Bab 4 : Misiku
Dan dengan banyak usaha dari Ayame dia akhirnya keluar dengan selamat dari istana tanpa ketahuan oleh prajurit atau dayang petarung dari biro penyelidik yang selalu mengawasinya.
Berterima kasihlah pada Ayame yang fengan lihai membawanya menjauhi penjaganya.
Tapi dapat dia lihat wajah Ayame yang pucat dan mata berkaca-kaca saat melihatnya pergi menaiki dinding istana yang penjagaannya tak terlalu ketat.
Ya tepuk tangan untuk dirinya sendiri.
"Ayame memang yang terbaik." pujinya saat melihat isi kantong kecil berisi kepingan koin emas,
Memang ini miliknya hanya saja dia tak ada niat membawa tapi Ayame mengatakan jika dia akan membutuhkan ini.
Yahh... Dia memang harusnya membawa koin bukan untuk sekedar makan atau membeli oleh-oleh untuk Ayame mungkin?
.
Dengan penuh percaya diri Naruto berjalan dalam kerumunan, tak ada yang mengenalinya, hahaha... Tentu saja, keuntungan menjadi putri yang terasingkan 17 tahun dan terkurung dalam istana selama 3 tahun membuatnya hanya dikenal nama tanpa penampilan.
"Lalu aku harus apa? Kalau dalam drama kita harus membeli informasi dari penjual informasi, dan aku harus mencari informan itu. Ahh pantas aku harus membawa uang," ujarnya baru sadar,
Pantas Sasuke memanggilnya dobe karena kelemotannya,
"Aku memanggil diriku sendiri dobe." gumam Naruto berjongkok frustasi.
"Nona Anda baik-baik saja?" tanya seorang pria sopan, karena bagaimanapun Naruto memakai baju bangsawan sedangkan dia hanya rakyat jelata, sudah pasti ada kasta yang membuatnya harus bersikap sopan meski orang itu lebih tua.
"Aku baik-baik saja. Ah benar paman, apa kau tahu seorang yang menjual informasi?"tanya Naruto kembali bersemangat,
"Penjual informasi? Maksud Anda?"
"Ya yang menjual informasi, misalnya tentang pemberontakan atau keluarga bangsawan selingkuh, hal seperti itulah."
"Ahh maksud Anda si pendongeng? Jika ingin bertemu dengannya Anda bisa pergi ke tempat perjudian yang ada diujung jalan sana."
"Terima kasih paman, kau sangat membantu." ujar Naruto langsung bergegas pergi.
Tunggu.
Bagaimana penampilan orang yang dipanggil pendongeng itu?
"Baiklah baik. Aku memang dobe!!" teriak Naruto frustasi.
Bugh.
Dan dia menabrak seseorang karena berlari tanpa fokus,
"Sialan. Kau punya mata tidak sih hah?!!" seru Naruto yang jatuh terduduk,
"Kau yang menabrakku lebih dulu Nona."
Naruto menatap pria didepannya kesal. Tapi kekesalannya langsung hilang saat mengenali wajah itu,
"Sa-sasuke?"
"Kau mengenalku?"
"Kau lupa? Ini aku Naruto, bukankah kau mengatakan jika akan menikahiku? Kau meminta Raja Fugaku untuk mengirim utusan untuk melamarku tiga tahun yang lalu bukan?"
Sungguh. Dia berharap Sasuke mengingat janji yang dibuat mereka, Sasuke dan Putri Naruto, karena dengan itu dia bisa cepat pulang.
"Aku menikah dengan dobe sepertimu?"
"Do-dobe?!! Teme!! Kau berani padaku hah?!! Aku ini Putri kerajaan Api Namikaze Naruto, kau memanggil putri Raja dengan panggilan seperti itu hah?!!" seru Naruto menarik leher baju Sasuke kesal,
"Dan kau juga memanggil Pangeran dari kerajaan Angin dengan sebutan teme, dobe."
Naruto mengembungkan pipinya kesal dan melepaskan cengkramannya.
Sikap Sasuke disini tak beda jauh dengan Sasuke yang dikenalnya, menyebalkan dan tak mau kalah.
Tunggu. Sasuke disini pangeran bukan? Mana penjaganya?
"Kau datang ke kerajaan Api tanpa pengawalan?"
"Dan kau keluar istana tanpa ada pengawalan juga."
"Bisakah kau menjawab pertanyaanku barang sekali saja Sasuke?"
"Kau seperti sangat mengenalku. Apa kau benar-benar calon istriku?"
"Tentu saja!! Kau yang bilang akan melamarku!!" seru Naruto dan mulutnya langsung dibekap oleh Sasuke saat beberapa pasang mata menatap mereka tertarik.
"Suaramu bodoh." desis Sasuke,
"Jadi untuk apa kau ke kerajaanku? Melamarku?"
"Kabur."
"Kabur?" beo Naruto,
"Aku dijodohkan dan aku tak mau. Ahh benar, kau mau menjadi tunanganku bukan? Ahh tidak. Kita menikah saja langsung, aku akan memberikan apapun yang kau mau."
Bletak.
Naruto dengan cepat memukul kepala Sasuke kesal.
"Kau bahkan tak mengingatku dasar bodoh!!" seru Naruto kesal dan pergi meninggalkan Sasuke yang masih memegang kepalanya sakit.
.
.
Dengan langkah yang dihentakan karena kesal akhirnya Naruto sampai ditempat perjudian dan mencari si pendongeng,
Dia disini bukan hanya untuk membuat Sasuke dan Putri Naruto bersama saja, dia ingin melihat keduanya bahagia tanpa halangan, dan dia memiliki firasat jika kebahagiaan tak akan datang jika belum mengetahui dalang penyerangan perbatasan dan penusukan Putri Naruto, karena dia yakin semua terhubung.
"Dimana aku bisa menemui si pendongeng?" tanya Naruto pada pemuda yang tengah memberi makan anjing,
"Kau datang pada orang yang tepat. Aku si pendongeng, dan siapa kau? Ada urusan apa denganku?"
"Kau?" Naruto menatap dari ujung kepala sampai ujung kaki, si pendongeng masih muda, mungkin hanya beberapa tahun diatasnya.
"Ya aku. Namaku Kiba,"
"Kau masih muda."
"Memang siapa yang bilang jika si pendongeng itu pria tua?"
Naruto menggeleng, "Kau menjual informasi apapun?"
"Ya."
"Tiga tahun lalu penyerangan diperbatasan kerajaan Api dan kerajaan Angin yang menewaskan keluarga Selir Agung, apa benar ulah pemberontak? Dan apa kau tahu kasus baru-baru ini yang menggemparkan di istana?"
"Itu informasi mahal."
"Berapapun aku bayar." Naruto melempar sekantong koin emas pada Kiba,
"Itu adalah pembunuhan berencana, untuk membunuh Putri Naruto." ujar Kiba setelah memeriksa koin emas itu.
"Membunuh Putri Naruto? Kenapa? Maksudku apa yang bisa dilakukan seorang wanita sepertinya?"
"Menurut rumor yang beredar dia adalah calon permaisuri masa depan kerajaan Angin, bukan hanya kerajaan Angin, banyak dari kerajaan lain ingin mengangkat Putri Naruto sebagai menantu, Permaisuri Sara tak terima, dia ingin putrinya yang dipersunting oleh Putra Mahkota kerajaan Angin itu."
"Tunggu, maksudmu semua rencana Permaisuri Sara?"
"Ya. Bahkan yang memfitnah Selir Agungpun dia, tapi sekuat apapun Permaisuri dia tak bisa menggoyahkan tahta Putra Mahkota Kurama."
"Putri Naruto banyak yang ingin mempersunting? Kenapa?"
"Karena dia putri kesayangan tentu saja, mereka yang ingin menjadikan Putri Naruto menantu berpikir jika mereka berhasil maka Raja Minato akan membagi wilayah kerajaan dan itu menguntungkan bukan?"
"Apa lagi?"
"Kabar yang baru aku dapat, Putri Naruto hampir terbunuh dan dalangnya belum ditemukan. Tapi ada seorang saksi mengatakan jika yang menusuk Putri Naruto adalah kerabat dari Permaisuri Sara."
"Masih Permaisuri? Apa yang dia takutkan sebenarnya? Bukankah Putra Mahkota kerajaan Angin sudah menikah sekarang ini? Kalau tak salah dia adalah Putri dari kerajaan Air."
"Dia menginginkan kehidupan putrinya lebih baik, dia tak ingin putrinya menjadi nomor dua. Dan penghalangnya adalah dirimu Putri Naruto. Memang benar Putra Mahkota kerajaan Angin udah menikah, tapi yang kelak menjadi Putra Mahkota selanjutnya adalah Pangeran Sasuke, lebih jelasnya kau bisa tanyakan langsung, kalian sepasang kekasih bukan?"
Naruto mundur beberapa langkah. Bukankah tak mungkin ada orang yang mengenalinya? Dia tak dikenal seperti putri lain.
"Aku ini seorang informan, hal wajar jika aku tahu identitas pembeli, bahkan aku juga tahu orang yang mengikutimu sampai sini adalah Pangeran dari kerajaan Angin Uchiha Sasuke."
Naruto menatap arah mata Kiba dan menemukan Sasuke yang tengah dengan santai bersandar pada kayu.
"Kau mengikutiku teme!!"
"Jadi apa hanya itu yang ingin kau ketahui Putri?"
"Aku hanya sedang berpikir, aku ini putri buangan yang terasingkan tujuh belas tahun lamanya dan baru di istana tiga tahun. Bukankah harusnya tak ada yang mereka takutkan, Ayahanda bahkan tak peduli padaku, bukan hanya dia tapi kakakku juga tak peduli. Bukankah aku bukan ancaman."
"Aku sudah mengatakan dari awal jika kau adalah Putri kesayangan bukan?"
"Itu mustahil."
"Raja Minato menempatkanmu diperbatasan karena dia tahu jika perbatasan dijaga ketat oleh banyak prajurit handal, dia juga meminta pada kerajaan Angin untuk perlindunganmu. Dia melakukan itu karena rasa bersalah tak bisa membela Selir Agung yang diturunkan tahtanya."
"Apa benar seperti itu?"
"Terserah kau yang mau mempercayaiku atau tidak. Karena Raja besar seperti Yang Mulia tak bisa benar-benar mencurahkan cintanya, dia melakukan beberapa hal untuk orang yang disayanginya meski orang itu menganggap jika dia tak peduli."
"Kau mempercayai dia Sasuke?" tqnya Naruto meminta pendapat,
"Pangeran Sasuke dan Putri Naruto. Apa kalian kembali bersama? Apa ingatanmu sudah kembali Pangeran?"
"Kau tahu ingatanku?"
"Kisah kalian cukup menarik, aku tertarik dengan semua hal tentang kalian sampai tahu kisahnya dan aku menjadikannya kisah di dongengku, banyak orang yang menyukai kisah itu meski tak tahu itu kisah kalian sebenarnya."
"Bagaimana bisa orang sepertimu tahu informasi seperti itu?"
"Kami memiliki perkumpulan tentang informan tiap kerajaan dan membaginya, dan aku sebagai pemimpin kelompok tentu tahu segala hal. Ingat dinding istanapun bertelinga,"
Keduanya menatap Kiba ngeri. Pria yang umurnya tak jauh dari mereka adalah pria yang bisa menjadi musuh mengerikan bukan?
"Kalian tak perlu khawatir, aku menjadi pendukung kalian karena kisah kalian menarik untuk ditulis sejarah."
"Kiba, boleh aku meminta informasi tentang Permaisuri Sara?"
"Tentu saja, tapi tidak gratis."
"Teme kau yang bayar."
"Aku?"
"Kau calon suamiku bukan?"
Sasuke mendengus dan mengambil kantong koinnya dan memberikan pada Kiba.
"Baiklah kita tak bisa bicara disini, ikut aku."
.
.
.
Sasuke dan Naruto berjalan bersama setelah menerima beberapa informasi penting dari Kiba, terlihat wajah Naruto yang menahan beban sampai menghela nafas berulang kali.
"Mau sampai kapan kau mengikutiku terus Sasuke?"
"Kita belum resmi menjadi tunangan bukan? Agar lebih meyakinkan aku harus memberikanmu sesuatu sebagai tanda kalau sekarang kau milikku."
"Kau tinggal beli cincin apa sulitnya."
"Dan aku tak tahu ukuran jarimu dobe."
Naruto mendecih. Bagaimana bisa dia setuju membuat pertunangan ini, yaahhh dia memang ingin membuat Sasuke bahagia bersama Putri Naruto tapi ini bukan waktu yang tepat karena dia harus membuat dalang dari penyerangan Putri Naruto terkena hukuman, meski orang itu permaisuri sekalipun.
"Nah ini saja bagaimana?" tanya Naruto mengambil cincin giok yang dijual dijalanan,
"Ck. Dasar wanita kurang waras, wanita lain menginginkan hal yang lebih berharga dan kau malah memilih membeli cincin ditempat seperti ini." ujar Sasuke meraih cincin itu dan memasangkannya pada jari manis Naruto.
"Aku memang kurang waras karena itu saudara-saudaraku tak suka. Nah ayo pergi, jangan lupa bayar!!"
Sasuke hanya menurut. Sungguh, ini bukan seperti dirinya saja, bagaimana bisa dia mengikuti wanita yang katanya akan dia lamar dulu.
Sepertinya dia salah memilih calon istri? Atau karena mereka memang sepasang kekasih tapi dia tak ingat?
"Putri Naruto apa itu kau?"
Naruto langsung kaku, begitupun Sasuke yang membatu.
Bagus. Siapa yang memanggil? Alamat masalah bukan? Bagaimana jika dia dikira menculik Putri kerajaan Api? Bagus... Bagus... Alamat masalah... Lihat saja wanita yang kini jadi tunangannya, wajahnya pucat dan keringat dingin.
Alamat masalah besar bukan?
.
.
.
TBC
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top