02

“Sepertinya, gadis itu benar-benar melakukannya,”

“Apa?! Maksud nenek apa?!” Naruto bereaksi heboh.

“Akan aku jelaskan,”

Kita beralih sejenak di rumah sakit Konoha yang ada di dimensi lain. Obito dewasa dan Yamato tengah berbincang, sambil menunggu Obito dan Kakashi yang masih muda selesai diperiksa oleh petugas medis.

“Dia masih belum membuka matanya?” tanya Yamato dewasa kepada Obito dewasa. Yang ditanya hanya menggeleng pelan. “Bahkan saat tak sadarkan diri begini, dia masih mengigau sambil menangis.”

Kakashi dewasa yang fokus membaca pun mengalihkan atensinya kepada kedua sahabatnya itu. Dia ingin membantu, tapi, Yuki sudah bilang, kalau ini belum bagiannya.

“Yuki, apa yang terjadi jika kami mengarahkan diri kami untuk tidak melakukan hal yang sama seperti dulu?” tanya Obito dewasa secara tiba-tiba. Yuki yang semula bersandar sambil minum pun mengalihkan atensinya pada Obito dewasa.

“Sebelumnya, aku perkenalkan diri dulu. Namaku Ibui Yuki. Yah, aku adalah keturunan Uchiha dan Ibui. Ayahku adalah orang klan Uchiha, sedangkan ibuku adalah orang klan Ibui. Aku tidak di terima di klan Uchiha karena hanya punya setengah darah Uchiha.” Yuki memperkenalkan dirinya panjang lebar. Lalu ia mulai menjelaskan jawaban untuk pertanyaan Obito dewasa.

“Baiklah, dimensi ini tidak akan mengalami perubahan sejarah jika kalian mengarahkan diri kalian ke arah yang seharusnya. Tapi, itupun tidak secara keseluruhan. Tapi, pandangan hidup dari diri kalian yang di sini masih remaja dan anak sepuluh tahun akan lebih cepat berubah. Karena tugas kalian adalah membimbing mereka yang salah jalan di dimensi asal kalian agar segera kembali, sebelum terlambat,”

Kembali ke Konoha yang ada di dimensi asal Obito dewasa. Tsunade menjelaskan sama persis seperti yang Yuki jelaskan. Tapi, dengan sedikit tambahan. “Kesimpulannya, gadis bernama Yuki itu punya tugas untuk membimbing mereka bertiga menemukan jalan penebusan, dan membimbing diri mereka yang saat ini masih remaja untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama.”

Naruto dan yang lain paham. Mereka memutuskan untuk kembali dari kantor Hokage, melakukan aktivitas. Kecuali Rin yang malah meminta Anko menemaninya untuk menemui teman-teman seangkatan mereka semasa di Akademi dulu. “Anko, kau ada misi atau pekerjaan lain setelah ini?”

“Tidak, memangnya ada apa?” Anko bertanya balik.

“Aku ingin menemui teman-teman seangkatan kita dulu. Kau mau menemaniku, ‘kan?”

“Baiklah, kebetulan sekali. Tadinya aku ingin mengajakmu menemui Genma,”

Kemudian, Anko dan Rin berjalan untuk mencari Genma. Secara kebetulan, teman seangkatan mereka semua sedang nongkrong di kedai Dango yang dulu sering mereka jadikan tempat nongkrong.

Di sana ada Genma, Raido, Kotetsu, Izumo, dan Aoba. Anko mengajak Rin untuk masuk.

“Wah, ternyata sedang berkumpul di sini. Kenapa kalian tidak mengabari aku, ha?” Hah, baru saja masuk kedai, Anko langsung mengomel.

“Maaf, aku kira kau sedang tidak ada di de— tunggu dulu, kau… kau Rin????” Raido seketika melotot saat melihat siapa yang ada di sebelah Anko. Sementara Genma langsung menganga lebar. Aoba memasang wajah bingung, sementara Kotetsu dan Izumo saling menatap satu sama lain.

“Hah, aku tahu kalian tidak percaya dengan apa yang kalian lihat. Tapi, ini memang benar-benar Rin,”

“Apa kabar, teman-teman?”

Seketika kedai Dango itu menjadi tempat reuni dadakan bagi Rin dan beberapa teman seangkatan nya itu.

Tapi, melihat semuanya tidak lengkap, Rin menanyakan beberapa orang yang tidak ada. “Ngomong-ngomong, kemana Hayate,  Kurenai, Gai, Iruka, Asuma, Ebisu dan Ibiki?”

Mendengar nama Hayate dan Asuma, tiba-tiba suasana kedai Dango yang semula penuh canda tawa berubah menjadi suram dan sedih.

“Ibiki sibuk di bagian interogasi, Kurenai sudah punya anak, Ebisu ada misi bersama tim nya di luar desa, Gai lumpuh, Iruka mengajar di Akademi, kalau Hayate dan Asuma, mereka sudah—” Raido memotong perkataannya sendiri, tak sanggup mengatakan kebenaran tentang Hayate dan Asuma yang sudah tiada. Tapi, melihat raut sedih dari teman-temannya, Rin langsung paham maksud Raido.

“Aku mengerti maksudmu, Raido,” kata Rin dengan senyum sendu.

Sementara di rumah sakit Konoha yang ada di dimensi lain, ketiga pria dewasa itu mengangguk paham. Tapi, saat Yuki akan melanjutkan, para petugas medis sudah selesai menangani Kakashi dan Obito yang masih muda. Mereka di izinkan untuk masuk. Obito muda dan Kakashi muda berada di ruang rawat yang sama. Tapi, ada tirai yang membatasi mereka berdua. Yamato menghampiri Obito muda, sementara Obito dewasa menghampiri Kakashi muda. Yuki dan Kakashi dewasa memilih untuk menunggu di luar saja karena tak mau mengganggu.

“Kau tidak masuk, Kakashi?” tanya Yuki yang akan pergi untuk membeli makan malam. Kakashi hanya menggeleng sambil mengeluarkan buku icha icha yang selalu ia baca setiap saat.

“Ikut aku, ada yang ingin aku bicarakan denganmu, berdua saja, soal Obi-𝘬𝘶𝘯,” ajak Yuki, tatapannya terlihat seperti ingin menceritakan sesuatu. Kakashi hanya mengangguk dan mengikuti gadis itu. Tapi, tanpa mereka sadari, Obito dewasa dan Yamato dewasa sepakat membuat kloning dari jutsu 𝘮𝘰𝘬𝘶𝘵𝘰𝘯 mereka karena penasaran. Sementara Obito muda bingung melihat tingkah dari dirinya sendiri yang sudah dewasa dan berasal dari dimensi lain itu.

“Hei, apa kamu ingat saat di Akademi bersama Yuki?” pertanyaan itu tiba-tiba keluar dari mulut Obito muda yang menatap dirinya sendiri yang sudah dewasa dan tengah fokus menenangkan Kakashi muda yang lagi-lagi mengigau karena mimpi buruk sepanjang pingsannya.

“Sudah agak lupa. Tapi, seingatku dia selalu menyendiri di ayunan yang ada di bawah pohon.” Obito dewasa bertopang dagu, ia mulai mengingat kenangan itu.

“Aku juga ingat bagian itu. Tapi, yang membekas di kepalaku adalah ketakutannya terhadap angin kencang. Katanya, dia akan hancur kalau kena angin kencang,”

“Mungkin itu karena dulu dia belum bisa sepenuhnya mengendalikan transformasi alami dari tubuhnya yang begitu mudah berubah menjadi asap,” sahut Yamato dewasa yang bergabung dengan obrolan kedua Obito itu.

“Aku hampir lupa kalau kau pernah berhubungan dengan klan Ibui, Tenzo,” balas Obito dewasa. “Aku penasaran, apa yang ingin Yuki bicarakan dengan Kakashi dewasa, ya?”

“Kita dengarkan saja apa yang didengar 𝘣𝘶𝘯𝘴𝘩𝘪𝘯 kita.” Yamato tersenyum menenangkan.

Kita beralih ke tempat Yuki dan Kakashi dewasa yang sedang menentukan kedai untuk mereka membeli makan malam dengan jumlah enam porsi dan boleh dibawa pulang.

“Apa yang ingin kau bicarakan mengenai Obito?” Kakashi bertanya setelah tercipta keheningan selama perjalanan. Yuki menoleh ke arahnya dan menjawab, “sebenarnya, aku nekat mencarikan jalan untuk kalian bisa mengulang masa lalu karena Obi-𝘬𝘶𝘯.”

“Ha? Karena Obito?”

“Ya, akan aku tunjukkan lewat mata 𝘚𝘩𝘢𝘳𝘪𝘯𝘨𝘢𝘯 saja, supaya lebih mudah. Tapi, kita harus mencari tempat aman. Atau kita akan disangka melakukan hal mesum nanti,”

Akhirnya, mereka memilih menggunakan tempat Kakashi muda tinggal untuk tempat aman. Kloning Obito dewasa dan Yamato dewasa menggunakan 𝘫𝘶𝘵𝘴𝘶 penyamaran untuk kamuflase. Ketiga pria dewasa itu menatap dalam mata Yuki, dan muncullah ingatan masa kecilnya bersama Obito.

𝙁𝙡𝙖𝙨𝙝𝙗𝙖𝙘𝙠

Di Akademi ninja Konoha, anak-anak tengah bermain di jam istirahat, kecuali Kakashi yang membaca buku, Rin yang memakan bekalnya, dan Obito yang hanya jalan-jalan berkeliling Akademi untuk menghilangkan rasa bosan. Saat ia sampai di dekat sebuah pohon, ia melihat sosok anak perempuan yang duduk di ayunan yang tergantung di pohon tadi. Tanpa pikir panjang, Obito pun menghampiri gadis itu.

“Hei, kenapa kau sendirian di sini? Ayo kita bergabung dengan Kakashi dan Rin di sana.” Obito mengulurkan tangannya, mengajak gadis itu untuk bergabung dengan Kakashi yang sedang baca buku dan Rin yang sedang makan. Tapi, anak perempuan itu malah menggeleng, membuat Obito bertanya lagi. “Kenapa?”

Angin berhembus, tubuh gadis itu perlahan berubah menjadi asap. Saat anginnya berhenti, tubuhnya kembali normal, membuat Obito paham dengan cepat tentang alasan gadis itu takut berdekatan dengan yang lain. Tapi, Obito tidak ingin membiarkannya sendirian.

“Tunggu sebentar.” Obito berlari ke kelas, mengambil kotak makan siangnya, lalu kembali ke ayunan tempat gadis itu berada secepat kilat.

“Aku lupa tanya, siapa namamu? Kita memang satu kelas, tapi sepertinya, aku melewatkan perkenalan mu saat masuk kelas karena terlambat, hahaha!” pertanyaan dan ocehan keluar dari mulut Obito sembari membuka kotak makan yang berisi nasi kepal dan beberapa lauk buatan neneknya.

Dengan malu-malu, gadis itu memperkenalkan dirinya. “Namaku Ibui Yuki. Aku tinggal di area bawah tanah di Konoha. Aku selalu takut pada angin.”

Obito tersenyum ramah. Ia mengajak gadis itu untuk makan bersamanya. Gadis itu hanya mengangguk dan ikut bergabung.

“Nama yang cantik. Dan namaku Uchiha Obito! Aku ingin di akui dan aku ingin menjadi seorang Hokage!”

Mendengar ocehan Obito, Yuki tersenyum menenangkan. “Aku yakin kau bisa meraihnya, Obi-𝘬𝘶𝘯.”

“Dan kau juga, jangan takut untuk bersosialisasi lagi. Aku yakin, suatu saat nanti kau pasti bisa mengendalikan perubahan alami itu, berusahalah!” Obito menyemangati Yuki, ia tersenyum lebar di akhir kalimatnya sambil menunjukkan pose andalannya, yaitu tangan mengacungkan jempol dan tangan satunya lagi memamerkan kacamata yang biasa ia gunakan.

Sejak saat itu, Yuki dan Obito sering tertangkap basah oleh Kakashi sedang bersama. Bahkan, Obito adalah teman pertama sekaligus cinta pertama untuk Yuki. Bahkan, Obito adalah orang pertama yang mengakuinya selain orang tuanya sendiri.

Obito bagaikan mentari, dia adalah orang yang menumbuhkan keberanian Yuki untuk bersosialisasi dan tidak takut lagi dengan angin. Dan itu membuat Yuki jadi bisa mengontrol perubahan alami dari wujud manusia ke wujud asap.

Saat ujian 𝘊𝘩𝘶𝘯𝘪𝘯 pun, Yuki adalah gadis yang selalu berteriak untuk menyemangati Obito. Yah, meskipun harus kalah saat melawan Gai dan kalah untuk kedua kalinya saat melawan Kakashi.

Namun, pada suatu hari, saat mereka masih menjadi murid Akademi, Yuki mendapat perlakuan tidak mengenakkan dari teman sekelasnya dan Obito. Saat itu masih jam istirahat, Obito yang sedang bersama Kakashi dan Rin melihat semua itu.

Bagaimana Yuki di ejek, dikatai yang aneh-aneh, sampai dibilang tidak akan bisa jadi Shinobi. Parahnya lagi, ada salah satu anak yang dengan sengaja melukai lengan Yuki yang situasinya tidak berubah menjadi asap karena tidak ada angin.

Melihat dan mendengar semua hal buruk yang dilakukan anak-anak nakal itu kepada salah satu temannya, Obito langsung menghajar mereka semua tanpa ampun. Bahkan, Asuma dan Genma yang melihat kejadian itu dari awal pun buru-buru melerai Obito yang masih berani menghajar tiga anak nakal sekaligus tanpa ampun. Sayangnya, Genma malah ikut dijadikan samsak tinju oleh anak-anak itu, sementara Asuma kalang kabut mencari guru untuk melaporkan perkelahian itu.

“Enak saja kalian kalau bicara, jangan melihat orang dari luarnya saja, dasar anak-anak payah! Rasakan ini!”

Tanpa mereka tahu, Yuki dilempari sebuah 𝘬𝘶𝘯𝘢𝘪 kecil oleh salah satu dari tiga anak nakal yang dihajar Obito. Tapi, dengan cepat Obito langsung melindungi Yuki, membuat lengannya terluka. Dan di sanalah, 𝘚𝘩𝘢𝘳𝘪𝘯𝘨𝘢𝘯 milik Yuki bangkit untuk pertama kalinya. Asuma yang baru kembali bersama seorang guru terkejut, begitu juga dengan Obito dan yang lainnya. Sementara Kakashi hanya diam mematung tanpa sepatah kata pun.

“OBI-𝘒𝘜𝘕, TENANGLAH! AKU TIDAK APA-APA, TOLONG TENANG!” teriak Yuki, berusaha menenangkan dan menghentikan Obito yang masih mengamuk, meskipun ia tahu akan gagal. Hingga akhirnya, Kakashi turun tangan dan menahan pergerakan Obito, sementara Rin membawa Yuki menjauh dari perkelahian.

“Tenangkan dirimu, Obito! Tenang!”

“Bagaimana aku bisa tenang?! Omongan mereka itu tidak ada mutu sama sekali, enak sekali mereka kalau bicara!”

Setelah kejadian itu, ketiga anak yang sudah melakukan perundungan pada Yuki dan babak belur karena dihajar Obito pun mendapatkan hukuman untuk membersihkan sekeliling Akademi setelah jam pulang nanti, dengan pengawasan ketat dari Kushina. Sementara Obito di obati lukanya oleh Rin dan Yuki.

“Maaf, ya. Gara-gara aku, kau jadi terluka dan babak belur begini, Obi-𝘬𝘶𝘯, hiks.” Yuki menangis, ia merasa bersalah atas apa yang terjadi. Ia secara spontan menangis lebih keras. Obito menenangkannya dengan senyuman lebarnya itu. “Bukan salahmu! Kau itu temanku, mereka lebih sampah daripada seorang pemegang teguh peraturan.”

Bukan, Obito bukan menyindir Kakashi, karena di sini Sakumo masih hidup. Yang Obito sindir adalah para Kunoichi yang berasal dari Anbu bentukan Danzo, yang tanpa sengaja ia ketahui dari gosip ibu-ibu saat ke pasar bersama neneknya tempo hari.

Mendengar itu, Yuki sangat berterimakasih. Rin kemudian angkat bicara. “Kau teman kami juga, jadi, jangan pernah merasa bersalah jika kami dalam masalah hanya untukmu.” Sementara Kakashi hanya mengangguk, menyetujui perkataan Rin dan Obito.

Sejak hari itu, mereka berempat terus terlihat bersama. Hingga akhirnya mereka lulus dan mendapatkan ikat kepala Konoha, tanda bahwa mereka telah menjadi 𝘎𝘦𝘯𝘪𝘯 Konoha.

Beberapa minggu setelah kelulusan, dan tentunya setelah Kakashi menjadi 𝘊𝘩𝘶𝘯𝘪𝘯 pertama di angkatannya. Yuki dan teman satu tim-nya mendapatkan misi di area dekat jembatan Kannabi untuk menghabisi bandit yang ternyata ninja desa lain yang akan menyusup.

Yuki melindungi teman-temannya yang berhasil menangkap bandit itu, sementara ia malah tertimpa reruntuhan dan terkena angin yang merupakan efek dari puing-puing bangunan di dekat jembatan yang berjatuhan.

Mendengar kabar hilangnya Yuki, membuat Obito merasa seperti kehilangan salah satu bagian tubuhnya. Tapi, ia tak tahu apa yang di alami Yuki setelahnya, hingga mereka bertemu lagi di tempat persembunyian Madara.

𝙁𝙡𝙖𝙨𝙝𝙗𝙖𝙘𝙠 𝙀𝙣𝙙

“Jadi begitu.” Kakashi yang sudah dewasa mengangguk paham. Ia mengerti, selama ini Yuki mengawasi mereka semua.

“Baiklah, ayo kita belikan nasi untuk mereka. Aku yakin mereka pasti kelaparan sekarang,”

Kembali ke rumah sakit, Obito dewasa dan Yamato langsung melotot setelah mendengar dan melihat apa yang klon kayu mereka dapatkan selama itu. Sementara Obito muda bertanya, “apa yang dia ceritakan?”

“Masa lalu kalian,” jawab Yamato singkat. Obito muda dan Obito dewasa sama-sama ingat, kalau dulu mereka mengira Yuki benar-benar mati dan menghilang bagaikan asap tertiup angin. Tapi, rupanya Madara hampir menjadikannya pion, seperti halnya Obito.

Sementara itu, Kakashi muda tiba-tiba saja berteriak. Ia terbangun dengan air mata mengalir deras, badan gemetar, dan napas yang terengah-engah seperti habis lari maraton.

“Kakashi!” seru kedua Obito kompak, mereka panik. “Kau baik-baik saja?” tanya Obito yang lebih muda. Tapi, yang ditanya malah menatap tak percaya pada yang bertanya. Matanya membulat sempurna. “Obito?! Kau.. Kau masih hidup?!”

“Kakashi… Apa kau selalu bermimpi buruk seperti ini?” Obito yang lebih muda ingin beranjak dari tempatnya, tapi ia ingat, Guruguru sudah pergi, dan tubuh penggantinya baru akan ia dapatkan besok pagi. Tapi, yang terjadi adalah Obito yang lebih tua membantu Kakashi mendekat ke ranjang Obito yang lebih muda.

“Terima kasih, 𝘯𝘪𝘪-𝘴𝘢𝘯,”

Kemudian, Kakashi langsung memeluk erat Obito yang lebih muda. Membiarkan tangisannya pecah begitu saja. “Syukurlah! Syukurlah kau masih hidup!”

“Aku bisa selamat berkat Yuki, dan beberapa orang,”

“Beberapa orang?” pertanyaan keluar dari mulut Kakashi di sela tangis bahagianya. Ia masih memeluk Obito, enggan untuk melepaskannya. Obito hanya mengangguk sambil membalas pelukan Kakashi dengan sebelah tangannya yang masih utuh.

“Kami kembali, maaf membuat kalian menunggu. Tadi ramai sekali kedainya,”

“Selamat datang, 𝘴𝘦𝘯𝘱𝘢𝘪, Yuki.” Yamato menyambut Kakashi yang lebih tua yang datang membawa beberapa makanan dan minuman untuk mereka semua.

“Syukurlah kau sudah sadar, Kakashi. Aku tahu kau kebingungan, akan kami semua jelaskan saat selesai makan malam,”

TBC

────«┅───°•✮•°───┅»───

Halo! Gimana ceritanya, menarik? Seru? Atau malah masih kurang greget?

Baik, terima kasih sudah mampir, jangan lupa tinggalkan jejak, ya~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top