Bab 9 : Perlahan terbuka

Naruto membungkuk hormat saat berpapasan dengan Sara,

Ahh dia tak suka permaisuri yang tersenyum mengerikan seperti itu.

"Bagaimana kondisimu sekarang Putri?" tanya Sara bersikap ramah,

"Kondisiku yang mana? Fisik? Mental? Kejiwaan? Karena aku selalu sakit setelah kejadian malam penusukanku." jawab Naruto dengan senyum miringnya,

"Harusnya kau banyak istirahat, kau terlalu sering keluar istana."

"Calon suamiku tinggal diluar istana dan juga aku harus menyelidiki kenapa aku sangat diincar, kenapa saat aku kabur dari istana ada orang yang menyerangku tiba-tiba, jika perampokan harusnya barang-barangku hilang, kenapa juga saat diperbatasan ada orang yang tahu jika putri raja disana padahal hanya beberapa orang kepercayaan Yang Mulia Raja yang tahu. Aku tak mau nyawaku kembali terancam jika tak tahu siapa musuh sebenarnya."

"Serahkan hal yang seperti itu pada Yang Mulia, kau harusnya berdiam di istana, calon suamimu bisa berkunjung kapanpun."

Naruto mengerutkan dahinya dan senyumnya langsung mengembang.

"Benda itu, aku pernah melihatnya disuatu tempat." tunjuk Naruto pada gelang yang dikenakan Sara yang tanpa sengaja terlihat,

Wajah Sara terlihat sedikit pucat,

"Ahh sepertinya salah lihat. Maaf, aku permisi Permaisuri." pamit Naruto membungkuk hormat dan berjalan bersama rombongannya menuju kamarnya.

Sara meremas baju kebesarannya. Gadis kecil itu benar-benar berubah, semakin berani dan seringai itu terlihat dia sangat diremehkan,

Dia tak suka.

Naruto berjalan dengan tergesa-gesa, dia harus menemui Kiba lagi.

"Dan mau kemana sekarang?" tanya Kurama menghalangi langkah adiknya,

"Minggir, aku mau keluar istana. Sasuke menungguku," ujar Naruto kesal,

"Dengan baju kebesaranmu? Kau mau membuka identitasmu?" tanya Kurama menatap pakaian adiknya yang masih dengan baju kebesaran yang menandakannya sebagai putri kerajaan.

"Hm? Apa kau tak suka orang tahu jika aku adikmu? Kau sangat membenciku hingga tak ingin rakyat tahu?"

"Kau akan diincar!! Kau itu bodoh hah?!"

"Dengan 16 orang yang mengikutiku, siapa yang akan mengincarku?!! yang bodoh itu kau. Minggir Putra Mahkota!!"

Kurama membuang nafas, adiknya perlu di didik ulang.

"Ikuti Putri Naruto jangan sampai lengah, terluka sedikit kupenggal kepala kalian." perintah Kurama pada orangnya yang kini menjadi penjaga Naruto.

"Karena jika aku mati kau bisa disalahkan? Jangan berpura-pura peduli. Dan aku tak mau pakai tandu, aku mau kuda!!" seru Naruto menunjuk tandu yang dibawa untuknya.

Kurama mengangguk saat pelayan yang membawa tandu itu menatapnya, adiknya terlalu sulit diatur memang.

"Jangan buat keributan, jangan terluka, jangan menyusahkan orang lain." seru Kurama.

Naruto menjulukan lidah tak peduli.

Setidaknya Naruto lebih ceria dan aktif sekarang, meski selalu membuat khawatir dan pusing kepala tentu saja.

Kiba tersenyum kecil saat Naruto turun dari kudanya tanpa kesulitan meski memakai baju kebesarannya.

"Pantas tempat ini terlihat sepi, ternyata ada yang membuka identitasnya di depan publik. Tak takut Yang Mulia?" tanya Kiba,

"Dan sedang apa kau disini Sasuke?" Naruto menatap tunangannya yang tengah meminum teh dengan elegan.

"Aku punya firasat kau akan kesini. Lupa ganti baju atau memang sengaja?"

Naruto membuang nafas, "Kenapa kalian sangat perhatian sekali dengan bajuku. Aku sengaja pakai ini agar cepat kesini, ganti baju hanya akan membuang waktu saja." ujar Naruto dan duduk dikursi yang ada disana,

"Jadi?"

"Aku melihat gelang yang dipakai Permaisuri mirip dengan orang yang menusukku."

"Bukankah Anda tak ingat kejadian malam itu?"

Naruto menggeleng. "Aku hanya ingat gelangnya saat penusukan itu, memang gelap tapi gelang itu masih bisa aku lihat. Jika aku mencari orang yang membuatnya mungkin aku bisa menangkap orang itu."

"Kau punya nyawa berapa dobe? Selalu menentang bahaya." komentar Sasuke tak habis pikir,

"Tahu darimana aku selalu menentang bahaya? Sasuke jangan bilang kau ingat masa lalu kita?" tanya Naruto penuh harap,

"Tidak. Aku hanya mendengar cerita dari saudaraku,"

"Pangeran Shisui?"

"Hn."

"Dia menyukaiku kau tahu."

"Hn."

"Jika Pangeran Shisui lebih berusaha mungkin aku bisa jatuh cinta,"

"Kau tunanganku."

"Bahkan masa kita bersama saja kau tak ingat, kau yakin bisa jatuh cinta pada Naruto ini?"

Sasuke mendengus.

"Jadi Kiba kau tahu gelang seperti itu?"

"Aku tak tahu gelang yang kau maksud."

Naruto mengambil kertas yang ada disana dan menggambar ciri khas gelang yang dilihatnya.

"Maaf aku belum pernah lihat."

"Pembohong."

Kiba terkekeh, "Itu simbol klan yang sudah punah, bukan hal aneh Putri."

"Kau berpikir hal yang sama teme?" tanya Naruto tak percaya

"Ya. Sekarang kita pulang," ajak Sasuke, keingintahuan Naruto memang sulit diobati.

"Rasanya aku tengah dibohongi semua orang. Aku tak akan pulang, aku akan mencari arti simbol ini!!" seru Naruto mengangkat bajunya dan berjalan dengan menghentakan kakinya kesal. Lupa dengan kuda yang dia tunggangi tadi.

Kiba kembali menggeleng, "Kau harusnya jangan ceroboh Naruto. Nyawamu itu seperti nyawa kerajaan ini."

.

Naruto duduk dibawah pohon rindang. Semalam dia sebenarnya mimpi buruk, sangat buruk.

Banyak tubuh bergelimpangan,

Darah,

Seorang wanita yang menyeramkan dengan baju berlumuran darah,

Sasuke yang terluka,

Api.

Dia sampai takut untuk memejamkan matanya kembali.

"Jangan terlalu menggali hal berbahaya, nyawamu hanya satu, jangan tinggalkan aku, aku tak ingin kehilanganmu." ujar Sasuke duduk disamping Naruto.

Gadis itu menggeleng, "Aku tahu dalangnya Permaisuri Sara, mereka juga tahu, tapi tak tahu cara menghukumnya bagaimana. Jika seperti ini aku tak bisa pergi begitu saja, kau bisa dalam bahaya."

"Kau akan pergi kemana memang? dan sudah kukatakan jika aku bisa menjaga diri, kau tak perlu khawatir, aku baik-baik saja."

"Aku takut, jika aku tak segera bertindak kau akan celaka, aku tak menginginkan itu."

Sasuke membuang nafas dan membawa Naruto kedalam pelukannya, "Jangan membahayakan diri sendiri, aku pasti akan kembali bersedih jika kau terluka, mungkin benar jika ingatanku belum pulih tapi setidaknya aku akan berusaha menjadi Sasuke yang dulu, bergantuglah padaku."

"Terimakasih." bisik Naruto.

Sungguh. Awalnya dia ingin segera kembali ke masanya, menyelesaikan misinya agar Putri Naruto kembali menginginkan kehidupan, tapi... apa setelah kepergiannya Sasuke akan bahagia...

Dia menghawatirkan segala hal sekarang.

Orang-orang dimasa depan pasti khawatir dan orang-orang disini jika dia pergi, apa akan baik-baik saja?

.

.

.

Minato dengan penyamarannya turun dari kuda dan disambut Kushina yang sudah menunggunya di kuil.

"Yang Mulia..." Kushina memberi hormat,

"Tak ada hal aneh bukan? aku menerima surat dari Raja kerajaan Angin jika ada kekuatan aneh yang perlahan menyelimuti kerajaan Api dan Angin, apa segelnya masih utuh?" tanya Minato langsung pada intinya.

"Tak ada Yang Mulia, hanya saja, energi dari dalam segel semakin kuat bahkan aku harus mencoba membuat kembali segelnya, apa ada hubungannya dengan penusukan Naru?"

Minato menggeleng dan mengikuti Kushina memasuki kuil dan duduk disana.

"Aku tak begitu mengerti, hanya saja ada kemungkinan jika iblis yang ada didalam sana tengah melakukan suatu hal, aku dan Raja kerajaan Air berspekulasi jika di dalam sana hanya ada raganya saja, kemungkinan jika jiwanya lolos."

"Ba-bagaimana bisa?" tanya Kushina khawatir.

"Sangat bisa, yang didalam segel itu hidup, lolos kapan saja bukan hal aneh, kalian harus menyiapkan diri untuk kemungkinan terburuk." ujar Sarutobi berjalan dengan tongkat mendekati keduanya,

"Tetua, bagaimana kondisi Anda sekarang?" sapa Minato membantu Sarutobi duduk didekatnya.

"Umurku sudah tua tapi dewa tak segera mendatangiku."

"Anda masih terlihat seperti dulu, jangan berkata seperti itu." ujar Kushina,

Sarutobi terkekeh dan menatap langit, "Putri Naruto harus segera tahu tugasnya, apalagi sekarang dia kehilangan ingatan, dia juga pasti melupakan jika saat kecil dia belajar penyegelan di kuil ini."

Minato terdiam, "Sepertinya aku tengah melakukan kesalahan hingga banyak musibah yang menimpa kerajaan ini."

"Anda tak boleh berkata seperti itu Yang Mulia."

"Sara terlalu berbahaya, kukira menempatkan seseorang berbahaya disisiku itu yang teraman karena bisa mengawasinya, ternyata malah aku yang tertusuk."

"Aku akan berusaha semampuku agar segel itu aman sampai Naru tahu tugasnya." ujar Kushina menggengam tangan suaminya.

"Maaf membuatmu melakukan hal ini, tapi aku bergantung padamu."

Kushina mengangguk.

Awan hitam menyelimuti dua kerjaan itu, iblis siap menyerang kapanpun siap atau tidak mereka harus bertempur.

.

TBC

.

Welcome back to me...
Oke seseuai janji, aku bakal perlahan menyelesaikan hutang ceritaku disini sambil up cerita baruku dengan genre BxB rate 🔞 dan shipper kpop NCT... jika tidak suka skip juga gapapa kok, cuma baca SasuFemNaru juga gapapa, soalnya emang dari dulu aku penikmat BxB baru berani nulis sekarang. Makasih dan sampai jumpa di next part yaa... bye...

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top