Bagian 2 : Dendam
Wen menatap adiknya penuh murka, bisa-bisanya Jiao yang tengah dicari banyak orang kini bermain dengan anak-anak kasta rendah? Dia sebenarnya tak mempermasalahkan itu, hanya saja Jiao pergi tanpa pemberitahuan dan seorang diri, siapa yang tak khawatir terlebih gadis itu tengah kehilangan ingatan.
"Yuan Jiao, ikut aku." desis Wen,
"Kakak Kedua, apa kabar?" sapa Jiao tak memperhatikan kemarahan Wen,
"Kita pulang Jiao."
"Jangan terlalu kasar padanya Pangeran Kedua,"
"Shun. Jadi kau yang membawa gadis nakal ini?" tanya Wen pada saudara seayahnya.
"Ya, aku melihatnya tengah kebingungan di pasar, akan lebih aman dia bersamaku disini, dan aku yakin kudamu akan menuntunmu menuju tempat Jiao berada." jawab Shun santai.
"Jadi Kakak Ketiga tak ada niat mengajakku berkeliling?" tanya Jiao tak percaya saat Shun mengagguk,
"Kakak Kedua kita pulang saja." ajak Jiao kesal pada Shun yang berbohong padanya,
"Kau pulang bersama Bojing, aku masih ada urusan dengan Pangeran ketiga."
Jiao menatap Bojing, ingin rasanya dia menolak namun Wen memaksanya menaiki kuda bersama dengan Bojing, dia kini duduk didepan, dan Bojing dibelakangnya seolah memeluknya.
Dia tidak mau!!
Sungguh dia tengah masa emositak terkendali pada tunangannya ini.
.
.
Perjalanan menuju istana teras sangat lama, membuat Jiao semakin tak nyaman.
"Maaf jika aku keterlaluan, harusnya aku melihat kondisimu yang tengah kehilangan ingatan." ujar Bojing membuka percakapan,
Namun Jiao sama sekali tak ada niat untuk menanggapi perkataan Bojing.
"Mei Rong, dia adalah kekasihku. Dan keluargaku secara sepihak menjodohkanku denganmu. Kekasihku seorang dari kalangan rakyat biasa, ibunya seorang dari kasta rakyat biasa dan ayahnya dari kasta bangsawan rendahan, kedua orangtuaku tak setuju akan hubungan kami." jelas Bojing tiba-tiba,
"Kenapa kau menceritakan ini padaku? Kau membenciku Bojing."
Bojing terdiam, sedikit mengangkat sudut bibirnya,
"Kau orang pertama yang mengetahui cerita ini Jiao."
"Ahahaha.... aku merasa terhormat mendengar itu," tawa Jiao datar,
"Kau berubah."
"Mungkin, namun jika kau memang tak nyaman berada di dekatku kenapa tak kita akhiri saja hubungan ini?" tanya Jiao,
"Jangan bercanda Jiao, reputasi Kaisar dipertaruhkan disini."
"Lalu aku harus bagaimana? Kau tak mencintaiku, kau membenciku, aku tak tahu harus bagaimana!!"
"Bersikap seperti biasa saja."
Keduanya kembali terdiam,
"Bisa kau ceritakan tentang diriku dari penglihatanmu? Karena jika aku bertanya pada penghuni Istana mereka akan mengatakan hal-hal baik tentangku karena takut akan hukuman."
"Aku akan menceritakan itu saat kita sampai di istana, dan kau meminta maaf pada Kaisar karena sudah membuatnya khawatir."
Jiao mengangguk. Sekarang ini yang perlu dia pelajari adalah orang seperti apa Yuan Jiao itu.
.
.
"Jangan mengulanginya lagi Jiao." seru Wei Sheng,
"Maafkan aku Ayahanda,"
"Kau membuatku, kakakmu, dan para dayangmu khawatir. Aku tadinya akan menghukum dayang Yu, dia sudah membuat dua kesalahan. Yang pertama kehilanganmu saat dimana kau kehilangan ingatan dan yang kedua dia kehilanganmu dan kau pergi ke ibukota."
"Kumohon jangan Yang Mulia, biarkan aku saja yang mendapat hukuman namun tidak dengan para dayang, disini aku yang bersalah."
"Baiklah, kali ini saja Jiao, kali ini saja. Jika kau ingin keluar Istana setidaknya minta izin terlebih dulu pada ibumu. Kau tahu bukan aku sangat menyayangimu?"
"Tidak tahu." dan Jiao kembali merutuki mulutnya yang tak bisa diajak kompromi,
"Te-tentu tak tahu karena ingatanku tengah hilang Ayahanda." ujar Jiao menambahkan,
Menurut buku sejarah yang pernah dia baca jika kita menyinggung perasaan Kaisar maka hukum penggal menanti.
Jiao bergidik ngeri.
"Pergi istirahatlah, kau perlu banyak istirahat untuk pemulihan."
Jiao membungkuk hormat dan pergi dari ruang pribadi Kaisar.
.
Terimakasih dulu dia pernah diajak main film kolosal jadi dia tak terlalu canggung, terimakasih Sutradara Kim yang memarahinya karena sikapnya kurang lemah gemulai memerankan putri bangsawan, terimakasih karena berkatnya dia tak kaku memerankan seorang putri.
"Tuan Putri Anda baik-baik saja?" tanya dayang Yu khawatir,
"Aku ingin istirahat dan jangan ada yang menggangguku,"
"Bojing bisakah kau besok kesini, ada banyak hal yang ingin aku tanyakan." pinta Jiao menatap Bojing yang sedari tadi menunggunya,
"Ya, aku pergi." pamit Bojing tanpa menatap Jiao.
.
.
.
'Selamatkan dia, selamatkan dia Jiao. Hanya kau yang bisa menyelamatkannya,'
"Siapa?"
'Aku tak bisa namun aku yakin kau bisa, kumohon,'
"Siapa disana?"
'Selamatkan dia untukku,'
"Waaaa....." teriak Jiao terbangun, keringat dingin menetes dari dahinya,
"Tuan Putri ada apa?" dayang Yu datang tergopoh-gopoh khawatir akan sang majikan.
"Ti-tidak, aku baik-baik saja dayang Yu. Hanya mimpi buruk," jelas Jiao,
"Mau hamba buatkan teh agar tenang Tuan Putri?"
"Tidak, aku akan tidur saja, terimakasih dayang Yu, kau istirahat saja." ujar Jiao kembali menarik selimutnya memejamkan mata seolah tidur,
"Itu kau Yuan Jiao? Siapa yang ingin kau selamatkan? Kenapa harus aku?" gumam Jiao mengingat mimpi itu,
Mimpi dimana dia bertemu dengan Yuan Jiao yang hanya menggunakan hanfu putih, wajah yang sedikit pucat tanpa riasan, dan rambut yang dibiarkan tergerai tak ada hiasan sama sekali dirambut itu, seolah gadis itu hanyalah arwah.
Arwah?
Hantu?
"Hantuuuuu...." teriaknya dari balik selimut, dia takut hantu.
...
Jiao dan Bojing kini tengah menikmati teh siang ini (anggap saja siang ya), keduanya terlihat sangat menikmati kebersamaan mereka itu menurut orang yang melihat, namun tidak dengan keduanya, mereka seolah tengah membaca pikiran satu sama lain.
"Kau dikenal sangat pendiam di Istana, jarang bersosialisai, kau bersosialisasi dengan bangsawan hanya saat dipesta kerajaan, kau tak menyukai keramaian." Bojing membuka percakapan,
"Apa yang tidak disukai dariku di istana?" tanya Jiao.
"Entahlah, isi hati tiap orang tidak ada yang tahu,"
"Lalu apa yang tidak kau sukai dariku?"
"Sikapmu yang selalu menginginkan sesuatu dan itu harus tercapai, seperti kau meninginginkanku dan akhirnya tercapai."
"Lalu apa aku ini untukmu? Orang yang perlu dihormati karena putri Kaisar? Tentu saja iya, kalian semua takut pada Ayahanda, kalian takut hukuman, itu sudah pasti." ujar Jiao sarkastik.
"Ya." jawab Bojing singkat,
"Hah... sudah kuduga, kenapa aku tak mati saja agar kau bebas dariku, kenapa kau tak coba untuk membunuhku? Atau aku perlu bunuh diri seperti kekasihmu agar kau puas?"
"Hentikan omong kosongmu Jiao."
"Kau membenciku, kau tak perlu peduli padaku."
"Kubilang hentikan Jiao."
"Wajahmu menyeramkan Bojing." komentar Jiao melihat ekspresi Bojing yang menahan kesal,
"Aku tak peduli itu, kenapa kau bersikap seperti ini? Kau ingin aku semakin membencimu?" tanya Bojing
Jiao tersenyum kecil dan menggelang, "Ini sifat asliku Bojing. Membuat orang kesal adalah keahlianku,"
"Jiao, kau benar-benar ingin mengakhiri hubungan kita karena itu kau bersikap seperti ini? kau mencintai pria lain?" tanya Bojing menyelidik, karena dia tahu Jiao sangat mencintainya.
"Kalau iya, apa yang akan kau lakukan?" Jiao balik bertanya menantang,
"Aku tak akan melepaskanmu, kau yang membuat kehidupanku dengan kekasihku hancur dan dengan mudahnya kau mengakhiri semua ini. Aku tak akan membiarkan kau pergi dari sisiku." desis Bojing berbahaya.
Jiao tertawa kecil, tak takut akan gertakan yang diberikan tunangannya,
"Kenapa kau terdengar seperti sangat mencintaiku?" tanya Jiao, dia menyeruput tehnya santai.
"Aku tak mencintaimu, tetapi aku akan membuatmu terus berada disampingku tanpa bisa bersama pria yang kau cintai sekarang, hal yang sama yang aku dan Mei Rong rasakan." jelas Bojing,
"Balas dendam? aku tak peduli, silahkan lakukan apapun yang kau suka Bojing, kau berhak melakukannya."
"Ya, akan aku lakukan. Persiapkan dirimu,"
"Aku selalu siap."
Keduanya saling bertatapan, benar-benar seperti orang yang tengah jatuh cinta, sayangnya tidak, mereka tengah mendeklarasikan perang satu sama lain.
.
TBC
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top