Bagian 8 : Kehilangan
Jiao mondar-mandir dikamarnya, dia belum mendapatkan cara agar dapat keluar dari kediamannya, dayang Yu sekarang lebih memperhatikan gerak-geriknya, ibunyapun seolah setuju akan tindakan Kaisar. Dia tak bisa kemana-mana sekarang ini,
"Ck. Aku harus bagaimana jika seperti ini," gumamnya mengigit kuku jarinya, kebiasaan saat dia gelisah.
"Tuan Putri, Panglima Bojing sudah tiba." seru dayang Yu
"Suruh dia masuk." ujar Jiao,
Bojing memasuki kamar sang putri, dan Jiao dengan antusiasnya menarik tangan Bojing menyuruhnya duduk,
"Aku membutuhkan bantuanmu,"
"Ya?"
"Aku harus keluar istana."
"Jiao. Mungkin kau lupa, jika sekarang ini kau bahkan tak boleh melangkahkan kakimu keluar dari istana kecilmu ini, dan kau memintaku melakukan hal yang menentang titah seorang Kaisar?" Bojing mengingatkan, mencoba mencegah putri keras kepala itu untuk melakukan tindakan ceroboh yang terlalu sering diulang.
"Aku harus bertemu Nenek Kie. Kumohon," pinta Jiao memelas,
Bojing membuang nafas, "Awalnya aku tak ingin menceritakan ini, tapi mungkin harus aku ceritakan."
Jiao menatap Bojing penuh rasa penasaran,
"Saat aku mendengar apa yang dikatakan Pangeran Kedua jika tak ada seorangpun yang tinggal dihutan itu, aku menyelidikinya tentu saja setelah pulih, dan yang kutemukan hanya rumah tua bobrok, tak ada kehidupan disana."
Jiao terdiam tak percaya,
“Ti-tidak mungkin. Kau juga melihat Nenek Kie bukan? Aku tak mungkin berhalusinasikan Bojing? Nenek itu ada, dan aku harus menemuinya.” seru Jiao mengguncang lengan Bojing,
“Aku tahu, akupun tak percaya hal ini. Tapi aku melihatnya sendiri Jiao,”
“Tapi aku harus menemuinya, bagaimanapun caranya.”
“Apa barang yang diberikan Nenek itu yang membuatmu seperti ini?” tebak Bojing tepat sasaran,
“Aku harus memastikan semua itu dengan mata kepalaku sendiri, Kumohon.” Ujar Jiao memelas, tubuhnya perlahan merosot, menangis didepan Bojing,
“Sebegitu pentingnyakah hal itu Jiao?”
“Ini bukan tentang aku, tapi ini tentang kenapa aku bisa disini. Bisakah kau membantuku sekali ini saja, aku akan diam disini tanpa banyak protes tapi setelah ke hutan itu.”
“Baiklah. Aku akan meminta pada Yang Mulia Kaisar agar kau bisa keluar, dengan alasan pergi ke kuil bersamaku, ingat BERSAMAKU.”
Jiao mengangguk antusias.
.
.
.
“Katakan sekali lagi kemana?” tanya Kaisar,
“Kuil dikaki bukit sana, kami akan berdo’a untuk leluhur Yang Mulia Kaisar.” jawab Bojing,
“Bukankah kau tahu jika putriku tengah menjalani hukuman. Dia tak aku izinkan pergi melangkah dari istananya,”
Bojing terdiam,
“Baiklah aku izinkan, aku tak akan menghalangi orang yang akan berdo’a pada Dewa.”
“Terimakasih Yang Mulia Kaisar.”
.
Yuan Wei Sheng terdiam menatap Bojing yang keluar dari ruangannya,
“Wen, ikuti mereka. Bojing berbohong, dan aku yakin dia berbohong karena Jiao.” ujar Wei Sheng pada putra keduanya yang sedari tadi bersembunyi dibalik kursi yang diduduki sang ayah,
“Apa Ayahanda yakin membiarkan mereka pergi meski tahu bukan kuil tujuan mereka?” tanya Wen,
“Karena itu aku memintamu mengikuti mereka, melindungi mereka.” jawab Wei Sheng,
“Ayahanda selalu mempercayakan nyawa putri kesayangan Yang Mulia pada Ananda, apa Ayahanda yakin? Bisa saja Ananda mengkhianati kepercayan yang diberikan selama ini,”
“Aku selalu mempercayai putra dan putriku meski mereka tak mempercayaiku, karena itu adalah sifat dasar seorang ayah."
“Ananda ijin pamit jika begitu.”
.
.
.
Sepanjang jalan senyum dari bibir Jiao tak pernah lepas, dan entah kenapa Bojing sangat menyukai senyuman itu.
“Bojing lihat itu, aku ingin makan disana,” seru Jiao antusias,
“Kau tak lupa tujuan kita bukan Jiao? Aku sudah berbohong pada Kaisar untuk hal ini,” ujar Bojing mengingatkan,
“tapi aku lapar, makan dulu ya?”
Bojing menagguk paksa, Jiao dan kekeras kepalaannya memang sulit ditandingi.
.
Wen hanya bisa menguap saking bosannya. Dia sekarang ini hanya bisa menjadi pengawas dua pasangan yang tengah makan dikedai, misi ini terlalu mudah dan saking mudahnya dia tak bisa menolak misi yang diberikan ayahnya.
Dan sebenarnya jika bukan kuil tujuan mereka, jadi tujuan sebenarnya itu kemana?
.
“Ayo Bojing kita berangkat sekarang.” ajak Jiao setelah kenyang dengan makanan yang dipesannya.
.
.
.
Lei Shun menatap orang kepercayannya dan mengangguk mengerti,
“Lu Bai, menurutmu apa yang tengah dicari adikku?” tanya Shun pada tangan kanannya,
“Mungkin ingatan yang hilang Pangeran Ketiga. Dia terlihat sangat penasaran dengan apa yang tak diingatnya.” jawab Lu Bai memberi pendapat,
“Jiao tak boleh mengingat akan masalalunya. Bagaimanpun rencana yang sudah aku susun tak boleh gagal.”
“Anda ingin menyingkirkan Tuan Putri?” tanya Lu Bai memastikan,
“Tidak. Dia adikku yang paling aku sayangi, tapi dia juga batu sandungan, apa yang harus aku lakukan.”
“Jika Anda memerintahkan hamba membunuhnya akan hamba lakukan dengan cara apapun,”
“Jangan Lu Bai, kau cukup awasi pergerakannya saja.” perintah Lei Shun tegas,
“Baik Yang Mulia. Maaf atas kelancangan hamba.” Lu Bai pamit undur diri,
Lei Shun menatap langit cerah tak berawan dari jendela,
Pikirannya melayang entah kemana.
.
.
.
Jiao mengobrak-abrik isi rumah kosong yang hanya ada perabotan tua, dia perlu menemukan halaman yang hilang dibuku sejarah itu, apapun yang terjadi.
“Aku akan bantu cari. Apa yang kau cari?” tawar Bojing saat melihat raut panik Jiao,
“Lembaran kertas,” jawab Jiao tanpa mengalihkan pandangannya, terus mencari meski lelah.
“Kenapa tak ada? Harusnya ada. Aku harus mencarinya kemana lagi,” isak Jiao frustasi,
“Jiao. Lihat ini,” panggil Bojing,
Jiaop mengambil kertas yang ada ditangan Bojing, “Aku tak tahu bahasa apa itu, kau bisa membacanya?” tanya Bojing,
‘Kisah cinta tragis Yuan Jiao dan Wang Bojing’ Jiao membaca judul diatas kertas dalam hati,
Matanya langsung terbelelak.
“A-aku juga tak tahu, ki-kita pulang saja Bojing,” ajak Jiao melipat kertas itu dan memasukan kedalam sela-sela lengan bajunya,
“Tentu, tapi kita mampir ke kuil setelah ini, agar aku tak berbohong sepenuhnya pada Kaisar.” ujar Bojing, meski dia penasaran akan arti tulisan yang ada dikertas itu, dan Jiao pasti menyembunyikan sesuatu darinya.
Tapi jika Jiao tak ingin bercerita dia tak akan memaksa.
.
.
.
Jiao menatap tangga kuil itu, perasaannya saja atau kuil ini sama seperti kuil tempatnya jatuh dimasa depan?
“Ayo Jiao.” ajak Bojing, menuntun gadis itu menuju puncak kuil.
Benar. Kuil ini kuil yang dia kunjungi, tak berbeda jauh dengan yang dimasa depan. Dimasa depan memang terlihat direnovasi, tapi bangunan dan suasananya tetap sama. Bahkan pohon Sakura disanapun masih sama, meski sedikit kecil dari yang dimasa depan.
.
.
.
.
.
-Dimasa depan-
Kabar jatuhnya Yang Jiao dari tangga kuil menjadi berita terheboh sekarang ini.
Wartawan mengerubungi TKP dan rumah sakit yang disinyalir menjadi tempat dirawatnya sang artis,
Tapi pro dan kotra selalu ada. Banyak berita yang mengatakan jika Yang Jiao sengaja mencelakai dirinya sendiri, ada juga yang mengatakan dia ingin bunuh diri karena gosip yang tengah tersebar.
Tinggalkan berita ngawur diatas. Yang lebih penting sekarang ini adalah keselamatan dari gadis itu.
Han Bojing hanya menatap sendu Jiao yang kini tengah ditangani para petugas medis. Padahal dia keluar sebentar, dan saat kembali ke apartemennya Jiao sudah tak ada, akhirnya dia mencari gadis itu, dan menemukannya ditangga kuil dengan darah yang sudah hampir mengering.
“Maaf... Maaf Jiao, aku kembali melakukan kesalahan untuk kedua kalinya. Aku harusnya menjagamu. Kumohon bertahanlah, dan jangan tinggalkan aku lagi.” gumam Bojing mengepalkan tangannya, merasa menjadi pria paling tak berguna didunia ini.
“Apa takdir tragis akan terulang kembali?”
Bojing menatap wanita tua bertongkat yang berdiri tak jauh dari dirinya,
“Kau berasal dari zaman ini ternyata nenek Kie?” tanya Bojing tak terkejut dengan kedatangan nenek Kie,
“Ohh kau ternyata tak kehilangan ingatanmu wahai reinkarnasi Wang Bojing. Dan sayangnya aku hanyalah nenek penjelajah waktu, aku penghuni kuil yang selalu mendengar do’a dari putri malang Yuan Jiao,”
“Dan kau merasa kasian.”
“Benar. Karenanya aku memberi kesempatan kedua pada Yuan Jiao, dengan syarat Yang Jiao yang kembali kemasa lalu, dia tak sepertimu yang ingat akan masa lalu, Yang Jiao tak mengingat masa yang dia lalui dimasa lalu bersamamu, karena dia yang meminta jika dia terlahir kembali agar tak mengingatmu ”
“A-apa?”
“Berdo’alah agar gadis itu selamat dimasa lalu, dan bisa kembali kesini. Aku tipe orang yang menyukai cerita cinta berakhir happy ending.” ujar Kie berjalan menjauh sambil tertawa kesenangan,
“Jiao.. kumohon kembalilah, tak perlu bersusah payah karena aku hidup dizaman sekarang, aku hidup Jiao. Kumohon jangan membebani dirimu.” bisik Jiao,
Meski tak sadarkan diri Jiao seolah mendengar perkataan Bojing, air mata perlahan keluar dari sudut mata yang tertutup itu.
.
.
.
.
-Kembali ke masa lalu-
Angin berhembus kencang saat Jiao menatap pohon sakura yang tumbuh dihalaman kuil,
‘Kumohon kembalilah...’
Gadis itu menatap sekitarnya, menatap Bojing yang tengah berdo’a. Entah kenapa air matanya perlahan menelusuri pipinya,
“Ehh...”
Matanya terbelalak saat dia menatap tangannya yang perlahan menghilang.
“A-apa yang terjadi barusan itu?" gumamnya melihat tangannya yang kembali terlihat.
.
Author playlist : Chen Ai - Jia Jia
.
.
TBC
.
.
A/N : Akhirnya bisa up *lapkeringat* tanpa banyak kata aku ucapkan Maaf karena terlalu lama tak meng-up cerita ini, terimakasih yang sudah setia menunggu dan membaca ceritaku disela-sela waktu sibuk kalian. Dan selamat malam dan selamat beristirahat ^^
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top