarik lengan Yoonso.

"Kata siapa dia saja yang keluar?" Tanya Changmin balik, Yoonso menatapnya penuh keheranan.

"Yoonae bersama Junsu, Hyerin bersama Yoochun, Hana bersama suaminya dan Aku? Hanya ada kau tentu saja dengan kau" jawab Changmin, Yoonso mendengus.

"Sebagai pilihan mendesak? Aku meragukan ikut dan lebih baik aku kembali ke kelas" ketus Yoonso melepaskan tarikan Changmin dan berbalik bergegas menuju kelas.

"Aku sudah merencakannya tadi" ujar Changmin memasukkan tangannya kedalam saku celananya dan berharap Yoonso berbalik.

"Kau fikir aku tertarik? Aku hanya ingin menjaga temanku tapi kalau seperti ini lebih baik aku kembali ke kelas" jawab Yoonso datar dan kembali ke kelas, Changmin mendesah kecewa.

Click

"Hyerin-ya, aku pulang" ujar Changmin dalam ponselnya lalu mematikannya.

"Dia fikir aku bermain-main dengan omonganku?" Ujar keduanya bersamaan dalam tempat yang berbeda dengan waktu yang sama.

Yoonae dan Junsu juga bersama yang lainnya kini tengah kencan disebuah Cojje cafe yang pemiliknya adalah hyung kandung Junsu, Kim Jaejoong.

"Aku benci tempat ini Su" ujar Yoochun merangkul Hyerin intens, Hyerin terkekeh.

"Kau takut Jae oppa keluar ya?" Tanya Hyerin jahil, Junsu memutar bola matanya.

"Jadi dulu hyungku berpacaran dengan Hyerin lalu si Yoochun mengambilnya dari hyungku. Kami baik-baik saja tapi Yoochun dan Jaejoong hyung benar-benar musuh" jelas Junsu pada Yoonae, Yoonae mengangguk.

"Arrayo~ keundae, dia siapa?" Tanya Yoonae setengah berbisik pada Junsu dan menatap pria disebelah Hana.

"Suaminya" jawab Junsu, Yoonae menutup mulutnya tak percaya.

"Dia sudah bersuami? Astaga tak kuduga" kejut Yoonae, Junsu hanya tersenyum.

"Yoonae-sshi, perkenalkan dia suamiku. Choi Minho" ujar Hana yang mempersilahkan Yoonae berjabat tangan dengan Minho.

"Yeon Yoonae" ujar Yoonae.

"Choi Minho" ujar Minho balik.

"Well~ mana Changmin?" Tanya Minho pada semuanya.

"Dia tidak ikut lantaran tak ada pasangan" jawab Hyerin ringan, Yoochun mengacak rambut Hyerin.

"Dia tadi memanggil Jung Yoonso juga 'kan?" tanya Yoochun pada Yoonae.

"Ne, dia juga memanggilnya kok" jawab Yoonae apa adanya, Junsu menghela nafas.

"Dia ditolak keke" ledek Junsu dan tak lama pria dengan bibir cherry datang dengan daftar pesanan yang ia bagikan pada Junsu dan Minho.

"Hyung!" Sapa Junsu, pria itu tersenyum dan menumpu tangannya dimeja bundar itu.

"Well, Junsu sudah punya pacar hum?" Tanya Jaejoong pada yang lainnya, matanya bertuju kaget pada Hyerin.

"Seperti yang kau lihat oppa" jawab Hana, Jaejoong tersenyum grogi.

"Apa yang kau lihat?" Galak Yoochun yang merangkul lebih intens lagi pada Hyerin, Jaejoong mendecih.

"Perkenalkan dirimu" pinta Junsu pada Yoonae, Yoonae berdiri dan membungkuk.

"Annyeonghaseyo joneun Yeon Yoonae imnida, mannaseo bangapseumnida" ujar Yoonae dengan lembut dan sopan, Jaejoong takjub.

"Wah uri Junsu hebat. Kekasihnya sangat sopan" puji Jaejoong, Junsu berdeham.

"Ekhem, kau belum memperkenalkan dirimu balik hyung" sindir Minho membantu Junsu menyindir, Jaejoong terkekeh.

"Tak usah, itu tak perlu. Anak bebek ini sudah memperkenalkanku pastinya" elak Jaejoong dengan tawanya, Hyerin menatapnya terus menerus sehingga membuat Jaejoong umm senang, sekali.

"Tawamu aneh oppa" protes Hana, Yoochun mendengus.

"Karena ada kekasihku, geuchi?" Yakinnya, Jaejoong tersenyum.

"Dulu dia kekasihku Chun" jawab Jaejoong ringan, Yoochun mendidih namun Hyerin mengecup pipinya guna mengontrol Yoochun.

"Sudahlah" ujarnya lembut dengan menatap matanya, hati Jaejoong sakit, sekali.

"Geurae, mau pesan apa hum?" Tanya Junsu menengahkan perang dingin tersebut dengan mengalihkan pesanan.

"Aku mau ice chocolate" pinta Hyerin dengan mata berbinar pada Jaejoong, tanpa ditulispun Jaejoong masih hapal pada mantan kekasih imutnya ini.

"Dengan tambahan whipe cream, nado arra" lanjut Jaejoong mengacak rambut Hyerin.

"Aku expresso" ujar Yoochun.

"Chocolatte" jawab Hana.

"Chocolatte dua hyung" tambah Minho yang menyamakan pesanannya dengan Hana.

"Cappucino" ujar Junsu lalu menatap Yoonae.

"Disini ada orange juice?" Tanya Yoonae yang dibalas anggukkan oleh Jaejoong.

"Tolong aku pesan satu" ujar Yoonae dengan senyum.

"Geurae, gidaryeojuseyo" ujarnya lalu meninggalkan 3 pasang kekasih ini.

Para pasangan sibuk dengan dunianya masing-masing, menunggu pesanan datang.

"Umm Junsu-sshi" panggil Yoonae gugup, Junsu menoleh.

"Junchan" koreksi Junsu, Yoonae tersenyum salah tingkah.

"Oh ne, Junchan" panggil Yoonae ulang dengan rona tersipu di pipinya.

"Kau sudah berpacaran eoh jangan terlalu formal" omel Hyerin, Yoochun membekap Hyerin.

"Jangan ikut campur, nanti ku cium kau" omel Yoochun

"Eum!" Hyerin mengangguk takut.

"Begini... Aku penasaran" ungkap Yoonae, Junsu tertawa renyah.

"Kau penasaran kenapa?" Tanya Junsu santai, Hana menatap Yoonae dingin.

"Pasti dia penasaran kenapa kau tiba-tiba mengajaknya kencan" ujar Hana, Hyerin memukul Hana.

"Yah! Nanti kau dicium Yoochun! Kupukul kau jika berbicara lagi!" Omel Hyerin dengan bodoh atau polos, entahlah.

"Jika itu terjadi Yoochun hyung akan kugantung" timpal Minho mendelik ke Hyerin.

"Yah kalian berisik" omel Yoochun dan semua sudah terdiam setelah Junsu memfokuskan matanya kearah Yoonae.

"Karena aku suka, lalu apalagi menurutmu Yeon Yoonae?" Jawab Junsu ringan, benar saja pipi berisinya tengah merona hebat.

"Woah, dia merona Suie-ah" ujar Jaejoong tiba-tiba yang membawa nampan dengan tiap pesanannya.

"Woah! Ice Chocolate!!!" Riang Hyerin yang segera mengambilnya dari tangan Jaejoong, tanpa sadar sentuhan itu membuat Jaejoong senang.

"Hyung jangan senang dulu, dia tidak sengaja arra?" Peringat Yoochun, Jaejoong tersenyum sembari membagikan pesanan.

"Nado arra"

"Oh ya, Changmin eodie?" Tanya Jaejoong setelah membagikan minumannya.

"Dia ditolak kencan oleh teman dari kekasih baru Junchan" jawab Hyerin dengan sangat berisik, Yoochun tidak pernah menyerah untuk membuat gadis tidak bisa diam ini menjadi diam.

"Hyerin" tegur Minho, Hyerin menatapnya dan menunjukkan jari peace. Jaejoong terkekeh, ia sangat tahu kalau Minho adalah kelemahannya.

"Ia tidak mudah menyerah, percayalah. Dia sepupu Yoochun jadi ada kemungkinan membuat dirinya mengejar gadis itu apapun yang terjadi, persis Yoochun" timpal Jaejoong lalu meninggalkan semuanya.

"Menyindirku eoh?" Gumam Yoochun, Hyerin menatapnya dengan tatapan imut.

"Kau merasa eum? Tapi kau menghasilkanku kan?" Bisik Hyerin dengan menatap mata Yoochun intens, Yoochun mencium pucuk kepalanya sayang dan mengangguk lemah, Hyerin adalah kelemahannya.

"Apakah Hyerin dan Yoochun sunbaenim selalu seperti itu?" Tanya Yoonae pada Junsu, Junsu menatap keduanya dan tersenyum.

"Hyungku itu bodoh. Dua orang ini selalu menjaga perasaan satu sama lain secara tak langsung. Kau tidak percaya? Hyerin adalah pacar pertama Hyungku dan sebaliknya. Mereka berpacaran dari saat Hyerin duduk di sekolah dasar sampai sekolah menengah kelas dua" ujar Junsu sembari menatap pertengkaran kecil keduanya, Yoonae terkekeh bersama Junsu.

"Lalu... Bagaimana mereka berpisah?" Tanya Yoonae lagi, Junsu terkekeh.

"Kepolosan Hyerin-lah yang membuat keduanya berpisah. Yoochun mengelabuinya dan menjebak hyungku untuk jalan bersama dengan seorang wanita, saat itu Hyerin memutuskannya dan Yoochun-lah yang menjadi kekasihnya setelah itu, Hyerin anak yang gegabah dan sangat polos. Aku tahu dia sangat banyak karena aku hidup bersama dengannya lebih lama daripada dengan hyung-ku sendiri" jelas Junsu, Yoonae mengangguk mengerti.

Ternyata Hyerin sangat dekat dengan Junsu tidak seperti dugaannya, dia mengira Hyerin adalah kekasih Junsu awalnya saat masih di sekolah menengah. Hyerin saat itu berpacaran dengan Jaejoong tapi lebih intim sekali dengan Junsu. Itu membuatnya iri, Hyerin beruntung sekali.

"Hyerin-ah, mejaku bergoyang! Berhenti bertengkar atau kuadukan pada eommeoni!" Ancam Minho, Hyerin tidak segera diam karena ibunya lebih menyeramkan daripada Minho.

Oppa, andwaeeee(jangan)" rengek Hyerin, Yoochun membekapnya.

"Yah! Adik iparku!" Teriak Hana, Yoonae hanya menontonnya.

"Dia berisik" protes Yoochun, Minho menyeringai saat Yoochun melepaskan bungkaman Hyerin.

"Jurusmu sudah tidak berfungsi?" Tanya Minho, Hyerin merenggut.

"Apa maksudmu- ummmhh-"

Yoochun menciumnya tepat saat Jaejoong berada di belakang kasir, beruntung tak melihat, jadi inilah jurus membuat Hyerin bungkam.

"Sudah kubilang diam, kau tidak mendengar lagi?" ujar Junsu mulai menceramahi Hyerin, Hyerin menunduk, malu. Atas ciuman Yoochun yang masih asing baginya.

"Sepertinya Minho-sshi dan Hyerin sangat dekat?" Tanya Yoonae, Junsu terkekeh.

"Percayalah, mereka kakak-beradik kandung" jawab Junsu, Yoonae melotot kaget.

"Kukira mereka hanya teman" gumam Yoonae.

Lalu setelah menghabiskan minuman, Junsu membayar semuanya dan pulang. Mengantar ke rumah sederhana khas rumah tradisional Yoonae yang berbanding jauh dengan rumah mewahnya.

"Sampai disini dulu" ujar Junsu dan mencium kening Yoonae, Yoonae mengangguk.

"Hati-hati" peringat Yoonae perhatian, Junsu mengangguk dan mendorongnya kearah gerbang rumah Yoonae.

"Masuklah, geuge... Aku meminta tolong kau tidak keberatan 'kan?"

"Soal yang tadi? Tentu, aku sedang tidak ada pekerjaan rumah"

"Geurae, aku pulang"

Junsu melanjutkan langkahnya dan mengeratkan jaketnya, ia meminta tolong untuk membuat skripsi pada Yoonae dan Yoonae menyetujuinya. Esok Junsu izin kuliah.

Esoknya Yoonso mendatangi kelompok Junsu dan mendapatkan Junsu tak ada disana.

"Permisi. Dimana Junsu sunbaenim?" Tanya Yoonso pada Hyerin, Hana, Changmin dan Yoochun, mereka mengendikkan bahu.

"Kudengar ia ke Jepang, mendatangi pembukaan butik ibunya" jawab Hyerin santai, semua menatapnya.

"Lalu temanku?" Tanya Yoonso tanpa mau memandang Changmin.

"Ya dirumahnya, kau kira Junsu akan membawanya ke Jepang?" Tanya Yoochun balik, Yoonso mendesah kecewa.

"Dia tidak masuk juga hari ini" ujarnya, Changmin menatapnya.

"Lalu?" Tanya Changmin, Yoonso mengendikkan bahu.

"Aku khawatir, mungkin Junsu sunbaenim-"

"Dia mengantarnya pulang" jawab Hana yang tahu arah pembicaraan Yoonso kemana, Yoonso menautkan alisnya heran, tidak ada kabar Yoonae pulang biasanya ia akan terus menelpon Yoonso sampai Yoonso terbangun..

"Apakah dia sakit?" Tanya Hyerin, Yoochun mengendikkan bahunya.

"Harusnya kau hubungi dia" saran Changmin, Yoonso.

"Aku tidak sebodoh itu Changmin-sshi, jika aku disini berarti aku sudah melakukan itu" jawab Yoonso datar.

"Tanya besok jika ia masuk" ujar Yoochun, Yoonso mengangguk lalu membungkuk hormat dan pergi.

Hari ini Yoonae tidak datang kuliah tanpa alasan. Rumahnya kosong, ponselnya diluar jangkauan. Benar-benar Lost contact. Sampai seminggu kedepan, seperti itu terus.

"Hai" sapa Jungsoo pada Yoonso yang sedang berjalan yang hanya menunduk membuat Yoonso terjungkit kaget.

"O-oh, annyeonghaseyo sunbaenim" sapa Yoonso balik, Jungsoo tersenyum.

"Bagaimana kabar temanmu? Aku merasa tidak enak karena temanku dia terluka hehe" tanya Jungsoo, Yoonso memberikan wajah sedihnya, kabar buruk untuk Jungsoo.

"Ada apa? Sepertinya aku merasakan hal buruk" tanya Jungsoo yang memegang bahu Yoonso, Jungsoo menemukan Yoonso berwajah khawatir.

"Sudah seminggu tak ada kabar tentangnya" jawab Yoonso, Jungsoo terheran. Sangat.

Ia membawa Yoonso yang lemas ke kursi panjang dekat taman dan berbincang bertanya tentang Yoonae.

"Kau sudah menghubungi ponselnya?" Tanya Jungsoo.

"Sudah, bahkan bisa terhitung ratusan kali yang hanya dariku" jawab Yoonso dengan nada tak bersemangat.

"Bagaimana dengan rumahnya?" Tanya Jungsoo lagi, Yoonso menitikkan airmata.

"Sungguh, aku merindukannya. Rumahnya kosong, aku tidak dapat mengontaknya sama sekali" jawab Yoonso dengan menutup wajahnya.

"Bumonim-nya?"

"Bahkan bumonim-ku juga ikut mencarinya, eomma-ku adalah kakak dari abeoji Yoonae. Eotteokhae hiks-"

Jungsoo memeluk Yoonso sebagai bentuk simpati, Yoonso menangis sampai kelompok Junsu datang ia meredakan tangisnya.

"Jung Yoonso" panggil salah satu dari mereka yang positif bernama Shim Changmin. Jungsoo melepas pelukannya perlahan, Yoonso menatap mereka semua.

"Kau tahu dimana Yoonae berada?" Tanya Junsu angkat bicara, Yoonso menatapnya nyalang.

"Aku yang harusnya bertanya padamu Kim Junsu!" Jawab Yoonso emosi menunjuk Junsu sebagai tersangka yang tidak tahu apapun yang segera dihadang oleh Jungsoo.

"Ada apa kau marah-marah Yoonso-sshi?" Tanya Hyerin polos, Yoonso menoleh kearah Hyerin dan menunduk.

"Kalian tahu 'kan kalau dia tak muncul selama seminggu?" Tanya Yoonso, semua mengangguk, Hyerin menghampirinya dan memegang bahunya sebagai bentuk simpatinya.

"Aku juga tidak dapat menghubunginya, bukan hanya kalian saja" lanjut Yoonso, Hana menatapnya heran.

"Kau teman dekatnya, bagaimana bisa?" Selidik Hana, Yoonso berjongkok.

"Ponselnya tak dapat dihubungi dan rumahnya kosong" jelas Jungsoo pada Hana, Hana mengangguk.

"Geurae, ayo kita ke rumahnya" ajak Yoochun, Junsu menatapnya nyalang.

"Dia sudah bilang rumahnya kosong, bodoh!" Protes Junsu, Yoochun menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Setidaknya jauhkan tanganmu dari Yoonso, sunbaenim" peringat Changmin, Jungsoo mengangkat tangannya.

"Geurae" jawab Jungsoo.

"Geureom, aku akan mencarinya" ujar Junsu lalu meninggalkan Yoonso, Changmin dan Jungsoo.

"Sampai nanti Yoonso-sshi" ujar Hyerin ramah, Yoonso menatapnya kosong seperti tak bernyawa. Hyerin dan Yoochun mengikuti Junsu pergi.

"Jangan dekat-dekat Yoonso!" Tegas Changmin, Yoonso menatapnya datar.

"Kenapa? Apa urusanmu? Urus urusanmu sendiri!" Ketus Yoonso yang meninggalkan Jungsoo dan Changmin.

"Hyung, kau tahu kenapa 'kan?" Selidik Changmin, Jungsoo mengangguk.

"Aku mengenal Yoonae dari Yoonso, sewaktu aku berlatih baseball temanku memukul bebas bolanya dan membuat keningnya biru. Aku sebagai ketua tim bertanggung jawab dan sepertinya aku menyukainya tapi aku kaget dimana Yoonso kehilangan kontak Yoonae" jelas Jungsoo, Changmin menghela nafas lega.

"Aku tidak menyukai Yoonso, tenang saja" lanjut Jungsoo yang tahu arah pembicaraannya, Changmin menghembuskan nafas lega, lagi.

Hari berjalan sangat cepat, dua bulan tak ada kabar dari Yoonae. Hanya ada kabar dia berhenti kuliah dan itu saja tak ada informasi lain. Hana benar-benar merasa geram. Bisa-bisanya Yoonae meninggalkan Junsu begitu saja.

"Bagaimana bisa ia meninggalkanmu seperti itu?!" Heran Hana, Junsu memainkan sedotan minumannya malas.

"Junchan, kau menyukainya? Benar-benar menyukainya 'kan?" Tanya Hyerin repot, Junsu masih diam dan meliriknya malas.

"Kau diam saja hyung. Lagipula mana mungkin Junsu hyung tidak menyukai gadis pintar itu huh?" Timpal Changmin, Junsu menatap Changmin dengan malas.

"Aku tidak menyukainya" jawab Junsu lemah, Yoochun tersedak.

"Oppa gwaenchana?" Khawatir Hyerin, Yoochun menstabilkan nafasnya dan menatap Junsu kaget.

"Apa? Tidak menyukainya? Lalu hal gila apa yang ada diotakmu huh Kim Junsu?! Kau memanfaatkannya huh? Kau mau menghancurkan hati gadis itu huh?" Tanya Yoochun berderet, Hana mengangguk.

"Aku hanya menjalankan hubungan tanpa perasaan, kurasa aku akan menyukai perlahan. Well itu baru satu hari dan dia sudah membuatku gila" jelas Junsu, Changmin memutar bola matanya.

"Satu hal yang ingin kutanyakan padamu, hyung. Kenapa gadis itu? Banyak gadis lainnya diluar sana yang menginginkanmu 'kan?" Tanya Changmin, semua mata yang ada di meja itu menatapnya meminta jawaban.

"Dia pintar, dia fansku" jawab Junsu ringan, Hyerin mendecih.

"Mwo? Hanya karena dia pintar dan fans Junchan? Junchan kau sakit ya?" Celoteh Hyerin, Junsu menutup telinganya. Celotehan cepat nan berisik itu tak tertahankan.

"Hyerin, hentikan" protes Junsu, Yoochun membekapnya.

"Berhenti atau kunikahkan kau besok!" Ancam Yoochun dan Hyerin mengangguk cepat. "Eum!!"

"Mungkin Hyerin benar, kau sakit Junchan?" Bela Changmin, Junsu menatapnya.

"Dia salah satu fansku yang pintar, tak ada salahnya jika aku memanfaatkan dia 'kan? Lagipula seperti yang kubilang tadi, lama-lama akan terjalin perasaan jika aku terus bersamanya" jelas Junsu, Hana geram.

"Jadi itu alasannya? Kau memanfaatkan gadis yang mencintaimu? Kupastikan kau akan menyesal Junchan" Tanya Hana mengintimidasi Junsu.

Tak lama Junsu memegang dada kirinya, semakin hari semakin membuatnya nyeri. Penyakit yang dideritanya benar-benar membunuhnya perlahan. Jantung lemah.

"Hyung, gwaenchana?" Tanya Changmin, Hyerin beranjak dari duduknya dan mengambil satu butir obat yang ada di tas Junsu. Membantunya minum obat itu.

"Suie, bertahanlah!" Teriak Yoochun, Junsu semakin melemah dan nafasnya tersengal-sengal.

"Cepat! Seseorang panggilkan ambulance!" Teriak Hana lalu mengambil tindakan namun ia panik dan kebingungan.

"Jangan sembarang ambil tindakan!" Bentak Changmin yang segera menyingkirkan tangan Hana.

"Chwang, eotteokhaee hiks" isak Hyerin yang menumpu tubuh Junsu.

"Ambulance datang"

Junsu dibawa ke rumah sakit lantaran jantungnya bermasalah lagi. Ia memanfaatkan waktunya sebaik mungkin untuk menutup kemungkinan waktunya lebih cepat datang. Hyerin tidak pernah meninggalkan Junsu sedikitpun sampai ranjang berjalan itu masuk ke ruang tindakan Hyerin terpaksa melepaskannya.

"Pendonor jantung sudah dapat sejak sebulan yang lalu tapi Junsu menolaknya" ujar dokter yang menangani Junsu, Jung Yunho. Sementara Hyerin yang dasarnya cengeng kini menangis dipelukkan Jaejoong yang datang karena adiknya kritis.

"Lakukan pencangkokan itu, kumohon Yunho-ah. Ia masih banyak harapan untuk hidup kedepannya" mohon Jaejoong sembari mengelus punggung Hyerin dengan sayang.

"Akan kuusahakan dengan usaha terbaikku"

Hyerin masih saja menangis, ia tak dapat melihat hal yang membuatnya sedih. Apalagi teman sejak kecilnya kritis. Ia tidak dapat membayangkan ia akan kehilangan temannya.

Yoochun tidak mempermasalahkan lagi Jaejoong memeluk Hyerin karena ia tahu situasi.

"Bagaimana hyung?" Tanya Minho yang masih terengah-engah pada semuanya, ia baru datang.

"Ia akan segera mencangkokkan jantungnya" jawab Jaejoong, Hyerin terisak-isak.

"Bagaimana- bagaimana jika operasinya gagal? Hiks" tanya Hyerin, Jaejoong memeluknya erat.

"Percayalah, anak nakal itu akan bertahan" ujar Jaejoong menenangkan Hyerin.

"Kenapa ia bisa kambuh? Ia tidak lari atau lelah" heran Changmin, Hana memikirkan sesuatu.

"Otaknya yang lelah sehingga mengacu jantung bekerja dua kali lebih cepat, belum lagi anemia yang dideritanya" jawab Hana dengan pengetahuannya, ia berada di jurusan kedokteran yang sama dengan suaminya jika tak tahu tentang hal basic seperti ini ia akan menjadi bahan lelucon.

"Tadi Yunho hyung memberikan kita hasil lab darahnya. Hemoglobin-nya dibawah 6 dan dia sedang kekurangan darah" timpal Yoochun, Minho mengurut pangkal hidungnya pusing.

"Karena kekurangan asupan darah sehingga mengacu jantungnya bekerja keras, dari dulu juga Hyerin selalu mengingatkan si bodoh itu untuk transfusi darah dan tidak bergantung dengan suplemen, ini akhirnya jika ia tidak mendengarkan Hyerin" jelas Minho, Jaejoong mengangguk dan terus mengelus punggung Hyerin dengan sayang.

"Kalau saja aku lebih keras hiks memaksanya! Junchan tidak hiks huaa ini salahku" isak Hyerin, Yoochun berdiri dan menghampiri Hyerin dan Jaejoong.

"Dengar! Jika Junchan tidak cocok dengan jantung itu, aku akan mendonorkan jantungku!" Tegas Yoochun, Jaejoong menatapnya dengan tatapan heran, Hyerin menatapnya kaget dengan airmata yang mengalir.

"Jangan bertindak gegabah Chun!" Peringat Minho, ia menunduk.

"Hanya saja aku tidak tahan melihat Hyerin menangis, jika itu yang bisa kulakukan maka akan kulakukan agar Junsu segera sembuh dan Hyerin kembali cerewet tidak menangis seperti ini!" Jawab Yoochun dengan nada sendunya, Jaejoong memeluk keduanya.

"Percayalah pada Yunho, dia akan menyelamatkan anak bebek itu. Percayalah" ujar Jaejoong.

Dan operasi berjalan lancar. Jantung yang dipakai Junsu cocok dengannya dan kini ia bisa hidup lebih lama dan nyaman tanpa jantung lamanya. Entah jantung milik siapa, jika ia tahu ia akan sangat berterima kasih. Ia masih dibawah sadar selama dua minggu dan berita tentang Yoonso terdengar, rumornya ia mengambil lulus dini.

"Apa? Lulus dini?" Tanya Changmin pada Hana, si pusat informasi.

"Ne" jawabnya singkat, Changmin frustasi.

"Kemarin temannya sekarang dirinya sendiri" gumam Yoochun, Hyerin menamparnya pelan.

"Kau berisik! Junchan sedang tidur" bisik Hyerin yang merawat Junsu sejak keluar operasi, Jaejoong tersenyum.

"Sekarang kau yang berisik Yoochun-ah" ujar Jaejoong membuat atmosfir baru.

"Sebelum si bebek itu bangun, Hyerin tidak akan berisik" jawab Yoochun.

"Harusnya jika Junsu tahu ia akan senang, Hyerin tahan berdiam untuknya tapi saat ini dia tidak sadar keke" tawa Minho, Jaejoong tertawa bersama Yoochun.

"Hana-ya, kau punya nomor Yoonso?" Tanya Changmin, Hana memberikan ponselnya dan Changmin mengetikkan nomornya juga menyimpannya.

"Temanmu yang bernama Yoonso pasti tahu tentang sesuatu" ujar Jaejoong menebak, Hyerin menoleh.

"Yoonso adalah sepupu kekasih Junchan" jawab Hyerin dengan mengusap pelan saputangan basah ke sela jari Junsu, Jaejoong berdeham mengerti.

"Ngomong-ngomong dimana eommonim Kim?" Tanya Hana yang memainkan gadget-nya untuk sebuah informasi, tentunya.

"Masih di Jepang, ia menyesalkan tidak datang saat Junchan sekarat. Tapi eomma benar-benar tidak bermaksud membiarkan Junchan sendiri, eomma percaya padaku" jawab Hyerin lagi dengan celotehannya tanpa menoleh sedikitpun dari Junsu, Jaejoong memutar matanya sebal.

"Sebenarnya anak eomma aku atau kau hum?" Tanya Jaejoong, Hyerin menoleh polos.

"Aku" jawab Hyerin lagi dan lagi.

"Sudahlah hyung, berbincang dengannya itu tidak kunjung selesai" tengah Minho yang sangat tahu sikap adiknya, Jaejoong terkekeh dan tersenyum.

"Tidak pernah berubah" gumam Jaejoong yang di dengar Yoochun.

"Tentu saja ia merasa menjadi anak umma Kim karena dia dan Junsu sudah seperti anak kembar" jawab Minho dengan kekehannya

"Dan juga setahuku pusat informasi adalah Hana, tapi jika menyangkut Junsu ia akan merebut posisi Hana, I guess" sindir Jaejoong, Hana dan Hyerin merenggut. Bagaimana bisa mereka seperti itu pada keduanya?

Sementara Changmin mencoba menelpon nomor ponsel Yoonso, tidak dapat dihubungi.

"Chwang?" Panggil Hyerin, Changmin menoleh.

"Hmm?" Gumamnya, Jaejoong yang mengerti tatapan Hyerin kini meneruskan maksud Hyerin.

"Jika dia milikmu, dia pasti kembali" ujar Jaejoong dan Changmin mengangguk.

Eomma Kim belum juga pulang karena kesibukannya yang sangat mematikan dirinya sendiri, saat mendengar Junsu berhasil operasi setidaknya ia lega dan juga bersalah, ia tidak disana saat anaknya kritis, beruntung ia punya Hyerin yang mengatasnamakan segalanya untuk Junsu.

Hyerin setia menunggu Junsu sadar sampai ia terkejut dengan pergerakkan jari Junsu.

"Junchan?" Panggil Hyerin, Junsu merasa kepalanya pening dan nafasnya lebih baik dan ringan.

"Yoonae eodiya?" Tanya Junsu dengan suara parau, Hyerin memeluk Junsu dan menghiraukan pertanyaan Junsu.

"Syukurlah kau sadar Junchan!" Ujar Hyerin berisik sehingga Hana, Changmin, Yoochun dan Jaejoong yang sedang tidur disana terbangun.

"Yah! Bebek kau bangun!" Seru Jaejoong lalu mencium kening adiknya dengan sayang, Junsu tersenyum.

"Hyerin akan kembali berisik" sindir Changmin yang lalu mendapat pukulan telak dari sang kekasih Hyerin.

"Dia rela berdiam diri dan merawatmu bebek" ujar Hana yang menghampiri Junsu.

"Gomawo nae dongsaeng, choigo uri Hyerin. Keundae aku merindukan Yoonae"

Semua terkejut dengan pernyataan Junsu, Junsu yang selalu menanyakan Yoonae dimana. Entah apa yang terjadi saat tidur panjangnya, ia begitu aneh. Menjadi hangat, ceria seperti Hyerin dan selalu bahagia juga merindukan Yoonae tanpa sebab.

Kabar Yoonae dan Yoonso sama sekali tidak terdengar, sudah setengah tahun. Skripsi yang Junsu titipkan pada Yoonae pun tak ada kabarnya, Junsu benar-benar menyerah.

Enam bulan lamanya ia tidak menemukan Yoonae dimanapun, sejak ia sadar setelah operasi saat itu ia bertanya apakah Yoonae datang menjenguk dan hasilnya nihil. Ia kuliah dan mencari Yoonae di waktu senggang.

Changmin yang terus mencari keberadaan Yoonso, gadis yang ia sukai dalam pandangan pertamanya.

Jaejoong yang sibuk dengan bisnis kafe-nya.

Minho yang sudah menjalankan magang sebagai dokter spesialis anak-anak.

Hana yang sibuk menyelesaikan skripsi-nya karena semester depan sudah masuk semester akhir.

Hyerin yang selalu berlatih drama musikal bersama kekasihnya karena berada di jurusan yang sama, open house universitasnya sudah mendekat.

Kali ini kantin benar-benar sepi karena siang ini semua kelas penuh dan kelompok chaebol ini, yang lagi-lagi bolos.

"Hyung, kau sudah menemukan Yoonae?" Tanya Changmin, Junsu menatapnya dengan pikiran yang entah kemana.

"Yah! Junchan! Sadarlah!" Pekik Hyerin melihat Junsu bahkan lebih menyedihkan dibanding sakit kemarin.

"Hyerin-ah, geumanhae" tengah Yoochun, Hyerin menghela nafas. Yoochun sangat tahu bagaimana kehilangan kekasih, ia pernah merasakannya setidaknya tiga kali yang semua tersangkanya adalah Hyerin.

"Junchan sudah mendengarnya. Yoonae pindah sejak seminggu kalian kencan, keluarganya sulit ditemukan karena mereka ada di Jepang, hanya itu yang kudapat" jelas Hana, Hyerin mengangguk.

"Junchan jangan terlalu terbebani, aku yakin kita pasti menemukannya. Iya 'kan Chunnie?" Ujar Hyerin menenangkan Junsu.

"Geurae, jangan pasang wajah sedih seperti itu eoh" jawab Yoochun kali ini, Hyerin mengangguk.

"Besok libur 'kan? Bagaimana kalau nanti malam kita ke kafe Jae hyung?" Saran Changmin yang berusaha menghibur semuanya termasuk dirinya sendiri.

"Ayo! Aku mau ditraktir lagiii~" semangat Hyerin dengan bersenandung, Yoochun menepuk jidat Hyerin.

"Traktir atau bertemu Jaejoong huh?"

"Hahaha"

Akhirnya malampun tiba, mereka datang ke Cojje kafe tanpa Minho, dia sibuk dengan magangnya.

"Wah kalian tiba, tepat sekali! Aku akan membuatkan minuman" sapa Jaejoong riang, semuanya mengangguk dan menunggu di meja, bersantai duduk di cafe unik ini.

"Junchan, bukankah itu Jungsoo sunbaenim?" Tanya Hana sembari menunjuk meja yang jauh dari mereka, semua menoleh kesana.

"Geurae, itu Jungsoo sunbaenim" jawab Changmin, Junsu ikut mengangguk.

"Ya! Kalian tidak sopan melihat pelangganku seperti itu eoh!" Omel Jaejoong lalu memberikan pesanan masing-masing dihadapan mereka. Semua salah tingkah.

"Ah~ aniya~ itu ada Sunbae kami" bela Hyerin, Jaejoong menoleh kearah Jungsoo lalu tersenyum.

"Ia pelanggan lama, hampir setiap hari ia kesini" jawab Jaejoong, Changmin menatap Jaejoong.

"Cafe ini bahkan berlawanan arah dari rumahnya dan jauh dari universitas" gumam Changmin dan berfikir.

"Lalu? Apakah ada syarat untuk tidak boleh kesini?" Tanya Yoochun mewakilkan Jaejoong.

"Chunnie benar, memangnya ada yang salah?" Lanjut Hyerin, Hana menatap Changmin bersamaan.

"Jungsoo orang terakhir yang berhubungan dengan Yoonso" gumam Junsu dengan mata menerawang, Jaejoong ikut duduk disebelah Hyerin yang kini diapit olehnya dan Yoochun.

"Siapa Jungsoo? Siapa Yoonso?" Tanya Jaejoong penuh selidik, Yoochun menatapnya risih.

"Jungsoo adalah senior yang terakhir berhubungan dengan Yoonso, Yoonso adalah sahabat terdekat kekasih Junsu, Yoonae" jelas Hana, Jaejoong mengangguk.

"Memangnya ada apa?" Tanya Jaejoong lagi.

"Yoonae meninggalkanku esok hari setelah membawanya kesini, kau ingat 'kan hyung?" Jelas Junsu, Jaejoong mengangguk.

"Tak lama kemudian Yoonso mengambil lulus dini dan menghilang juga" lanjut Changmin dengan nada sedih.

"Apakah Yoonso adalah gadis yang membuatmu murung akhir-akhir ini Min?" Tanya Jaejoong, Changmin mengangguk.

"Sebentar, aku akan memberi paket yang diberikan sunbae-mu. Dia menitipkannya padaku" ujar Jaejoong lalu pergi ke kantor pribadi-nya dan kembali lagi memberikannya pada Junsu.

"Bukalah!" Seru Hyerin tak sabaran, Junsu membukanya.

Kotak persegi yang lumayan besar bersampulkan coklat kini sudah terbuka, Junsu mengambil sebuah berkas yang lumayan tebal.

"Ini skripsi-ku" gumam Junsu, Changmin terkejut.

"Apa? Skripsi?" Kaget Yoochun, Hana membuka kacamatanya dan mengusap matanya.

"Malam itu Junchan meminta tolong pada Yoonae untuk membuatkan skripsi" jelas Hana, Hyerin menatap Junsu.

"Apakah skripsi itu lengkap?" Tanya Hyerin, Junsu yang sedang meneliti skripsi itu mengangguk.

"Yah bebek. Kenapa kau menyuruh kekasihmu mengerjakan skripsimu huh?" Omel Jaejoong menjentikkan jarinya di kening Junsu.

"Aw" ringis Junsu, Hyerin menatap Jaejoong nyalang.

"Jangan menyakiti Junchan!" Omel Hyerin dengan sangat lucu, Jaejoong tersenyum kikuk.

"Dia ini memanfaatkan kekasih pintarnya" ujar Changmin, Jaejoong menyipitkan matanya.

"Kau ini berperan menjadi pria brengsek huh?" Tanya Jaejoong pada adik yang ada dihadapannya.

SRAK

Junsu beranjak dan menghampiri meja Jungsoo, semua terbalak tak percaya.

"Junchan!!" Teriak Hyerin, Junsu tak mengindahkan teriakan Hyerin.

"Sunbaenim!" Bentak Junsu dihadapan Jungsoo, Jungsoo melebarkan matanya kaget. Junsu membanting skripsi itu dimeja Jungsoo.

Tak!

"Jun- Junsu-sshi?"

"Ini Yoonae yang buat 'kan? Jawab aku!" Bentaknya, semua pelanggan menatap keduanya, Jungsoo berdiri tenang dengan angelic face-nya.

"Ne, itu murni hasil Yoonae" jawab Jungsoo yang membuat Changmin, Hyerin, Hana, Yoochun dan Jaejoong menghampiri keduanya.

"Lalu dimana dia sekarang?!" Tanya Junsu tak sabaran, nafasnya memburu.

"Kau pasti tahu dimana Yoonso juga 'kan?" interupsi Changmin.

"Tentu dia akan menjawab semuanya dengan senang hati. Iya 'kan?" Lanjut Hana.

"Sebaiknya jangan buat tanganku gatal sunbaenim" ujar Yoochun lagi.

"Yah! Bocah! Jangan buat keributan di kafeku! Selesaikan di parkiran! Osso!" Omel Jaejoong, Hyerin terjungkit karena Jaejoong membentak semuanya dihadapannya yang membuatnya tersentak, ia benci itu.

"Tidak berubah! Aish!" gumam Hyerin yang keluar lebih dahulu dan diikuti semuanya.

Kini mereka diparkiran, mengintrogasi Jungsoo.

"Tentang Yoonae hanya Yoonso yang tahu" jawab Jungsoo.

"Geurae, Yoonso eodiseo?" Tanya Changmin.

"Dia bilang jangan beritahu" jawab Jungsoo lagi.

"TOLONG! BERITAHU AKU DIMANA DIA! BERITAHU AKU!" Teriak Junsu kesal, Jungsoo gugup.

"Besok datanglah ke rumah lama Yoonae" ujar Jungsoo, Changmin mendengus.

"Kau bodoh? Rumah itu kosong!" Dengus Changmin, Hana melipat tangannya.

"Ikuti saja dulu, selalu ada jawaban 'kan?" Ujar Hana, kini semuanya sudah santai

Setelah mendapatkan clue dari skripsi buatan Yoonae, mereka gencar mencari Yoonae dan Yoonso.

Dulu memang Junsu menganggapnya fans bodoh yang mau saja ia manfaatkan untuk skripsinya namun kini berubah. Tapi lama kelamaan seorang Kim Junsu ternyata merasa kehilangan fans bodohnya itu, ia rindu akan tatapan yang tak pernah lepas dari Yoonae, ia rindu dimana Yoonae rela membolos demi menguntitnya.

Waktu mengubah segalanya, hatinya tak pernah ingin melepas Yoonae sejak sadar dari operasinya. Dulu ia hanya gencar mencari Yoonae demi Skripsi-nya namun sekarang skripsi tidaklah penting.

Esoknya setelah kuliah pagi Junsu dan Changmin datang ke rumah Yoonae tanpa mengajak Yoochun, Hyerin dan Hana. Mereka terlalu berisik.

"Kau datang" ujar Jungsoo, keduanya membungkuk hormat. Setidaknya Jungsoo masihlah seniornya.

"Dimana Yoonae? Yoonso?" Tanya Junsu, Jungsoo menatap kebawah.

"Kau hanya dapat bertemu dengan Yoonso" jawab Jungsoo, tanpa alasan yang jelas Junsu mengangguk.

Hatinya seperti merindukan Yoonso, setelah Yoonso ia akan bertemu Yoonae, pikirnya.

Jungsoo mempersilahkan keduanya masuk kedalam rumah lama Yoonae.

"Yoonso" gumam Changmin saat melihat Yoonso sedang merapikan meja makan.

Junsu yang melihat Yoonso dalam keadaan tidak baik membuat desiran tak nyaman terjadi dalam darahnya, ia merasa sedih dan merasa menyesal.

Ruang makan dapat terlihat dari ruang tamu, Yoonso tersenyum kikuk pada keduanya.

"Annyeonghaseyo sunbaenim, maaf kesan pertamaku sungguh memalukan hehe" sapa Yoonso saat melihat keduanya masuk.

Yoonso terlihat lebih kurus dari sebelumnya.

Junsu duduk diruang tamu setelah nyaman melihat senyuman Yoonso lalu matanya sibuk melihat sekeliling, diawali dengan foto Yoonae tersenyum cerah menggunakan hanbok cerah di studio kemudian beralih ke foto kelulusan Yoonae sejak taman kanak-kanak sampai sekolah menengah dan foto keluarga yang besar, Yoonae memiliki adik yang masih kecil saat itu, ia tidak menemukan foto-foto adiknya hanya foto berfigura dirinya bersama Yoonso, ibunya dan ayahnya.

Sementara Changmin menghampiri Yoonso dan Jungsoo yang membiarkan mereka menelusuri rumah lama Yoonae.

"Halo Yoonso-sshi" sapa Changmin, Yoonso berbalik dan menunduk hormat.

"Annyeonghaseyo Shim sunbae" sapanya balik, lalu ia melanjutkan mencuci piring.

"Kau terlihat kurus" ujar Changmin dengan nada penuh simpati.

"Ah? Dietku berhasil hehe" jawab Yoonso yang kemudian mematikan air yang mengalir di tempat cuci piring dan berbalik untuk menuju ke counter tempat biasa ia makan.

"Kemana saja kau selama ini?" Tanya Changmin yang memblokir jalan Yoonso, Yoonso menatapnya.

"Eh? Aku- itu- mantan pacarku menikah di Jepang. Aku harus ikut program lulus dini juga karena bumonim-ku sakit" jawab Yoonso terbata, Changmin memeluknya secara tiba-tiba.

"Jangan pergi lagi" pinta Changmin, Yoonso membeku dan menolak rengkuhan itu secara halus.

"Shim sun-"

"Changmin"

Keduanya terikat jalinan cinta tanpa hubungan. Yoonso memang menyukai Changmin tapi ia berfikir bahwa ia akan mengkhianati kekasihnya dulu yang kini sudah menikah. Akhirnya Yoonso dengan bebas mencintai Changmin tanpa orang itu tahu.

"Changmin dan Yoonso reuni di dapur, orange juice tak keberatan 'kan?" Ujar Jungsoo tiba-tiba yang membuat Junsu menghentikan kegiatan melihat-lihatnya.

"Ya? Oh terima kasih, aku menyukai orang juice" ujar Junsu saat tahu Jungsoo membawa segelas orange juice. Perasaannya mengatakan bahwa dirinya sangat menyukai orange juice.

"Yoonae- Dia mengalami pendarahan di otaknya saat hari dimana temanku tak sengaja melayangkan pukulan bebas" ujar Jungsoo tiba-tiba, Junsu yang sedang minum terburu menegaknya habis.

"Pendarahan?" Tanya Junsu meyakinkan kalimatnya, Jungsoo mengangguk.

"Maka dari itu esoknya orangtua Yoonae membawa Yoonae ke Jepang untuk pengobatan, pembuluh darahnya pecah dan koma" lanjut Jungsoo, Junsu melebarkan matanya kaget, Yoonae tidak meninggalkannya secara sengaja.

"Lalu dimana dia sekarang? Dia sudah sadar? Jawab aku!" Tanya Junsu to the point, Yoonso datang dari belakang.

"Belum saatnya" jawab Yoonso yang diiringi Changmin dibelakangnya.

"Kenapa? Aku merindukannya! Dia membuatku gila!" tanya Junsu heran, ia sudah kepalang merindukan kekasihnya.

"Dia menjadi semakin menyedihkan daripada sebelum ia cangkok jantung". Bongkar Changmin yang datang bersama Yoonso yang mendengus.

"Kenapa? Bukannya kau hanya memanfaatkannya sunbaenim?" Tanya Yoonso, Junsu menunduk terpukul.

"Yoonso, geumanhae. Pilyeo eobseo (Hentikan, itu tidak perlu)" tegur Jungsoo, Yoonso bungkam.

"Itu benar! Dan aku tidak butuh skripsi sialan itu lagi sejak aku memulai hidup baru! Aku hanya butuh Yeon Yoonae!" Seru Junsu yang marah dengan dirinya sendiri.

"Junsu sangat merindukannya" lanjut Changmin yang membawa Junsu kembali duduk.

"Well kau merasakan apa yang ia rasakan" timpal Yoonso, Junsu menatapnya tidak mengerti.

"Kau pergilah ke Jepang. Cari informasinya, bumonim-nya merahasiakan ini. Kami tak boleh sembarangan memberitahukannya" jelas Jungsoo, Junsu mencengkram kerah baju Jungsoo.

"Apa?! Lalu untuk apa kau membawaku kesini hah?! Kau membuang waktuku untuk mencari Yoonae!!" Bentak Junsu, Jungsoo mengangguk mengerti berkali-kali.

"Junsu hyung!" Tegur Changmin yang memisahkan mereka berdua.

"Tujuannya? Kau mau tahu?" Tanya Yoonso.

"Kau tahu jawabanku" jawab Junsu, Yoonae menunjukkan buku album Yoonae.

"Our kid, Yoonae. Eh?" Baca Changmin dari judul album besar tersebut.

"Yoonae memberikannya untukmu. Kau ingin buang atau simpan terserah yang penting dia berusaha memberikan sesuatu" jelas Jungsoo.

"Sebenarnya kalian siapa?" Tanya Junsu selidik dengan memeluk erat album foto Yoonae.

"Aku hanyalah sunbae yang merasa bersalah dengan semua ini" jawab Jungsoo menatap foto keluarga Yoonae yang terdapat Yoonae disana.

"Aku tahu" jawab Junsu, Changmin menatapnya.

"Ada apa?" Tanya Changmin, Jungsoo terkekeh.

"Pukulan bebas temanku yang menyebabkan ini semua, kebetulan Yoonso bilang Yoonae sedang serius memperhatikan Junsu" jelas Jungsoo menjawab pertanyaan Changmin.

"Secara tak langsung itu salahku?" Tanya Junsu dengan wajah bersalah.

"Tidak, ini takdir Junsu-sshi" jawab Jungsoo.

"Aku akan mengatur penerbangan ke Jepang besok" ujar Changmin lalu menggiring Junsu keluar dan berpamit.

"Yoonso, jangan pergi lagi" pinta Changmin, Yoonso menatapnya dengan penuh arti.

"Ne" jawab Yoonso.

Changmin membawa Junsu pulang. Album foto itu sama sekali belum ia buka, belum ia lihat namun ia hanya memeluk album foto tersebut, hatinya sangat hangat dan lembut semenjak sadar entah ia mimpi apa saat tertidur satu minggu itu.

"Sampai kapan Junchan akan memeluk seperti itu? Aku mau lihaatt" rengek Hyerin.

Kini sekumpul bocah berisik sudah berkumpul di Cojje kafe dan berjanji tidak akan membuat keributan lagi.

Junsu hanya meminum es jeruk dengan perlahan tanpa mengindahkan kata-kata Hyerin, tiba-tiba saja menyukai es jeruk tanpa sebab.

"Jae oppa! Apakah ia sudah kerasukan?" Tanya Hyerin pada Jaejoong yang ikut berkumpul bersama sambil menghitung keuntungan kafenya namun Jaejoong tidak mengindahkannya.

"Terlihat jelas 'kan kalau dia sangat merindukan Yoonae?" Jawab Hana pada Hyerin, Jaejoong menghiraukannya. Hyerin membuang muka dan mengeratkan genggaman tangannya pada Yoochun.

"Itulah kenapa mereka berdua putus" timpal Minho, Jaejoong menatapnya.

"Geumanhae, itu sudah berlalu kau terus mengungkitnya Minho-ya" tegur Jaejoong, Minho memutar matanya jengah.

"Keundae, Changmin eodie?" Tanya Yoochun mengalihkan perang dingin, ia cukup lelah berlama di Cojje kafe ini.

"Dia? Katanya datang sedikit telat" jawab Hana, Junsu menatap Hana.

"Bersama Yoonso" lanjutnya.

Kring~

Pintu masuk Cojje kafe berbunyi bertandakan bahwa seorang pelanggan datang, ialah Changmin dan Yoonso. Kebetulan meja yang mereka tempati lebih besar dari biasanya.

"Annyeonghaseyo" sapa Yoonso pada semuanya, Jaejoong berdiri dan merapikan berkasnya lalu tersenyum pada Yoonso.

"Halo! Aku hyung dari Junsu, kau ingin pesan sesuatu?" Ujar Jaejoong, Yoonso menggeleng yang diikuti Changmin.

"Geurae, aku pamit sebentar"

"Jja, duduklah! Sini!" Ajak Hyerin yang menyuruh Yoochun bergeser ke pojok untuk Yoonso.

"Hyung geser sedikit" ujar Changmin yang hendak duduk disebelah Junsu berhadapan dengan Yoonso, Junsu hanya bergerak tanpa mau bersuara.

"Dia 'kah Yoonso?" Tanya Minho, Hana mengangguk.

"Dia Yoonso, sepupu paling dekat dengan Yoonae. Yang kerap menjaga Yoonae" jawab Hana dengan informasi seadanya.

"Geurae, aku adalah orang yang disebutkan oleh Hana-sshi" lanjut Yoonso dengan senyumnya, Junsu menatap Changmin dan Yoonso bergantian.

"Sesuatu terjadi?" Tanya keduanya, Changmin tersenyum malu dengan menatap Yoonso malu.

"Kami jadian" jawab Changmin, Hyerin segera memeluk Yoonso.

"Ya! Chukkhae! Chwang harus traktir yeay!" Seru Hyerin heboh, semua setuju dan tertawa.

"Hati-hati kantungmu jebol karena nafsu makan seorang Chwang" sindir Yoochun, Changmin menatapnya dengan deathglare-nya.

"Aku sudah tahu" jawab Yoonso, Minho terkekeh.

"Memang cinta itu membutakan segalanya haha" ujar Minho, Changmin menganggukkan kepalanya setuju.

"Aku ikut bergabung lagi ne" ujar Jaejoong yang tiba-tiba datang dan menyeret kursi satu untuk dirinya.

"Lalu... Bisakah kau memberi kami informasi atau sedikit petunjuk dimana Yoonae?" Tanya Minho, Hana kini serius mendengar, bukan hanya Hana tapi semuanya.

"Keuge-" gantung Yoonso, Changmin meraih tangan Yoonso dan menggenggamnya.

"Katakan saja, apa kau tega melihat Junsu seperti ini?" Ujar Changmin pelan-pelan, Hyerin merangkulnya.

"Percayalah" ujar Hyerin, Jaejoong sedikit tersentak. Hyerin dapat tenang seperti ini. Yoonso menarik nafas dan membuangnya perlahan lalu tersenyum.

"Mulailah" ujar Jaejoong yang berada di ujung meja persegi panjang tersebut.

"Junsu sunbae kau pasti sudah melihat foto keluarga Yoonae 'kan?" Tanya Yoonso, Changmin mengangguk.

"Aku melihatnya" jawab Junsu, Yoonso tersenyum.

"Aku juga" lanjut Changmin, semua hanya memperhatikan.

"Dia bukan anak sulung dan fakta itu sudah kalian lihat" ujar Yoonso, Junsu mengingat kembali bahwa Yoonso yang masih remaja memiliki adik kecil berumur kisaran 10 tahun.

"Ne, dia punya adik kecil" jawab Junsu lagi.

"Kukira dia sulung, karena selama ini kita semua berada dalam lingkungan dan sekolahan yang sama sampai detik ini" kaget Minho, Hana juga sama terkejutnya.

"Lalu adiknya kemana?" Tanya Yoochun.

"Apakah adiknya-" gantung Hyerin, Yoonso menggeleng.

"Adik Yoonso itu tuna netra karena kecelakaan sejak kecil, pasti kalian juga ingat kalau Yoonso adalah yang paling baru diantara kita 'kan?" Jelas Yoonso lagi, Changmin mengangguk.

"Dia anak baru di sekolah dasar kelas empat dulu, aku sekelas dengannya" jawab Changmin, semua serius memperhatikannya.

"Dia dulu lahir di Jepang walaupun asli Korea. Adiknya mengalami kebutaan saat ia berumur lima tahun dan Yoonae enam tahun" cerita Yoonso, semua merenung.

"Chogi, apakah adik Yoonso masih hidup?" Tanya Jaejoong hati-hati, Yoonso tersenyum.

"Tentu, dia masih hidup dan petunjuknya adalah dia. Adiknya tinggal di Jepang sendiri karena nenek dan kakeknya sudah meninggal setahun yang lalu karena tsunami. Tapi sekarang ia tidak sendiri lagi" jelas Yoonso, Junsu menemukan titik cerah dan kabar bahagia dari petunjuk tersebut.

"Ya adik Yoonso 'kan kini bersama bumonimnya" jawab Hyerin, Yoochun mengacak rambutnya pelan. Ada benarnya.

"Hyerin benar 'kan? Karena kau bilang orangtua Yoonso pindah ke Jepang, tak bukan untuk menemani adik Yoonso 'kan?" Selidik Hana, Yoonso menunduk berfikir.

"Sebenarnya adik Yoonso yang bernama Yoonmi itu mandiri, bumonimnya bahkan percaya anak itu tumbuh baik walaupun sendiri" jawab Yoonso, Minho mendesah frustasi.

"Jadi Yoonmi dan bumonimnya tinggal di tempat yang berbeda?" Tanya Minho, Junsu hanya menjadi pendengar baik kali ini. Ini petunjuk.

"Geurae, Yoonmi menolak tinggal di rumah baru bumonimnya karena ia tidak bisa meninggalkan rumah peninggalan nenek kakeknya" jawab Yoonso lagi.

"Tentu saja karena ia tinggal selama ini dengan nenek dan kakeknya" tebak Jaejoong, Yoonso mengangguk.

"Pertanyaanku itu kenapa Yoonmi selama ini di Jepang?" Tanya Changmin dengan selidik, Yoonso terkekeh.

"Hampir aku melewatkan itu, Yoonmi sejak kecil dititipkan bersama Yoonae di kakek neneknya karena taman kanak-kanak mereka dekat dan bumonimnya sibuk bekerja" jelas Yoonso, semua koor mengangguk.

"Kenapa Yoonae memilih ikut bumonimnya?" Tanya Yoochun, Hyerin menjentikkan jarinya.

"Benar! Pertanyaan yang bagus baby!" Seru Hyerin, semua terkekeh melihat sikap kekanakkan Hyerin.

"Yoonmi sangat menyayangi nenek kakek mereka, bukan berarti Yoonae tidak hanya saja Yoonmi merasa berhutang budi. Ia masih kecil saat harus memilih ingin ikut siapa. Ia memilih nenek kakek-nya karena mereka kerap merawat, menjaga dan mengajarkan dirinya sebagai orang buta" jelas Yoonso, semua koor mengangguk lagi.

"Apa alasan Yoonae?" Tanya Junsu yang kini merasa hatinya berdesir hangat mendengar nama Yoonmi, tanpa alasan yang jelas.

"Yoonae ikut ke Korea karena aku, aku mengajaknya sekolah disini karena kubilang ada anak laki-laki popular yaitu kau" jawab Yoonso yang menunjuk Junsu, ia salah tingkah.

"Ya? Aku?" Heran Junsu, Yoonso mengangguk.

"Aku mengirim fotomu yang sedang bermain bola melalui email, dia sudah menyukaimu sejak muda Junsu sunbaenim" jawab Yoonso, semua merasa simpati pada Yoonae. Cintanya benar-benar tulus.

"Dia kan memang tidak peka, si bebek" gerutu Jaejoong, Hyerin melototi Junsu.

"Jangan meledek Junchan-ku!" Marahnya lucu, Yoonso terkekeh.

"Dia kini bersama Yoonmi" ujar Yoonso, semua yang awalnya terkekeh kini melotot kaget.

"Dia? Dia siapa?" Tanya Junsu kaget.

"Yoonae"

Malam itu semua memesan tiket pesawat untuk terbang ke Jepang, semuanya. Penerbangan dipercepat karena Junsu membayar segalanya dan membayar semua biaya mereka. Ia senang sekali menemukan Yoonae-nya.

Mereka tiba di Tokyo jam delapan pagi sementara rumah Yoonmi berada di Hokkaido, membutuhkan waktu satu hari untuk mencapai sana menggunakan kereta ekspress.

"Kau tidak sehat, baby?" Tanya Changmin pada Yoonso yang diam saja sejak didalam kereta.

"Aku baik saja, percayalah" jawab Yoonso yang tersenyum sedikit, Changmin percaya dan memeluknya sebentar.

"Aku sangat ingin melihat adik Yoonso! Pasti lebih cantik dari Yoonso!" Seru Hyerin tidak bisa diam dikursinya, Yoochun menatapnya dengan tatapan mengancam.

"Kupastikan kau pulang aku melamarmu Park Hyerin" ujar Yoochun serius, Hyerin menggunakan wajah anehnya karena Yoochun benar-benar membuatnya takut.

"Jangan mengganggunya Yoochun-ah" bela Junsu, Hyerin berpindah duduk diantara Junsu dan Jaejoong.

"Tolong akuuu, aku tidak mau menikah mudaaa" rengek Hyerin, Minho menatap adiknya sebal.

"Kau menyindir istriku heh?" Tanya Minho, Hana terkekeh.

"Kau yang tidak mau melepaskanku dan takut kehilanganku, kau yang tersindir aku tidak" ledek Hana, Minho mendecak.

"Jangan membahas itu lagi Chun, Hyerin sangat anti dengan itu" peringat Jaejoong, Yoochun memutar matanya malas.

"Ye ye"

Akhirnya mereka tiba di Hokkaido, karena waktu sudah larut Yoonso mengajak mereka semua ke penginapan milik keluarganya dan membebaskan biaya semua itu karena tahu mereka teman Yoonae.

Mereka berkeliling kota itu untuk makanan atau souvenir, Junsu yang melihat cincin cartier disana membelinya sepasang untuk Yoonae.

"Junsu?"

Junsu menoleh bersama Jaejoong sementara yang lainnya sudah jalan duluan.

"Eomma?! Sedang apa kau- ah! Aku merindukanmu!" Ujar Junsu lalu memeluk orang yang ia panggil ibunya.

"Eomma di Hokkaido? Kukira kau di Sapporo?" Heran Jaejoong, ibunya melepaskan pelukannya.

"Bisnis eomma disini berkembang sejak teman eomma memberikan design baju mendiang anaknya yang membuat maju bisnis eomma" jawab ibunya, Junsu tersenyum.

"Syukurlah!"

Setelah bertemu ibunya, ia pamit dan kembali ke penginapan lalu beristirahat.

Dia tidak sabar hari esok sampai tidak bisa tidur dan kekurangan tidur, ia sangat bersemangat.

"Sudah siap semua?" Tanya Yoonso, semua tersenyum mengangguk.

Yoonso meminjam mobil khusus bertamasya untuk perjalanan ke rumah Yoonmi.

"Kau yang menyetir baby?" Tanya Changmin khawatir, Yoonso menstater mobilnya dan terkekeh.

"Duduklah dengan tenang, aku hidup di Jepang bukan satu atau dua hari" jawab Yoonso yang mengacak rambut Changmin, semua sudah naik dibelakang dan Changmin duduk disamping kemudi.

"Aku penasaran kenapa kemudi ada di sebelah kanan? Chun-ah kau tahu kenapa?" Tanya Hyerin polos.

Kemudi di Jepang dengan di Korea memang berbeda posisi, di Jepang kemudinya di sebelah kanan dan Korea sebaliknya.

"Aku tidak tahu pasti tapi jika kemudi disebelah kanan kau harus mengendarai disebelah kiri, kalau di Korea kemudi disebelah kiri kau harus mengendarai disebelah kanan" jawab Yoochun panjang lebar membuat Junsu yang berada disebelahnya memutar matanya heran.

"Sepertinya aku tahu kenapa kau sebal saat dulu bersama Hyerin, hyung" sindir Junsu, Jaejoong yang berada di jok belakang hanya terkekeh.

"Tidak seperti itu Su" bela Jaejoong, Hyerin menatap Jaejoong dengan senyumannya.

"Junchan memang jahat Jae oppa, huh~" marah Hyerin, Yoochun tertawa dan mencium rambut Hyerin.

"Kalian berdua membuatku iri saja, nanti kuperlakukan Yoonae dengan istimewa. Lihat saja" ujar Junsu, Minho terkekeh.

"Segera menikah saja hyung!" Saran Minho, Junsu mendelik.

"Aku itu bukan kau yang terburu-buru"

"Kyaaahh"

Perjalanan sangat menyenangkan, hanya butuh 30 menit untuk sampai ke kediaman Yoonmi yang terlihat dengan arsitektur khas Jepang asli. Rumahnya besar, tradisional yang dicampur sentuhan modern yang membuat rumah tersebut paling menonjol diantara rumah besar lainnya.

"Cha~ kita sampai" ujar Yoonso lalu turun, semuanya menatap rumah itu takjub saat sesudah turun.

"Selera Yoonmi lebih tinggi daripada Yoonae, ne?" Gumam Hana, Junsu yang sedang memanding rumah itu takjub berubah menjadi gelap pada Hana.

"Kau kenapa hyung?" Tanya Minho yang menyadari tatapan mengkilat-kilat bak pembunuh pada Hana.

"Maksudmu apa Lee Hana?" Tanya Junsu sebal, Hana mengalihkan pandangannya ke Junsu.

"Selera Yoonae jelek sejak kecil, lihat saja dia memilih pindah ke Korea meninggalkan adiknya yang lebih memilih tinggal dirumah mewah ini" jelas Hana polos, Hyerin sudah terburu menggandeng Junsu masuk karena Yoonso dan Changmin sudah masuk dan mempersilahkan semuanya masuk.

"Jika saja adikku tidak menyeret Junsu masuk, kau mungkin sudah tewas akibat lengkingan lumba-lumbanya itu, arra?" Ujar Jaejoong lalu meninggalkan Hana dan Minho dibelakang.

Mereka semua masuk dan disambut sangat ramah oleh bumonim Yoonae, Junsu takjub melihat wajah ibu Yoonae yang terlihat masih muda, hidungnya menurun ke anak sulungnya. Wajah bijaksana ayahnya Yoonae mengingatkan Junsu pada Yoonae yang marah-marah saat Jungsoo sunbaenim hendak meminta maaf karena tertimpuk bola, benar-benar lucu.

"Wah silahkan masuk" ajak ibu Yoonae, semua masuk dan karena Yoonso sepupu pemilik rumah Yoonso segera kebelakang sementara yang lainnya duduk manis di ruang tamu yang sederhana tapi berelegan.

"Annyeonghaseyo, kami teman Yoonae" ujar semuanya dengan koor membungkuk, ibunya mempersilahkan duduk kembali.

"Kami mencari Yoonae" ujar Junsu yang habis menyeruput ocha khas Jepang yang enak itu.

"Oh ya, anggap saja rumah sendiri. Kau bisa mencarinya" ujar ayah Yoonae, semua mengangguk semangat dan mereka berpencar mencari Yoonae setelah mendapat izin.

Junsu yang dimulai dengan ruangan keluarga yang penuh foto masa kecil Yoonae dan seorang gadis kecil yang sudah pasti adalah Yoonmi.

Yoonmi dengan kedua orangtua renta yang positif nenek dan kakeknya dan banyak lainnya, ia tertegun melihat figura besar dengan tanggal dibawahnya. Ada dua figura besar disana yang terdiri atas satu figura mendatar bergambar foto nenek dan kakeknya yang tersenyum dengan latar belakang danau dengan matahari senja dan cetak tanggal 2004/12/01 dan foto Yoonae seperti foto cosplayer dengan wajah damai berlatar belakang alam dengan cetak tanggal 2014/05/21.

"Berarti saat masa pengobatan ia masih mampu berfoto cosplayer seperti itu? Dasar anak itu benar-benar" gumam Junsu dengan menggelengkan kepalanya dan tersenyum sendiri, anak itu memang keras kepala.

Jaejoong datang dan menepuk Junsu.

"Adiknya mirip sekali dengannya, bentuk tubuhnya juga. Tapi hanya rambut yang berbeda" ujar Jaejoong, Junsu mengangguk.

"Yoonae mempunyai rambut panjang bergelombang hitam" jelas Junsu yang mendeskripsikan Yoonae, hatinya berdesir hangat.

"Yoonmi memiliki rambut pendek bergelombang hitam" jelas Jaejoong balik.

Sementara Hyerin dan Yoochun berada diatas, kamar Yoonae.

"Kamarnya bersih sekali, Yoonae memang apik sejak dulu ne~" ujar Hyerin takjub, semua seperti tidak tersentuh.

"Woah foto Yoonae dan Yoonmi" seru Yoochun takjub saat melihat foto keduanya ada di meja belajar Yoonae.

"Tak bisa dibedakan, mereka tidak kembar 'kan?" Komentar Hyerin, Yoochun yang masih fokus dengan foto itu hanya mengendikkan bahunya.

"Aku tahu Yoonae yang mana!" Ujar Yoochun senang, Hyerin merebut figura kecil yang diambil Yoochun tadi dan memperhatikannya lekat-lekat.

"Beritahu aku~" rengek Hyerin, Yoochun menunjuk sesuatu di figura itu.

"....." Bisik Yoochun, Hyerin mengangguk.

"Ne, dia memiliki ciri khas itu ya" gumam Hyerin.

Dan kini Changmin yang berusaha menggali informasi tentang Yoonae dan Yoonmi lebih dalam dari kekasihnya yang sedang menyiapkan makan siang.

"Jadi... Selama ini Yoonae disini?" Tanya Changmin, Yoonso menggeleng.

"Ia baru disini sejak lima bulan yang lalu" jawab Yoonso, Changmin mengernyit heran.

"Disini hanya ada rumah sakit kecil, memangnya ia berobat disini?" Tanyanya lagi, Yoonso terkekeh.

"Dia berobat di Shibuya lalu pindah ke Yokohama setelah itu dia pindah kesini" jawab Yoonso sembari merapikan letak alat makan di meja makan.

"Kenapa berpindah?"

Apa yang terjadi sebenarnya?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top