Bagian 9 : Waktu
.
.
.
"Kau baik-baik saja Jiao?" tanya Bojing menghampiri Jiao yang masih terkejut akan kejadian barusan,
"Ehh? Ahh ya, aku baik-baik saja, tak usah khawatir, aku juga perlu berdo'a."
Jiao melempar uang dan membunyikan lonceng, menutup mantanya berdo'a dengan khidmat,
'Tadi itu apa? Kenapa dengan tubuhku.' batin Jiao bertanya-tanya,
'Itu artinya aku sudah semakin lemah, aku akan mati Yang Jiao.'
"Mati? Maksudmu apa Yuan Jiao?!"
'Kita bertukar tempat, aku yang kala itu kritis sekarang tengah ditangani tabib yang ada dizamanmu, aku bisa bertahan meski tak lama. Kembalilah ke istana, cepat cari tahu ingatanku yang hilang, karena aku adalah kau, dan kau adalah aku.'
"Yuan Jiao..."
'Kau mengertikan sekarang. Kau harus melindungi siapa saja?'
.
Jiao membuka matanya, dan tersenyum kecil. Berarti Yuan Jiao dalam keadaan kritis dan dia merasakan dampaknya, dia mungkin akan menghilang dan kembali ke zamannya, tapi sebelum itu dia ingin sedikit saja membantu Yuan Jiao,
"Bojing secepatnya kita pulang, ayo." ajak Jiao penuh tekad.
.
.
.
.
Kisah cinta tragis Yuan Jiao dan Wang Bojing adalah kisah cinta yang paling terkenal. Mereka mati demi orang yang mereka cintai. Yuan Jiao terpanah saat melindungi Bojing, dan disusul Bojing yang terpanah karena melindungi tubuh Jiao yang sekarat.
Kisah keduanya banyak ditulis dalam berbagai versi bahasa, bahkan ada monumen peringatan kematian mereka. Mereka mati dengan keadaan tersenyum, seolah tak ada penyesalan karena mati melindungi orang terkasih mereka.
Banyak pasangan kekasih yang berkunjung ke monumen itu, mintosnya jika sepasang kekasih pergi kesana maka cinta mereka abadi seperti cinta Yuan Jiao dan Wang Bojing.
Kisah itu juga pernah dijadikan film layar lebar, dan pemeran dari Yuan Jiao adalah Yang Jiao.
Takdir yang aneh bukan? Tapi kenapa Jiao melupakan peran itu? Mungkin karena kejutan dari perpindahan waktu yang mendadak?
.
"Hiks... Hiks... Hiks... Bo-bojing akan mati? Ti-tidak, aku tak akan membiarkan itu, kapan? Kapan dia terbunuh? Aku harus menyelamatkannya meski harus merubah sejarah." tangis Jiao setelah membaca lembaran kertas itu,
Sekarang dia ingat. Debutnya saat menjadi artis adalah berperan sebagai Yuan Jiao. Itu perjuangan yang sangat sulit, karena dia harus belajar tentang tata krama bangsawan, berbicara sopan dan hal lainnya yang menyangkut tentang Putri Yuan Jiao, dan berkat perannya itu dia menjadi terkenal dan bertemu manajernya Han Bojing.
Ahh benar juga. Bagaimana kabar manajernya yang sekarang? Apa dia khawatir? Tidak, tidak mungkin. Karena sifat Han Bojing sangat dingin meski kadang perhatian, emmm.... Tapi mungkin juga khawatir, apa Han Bojing dilahirkan juga dari reinkarnasi Wang Bojing?
.
"Putri Jiao, Panglima Bojing datang ingin bertemu," seru dayang Yu,
"Ya. Aku akan keluar menemuinya,"
Jiao menghapus air matanya, berjalan keluar kamarnya, menatap Bojing yang tersenyum hangat padanya. Senyum tulus, tak ada kepalsuan disana, tak seperti awal pertemuan mereka.
"Ada apa Bojing?" tanya Jiao penasaran, karena baru satu jam lalu mereka berpisah,
"Diperbatasan ada masalah dan aku diperintahkan untuk kesana, jangan khawatir atau menyusulku, aku baik-baik saja." jawab Bojing menjelaskan kedatangannya,
Jiao mengigit ujung jarinya, bagaimana jika Bojing terbunuh disana?
Tidak. Tidak. Bojing tak akan mati disana,
"Berhati-hatilah Bojing, aku selalu mendo'akanmu dan menunggumu disini." ujar Jiao mengusap pipi Bojing penuh kasih sayang dan do'a.
.
"Jiao..."
"Ekhem.. Maaf kakakku yang paling aku sayangi. Kami harus berangkat sekarang." tegur Liang yang entah sejak kapan ada diantar mereka,
"Liang..." seru Jiao terkejut,
"Panglima Bojing, kita harus segera melapor pada Kaisar." ajak Liang,
"Tunggu adikku. Bisakah kau jangan bertindak ceroboh disana, kau harus kembali dengan selamat. Jangan biarkan musuh menyelinap, medan perang bukanlah tempat yang aman, musuh bisa datang kapan saja. Aku selalu mendo'akanmu," ujar Jiao memeluk adiknya, rasa khawatir melanda dirinya,
"Tenanglah kakak, aku akan baik-baik saja, lagipula ada panglima terbaik dikerajaan Yuan yang menemaniku, jangan khawatir." seru Liang menepuk dadanya bangga,
"Baiklah. Dan hati-hati dijalan kalian berdua," Jiao melepas kepergiaan kedua orang terkasihnya.
Rasa khawatir menyerang hatinya.
.
.
"Khawatir pada mereka Jiao?" tanya Huang, yang sudah berada disamping Jiao.
"Iya. Tentu aku khawatir kakak, aku tak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada mereka." jawab Jiao menatap jauh punggung keduanya, menyandarkan kepalanya pada dada sang kakak,
"Semua akan baik-baik saja." bisik Huang memeluk adiknya yang kini menangis didadanya,
'Spesikulasi yang akhirnya aku simpulkan adalah hal yang cukup gila, kau orang lain, memiliki wajah Jiao dan kau datang dari masa yang jauh. Mau kau orang lain atau bukan, yang pasti kau selalu menjadi adikku,' batin Huang mengeratkan pelukannya.
Setelah dia melihat perubahan sikap Jiao, memang dia selalu memikirkan keadaan adiknya. Bagaimanapun Jiao itu adik satu orangtua, berbeda dengan adik-adiknya yang lain, terlebih Jiao merupakan putri kesayangan Kaisar.
Dan kesimpulan yang dia dapat diperkuat dengan sikap Bojing yang lembut pada adiknya, karena dia tahu Bojing tak menyukai Jiao, meski dia pura-pura tak tahu.
.
.
.
Dayang Yu sudah bertahun-tahun mengabdi pada putri kesayangan Kaisar yang bernama Yuan Jiao, dan selama masa pengabdiaannya dia tahu sifat sang putri yang pendiam tapi jika menginginkan sesuatu selalu harus didapatkan. Seperti cintanya pada Panglima Bojing, dia memaksakan cinta itu.
Anehnya setelah jatuh kedalam kolam, perlakuan Bojing pada Jiao terlihat tulus, dan sifat sang putri sangatlah ceria dan saking cerianya entah berapa kali dia ditipu putri itu, menyelinap keluar istana. Sifat yang aneh bukan?
Dan sekarang dia harus melihat putri Kaisar itu gelisah, matanya entah menatap jauh kemana,
"Putri Jiao, ini sudah hampir jam makan malam. Silahkan Anda kembali ke kediaman," ajak dayang Yu,
"Apa ada surat dari Bojing?" tanya Jiao,
"Mohon ampun Yang Mulia. Belum ada," jawab dayang Yu.
Dan sudah tiga hari ini Jiao bertanya tentang hal itu. Panglima Bojing memang sudah berangkat empat hari lalu dan seharusnya hari ini dia sampai di perbatasan, tapi perjalanan kesana tak ada yang tahu bukan? Bisa saja ada bandit atau longsor yang menghambat perjalanan, putri kaisar ini terlalu khawatir.
"Aku tak usah makan malam, kalian saja yang memakannya, aku akan tidur lebih awal." ujar Jiao lemah,
Dayang Yu hanya menatap Jiao khawatir, jika melihat Jiao seperti ini dia jadi khawatir, lebih baik dia melihat sang putri yang membuat keributan di istana, Errr... Asal jangan keluar istana saja.
.
.
.
.
Jiao mengobrak-ambrik isi lemarinya. Buku sejarah pemberian nenek Kie tak ditemukan,
"Aku yakin aku menyimpannya disini. Bagaimana bisa hilang?" gumam Jiao panik, menggigit ujung kuku jarinya.
"Dayang Yu..." panggil Jiao,
"Ya, Tuan putri?" dayang Yu masuk kamar Jiao dan terkejut melihat betapa berantakannya kamar sang putri,
"Selama aku pergi, apa ada yang memasuki kamarku?" tanya Jiao,
"Tidak ada. Hanya dayang bagian kebersihan dan Yang Mulia Kaisar," jawab dayang Yu,
"Ayahanda?!! Untuk apa Beliau kesini?" tanya Jiao panik,
"Hamba tak tahu, Yang Mulia cukup lama dikamar Anda sebelum akhirnya keluar kamar."
Jiao menggigit bibirnya, panik melanda dirinya.
"Aku harus menemui Ayahanda." ujar Jiao mengangkat hanfunya tinggi, berjalan cepat menuju istana utama kediaman sang ayah.
.
"A-ayahanda..." panggil Jiao gugup saat melihat ayahnya ditaman belakang, tengah membakar sesuatu yang dia yakini adalah sebuah buku,
"Aku sudah menunggumu putriku." ujar Wei Sheng,
"Y-ya?"
"Tinggalkan kami." perintah Wei Sheng pada rombongannya dan juga Jiao,
"Ayahanda..."
"Aku membakar buku mencurigakan. Tak keberatan bukan?"
Wajah Jiao memucat. Dia hanya membaca buku itu sekilas, dia belum mempelajari semuanya. Kenapa ayahnya ikut campur urusannya? Dan lebih penting, kenapa ayahnya mengambil buku itu? Err lebih tepatnya dia menyembunyikan buku itu dan kenapa bisa ditemukan?
"Kau pasti keberatan bukan? Siapa kau? Sikapmu selama ini, sangat berbeda dengan Yuan Jiao, aku tak mungkin salah mengenali putriku sendiri."
"Bukankah sudah kubilang aku Yang Jiao dari awal Yang Mulia?" Jiao menatap sang kaisar penuh berani, meski sebenarnya dia sudah berkeringat dingin, bahkan kakinya bergetar ketakutan.
"Yang Jiao. Lalu dimana Yuan Jiao putriku?"
"Masa depan."
"Masa depan?"
"Aku hanyalah seorang reinkarnasi dari Yuan Jiao. Untuk apa aku disini, akupun belum begitu tahu. Tapi yang pasti, Yuan Jiao meminta tolong padaku untuk menyelamatkan seseorang yang bahkan aku tak tahu. Dan Yang Mulia sekarang ini membakar buku sejarah dari masa depan yang mungkin ada petunjuk didalamnya, dan mungkin juga bisa membawaku kemasaku." jelas Jiao panjang lebar,
Wei Sheng tersenyum kecil, dan mengangguk, "Berarti yang kulakuan ini salah?" tanya Wei Sheng,
"Salah besar!!" seru Jiao kesal, dan dia langsung sadar dan menutup mulutnya,
Ahh... Hukum penggal menanti.
"Aku akan senang jika dimasa depanpun menjadi ayahmu,."
Jiao hanya bisa menatap tak percaya.
"Yang kulakukan bukanlah hal yang salah putriku. Ada kalanya sejarah tak boleh dirubah karena akan mempengaruhi masa depan. Kau mengerti? Jangan ada yang tahu siapa kau selainku. Kau yang mengetahui masa depan akan diincar oleh orang-orang serakah. Dan jangan anggap percakapan ini pernah ada, jangan mencoba merubah masa depan juga."
"Tapi Yuan Jiao meminta bantuanku." seru Jiao keras kepala,
"Aku tahu sifat putriku. Dia memang terlihat egois, tapi dalam hatinya dia sangat peduli pada keluarganya, dia mau melakukan hal mustahil agar orang-orang terkasihnya bahagia, meski itu mengorbankan orang lain. Dan sekarang ini kaulah yang menjadi korban, harusnya kau berada dimasamu, bukan dimasa tipu muslihat dan pengkhianatan adalah hal biasa."
"Ayahanda..."
"Maaf membuatmu menderita disini. Kau harus secepatnya pulang kemasamu. Orang yang menyayangimu pasti menunggu."
Jiao tersenyum kecil dan menggeleng, "Tak seperti Yuan Jiao, aku hanyalah gadis sebatang kara."
"Istirahatlah. Dan jangan memikirkan masa ini, fikirkanlah caramu pulang kemasamu putriku."
.
.
.
.
"Pangeran Liang..!!" teriak Bojing saat melihat putra dari selir terakhir Kaisar itu terpanah,
Dia lengah. Dia mengira semua musuh sudah dia bunuh, tapi nyatanya masih ada yang berhasil lolos dan menembakan anak panah dengan target putra sang kaisar.
'Ohok... Ugghh...'
Liang terbatuk darah,
Bojing menghampiri tubuh Liang yang terjatuh dari kudanya,
"Pangeran..." panggil Bojing khawatir,
"Pa-panglima... Disini gelap, kau dimana?"
"Ha-hamba disini. Tabib, panggilkan tabib, cepat!!" teriak Bojing,
"Aku ingin bertemu Kakak Jiao, aku ingin melihat senyumnya. Panglima,"
"Tentu Anda akan melihatnya Yang Mulia. Mohon tunggu sebentar, tabib akan segera datang." ujar Bojing.
"Panglima... Terimakasih."
.
.
.
Malamnya Jiao terbangun dengan keringat mengucur didahinya, dia mimpi buruk. Liang terbunuh, dimedan perang Liang terbunuh?
"A-apa ini pe-penglihatan masa depan?"
"Liang... Hiks.. Maaf tak bisa melindungimu. Maafkan kakak yang buruk ini." tangis Jiao dalam kegelapan malam.
.
.
.
Cuaca dari pagi memang tak cerah. Sorenya bahkan hujan petir, dan Jiao tahu langitpun menangisi nasibnya.
"Tuan Putri..." seru dayang Yu panik,
"Ya,"
Dan dayang Yu terkejut melihat hanfu yang kini digunakan Jiao. Hanfu berkabung, menandakan keluarga kerjaan ada yang meninggal dunia.
"Apa tubuh Liang sudah sampai?" tanya Jiao lemah,
"Y-ya, Yang Mulia." jawab dayang Yu,
Bagaimana bisa sang putri tahu bahwa pangeran kerajaan Yuan terbunuh?
Jiao berjalan sangat pelan menuju aula istana. Ahh dia tak bisa merubah takdir adik bungsunya, harusnya dia mencegah kepergian Liang, ternyata Liang benar-benar mati hari itu, dimedan perang adiknya meninggal dunia.
.
"Ayahanda..." sapa Jiao,
Ayahnya juga sekarang menggunakan baju berkabung, bahkan bukan hanya ayahnya tapi ibu, selir, pangeran, putri dan para pejabat juga menggunakan baju berkabung, mereka sepertinya baru mengetahui kabar ini juga.
Lihat Selir Li. Ibunda dari Liang yang sedari tadi menangis, pasti berat untuknya kehilangan putra satu-satunya itu.
"Selir Li, aku turut berduka cita." ujar Jiao menghampiri selir terakhir yang diangkat ayahnya itu,
"Terimakasih Putri Jiao, putraku sering menceritakan tentang dirimu. Dia sangat mengagumimu." ujar Selir Li,
Jiao memeluk selir itu sebentar dan bergabung kembali dengan ayah, ibu dan kakaknya.
.
Rombongan yang membawa tubuh pangeran Liang akhirnya datang,
Bojing berlutut memberi hormat pada Kaisar.
"Bangunlah dan bersihkan dirimu." perintah Wei Sheng.
.
Jiao menyambut calon suaminya dengan tersenyum sendu, membawa pria itu ke kediamannya.
"Maaf aku tak bisa melindungi Pangeran Liang." ujar Bojing merasa bersalah,
"Ini yang dinamakan takdir Dewa. Pangeran Liang mati dengan cara terhormat, aku bangga padanya. Dan aku mengkhawatirkanmu,"
Bojing mengelus pipi Jiao, dan tersenyum kecil, "Aku selalu ada disampingmu. Tak akan kubiarkan kau bersedih,"
"Pangeran Liang. Harusnya aku meminta Ayahanda tak mengirimnya saat itu, harusnya kalian tak kesana." bisik Jiao,
"Kau tahu. Pangeran Liang saat keadaan kritispun dia terus membicarakanmu, dia adik yang penuh perhatian. Semua ini sudah digariskan Dewa, kita manusia hanya bisa pasrah."
Jiao menggeleng. Dia bisa merubah takdir Liang jika dia mempelajari buku sejarah itu, dia terlalu fokus mencari ingatan Yuan Jiao. Terlebih buku itu sudah dibakar oleh ayahnya maksudnya oleh kaisar.
.
"Kecil kemungkinan dia akan bertahan."
.
Gadis itu melihat kearah sekitarnya, tadi dia mendengar suara pria asing,
"Jiao?" panggil Bojing heran.
.
.
.
"Apa maksud Anda Dokter?" tanya Han Bojing,
"Nona Yang Jiao, kepalanya terbentur sangat keras, dan terdapat luka didadanya, seperti luka terkena benda tajam, sejenis panah. Tapi kami akan melakukan yang terbaik untuknya." jelas sang dokter,
"Terimakasih Dokter." ujar Bojing menaruh harapan besar,
Dia menatap Jiao yang terbaring diruang ICU dengan banyak alat yang menopang hidupnya,
"Kumohon Jiao kembalilah. Aku mengkhawatirkanmu, aku menunggumu, aku selalu menunggumu. Yang Jiao," bisik Bojing.
"Satu minggu lagi... Satu minggu lagi sebelum tragedi itu terjadi. Apa yang harus aku lakukan? Jiao, kembalilah." gumam Bojing menatap jam tangannya, menatap tanggal yang ada disana.
.
.
.
.
"Bojing, bergantilah pakaian. Kita harus menghadiri acara pemakaman adikku." ujar Jiao.
Tadi sekilas dia merasakan ada dimasa depan. Melihat wajah manajernya yang begitu khawatir. Dia ingin pulang tapi jika dia pulang bagaimana nasib Wang Bojing? Bagaimana Yuan Jiao?
"Aku harus bagaimana sekarang Yuan Jiao?"
.
.
.
TBC.
.
.
.
Author playlist : General and I ost - William Wei and Claire Kuo
.
.
.
A/N : Pertama-tama diriku ini ingin meminta maaf karena ngga bisa up cepat karena kesibukan dunia yang ternyata lebih sibuk dari dugaanku, jadi males buat ngetik. Yahh intinya sih males abis pulang kerja langsung megang laptop tuh 😄 tapi aku selalu usahakan mengetik setiap kalimat hingga akhirnya merangakai menjadi sebuah cerita hahaha... Okeh segitu aja, sampai jumpa di part selanjutnya meski entah kapan. 😊😊😊
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top