Bagian 16 : Terimakasih
Jiao menatap Bojing dengan pandangan nanar, pemburu berita, netizen, bahkan orang yang kebetulan ada disana mengabadikan momen itu,
Berita besok pagi pasti akan panas.
"Bo-bojing...." panggil Jiao dengan suara seraknya,
Pria itu membalikan badan, menghampiri Jiao perlahan dan membuka jaket, memasangkannya pada tubuh kecil Jiao,
"Cuaca diluar dingin dan kau memakai baju tipis seperti itu, terlebih tanpa alas kaki."
Jiao langsung menghambur kedalam pelukan Bojing, air mata yang dia tahan akhirnya tumpah didada sang manajer,
"Maaf melupakanmu, maaf tak bisa menolongmu, maaf tak...."
"Sssttt.... Kenapa harus minta maaf? Kau sudah berjuang, dan juga jika takdir sudah ikut campur maka manusia hanya bisa menerima." bisik Bojing mengusap rambut Jiao menenangkan.
.
.
.
Suasana istana Yuan terlihat sepi. Para pemberontak sudah musnah, dalang pemberontak kini terikat, berterima kasihlah pada Wen yang tak hilang kendali saat menyerang pria itu, menyerang dalang tragedi ini. Menyerang pria yang telah membunuh kedua adiknya dan panglima terbaik mereka.
"Kau harusnya mati." desis Wen kesal,
"Jiao... Jiao..." Huian datang menghampiri tubuh pucat putrinya, saat mendengar kabar dari dayang dia bergegas menuju tempat festival yang sudah menjadi medan perang.
Wei Sheng memeluk bahu sang permaisuri, "Lihat wajah mereka Permaisuri. Tak ada penyesalan sama sekali." bisik sang Kaisar,
Memang benar apa yang dikatakan Wei Sheng, wajah pucat Bojing dan Jiao terlihat tersenyum tanpa beban, seolah bangga dengan apa yang mereka lakukan.
"Kau pasti bahagia bisa berkorban demi orang yang kau cintai putriku." ujar Huian mengusap wajah putrinya, dia tak boleh terlalut dalam kesedihan, dia harus kuat, dia permaisuri kekaisaran Yuan, dia harus menemani sang Kaisar dalam berbagai kondisi, meski harus kehilangan putra maupun putrinya dia tak boleh terlihat lemah.
"Kenapa wajahmu terlihat puas seperti itu Bojing? Kau senang? Kau bangga? Dan aku pun bangga padamu, meski adikku tengah sekarat tapi kau tetap melindunginya. Terimakasih," ujar Huang tersenyum sedih menatap wajah sang sahabat yang pucat.
.
"Kenapa kau ingin menurunkanku dari tahta?" tanya Wei Sheng pada otak dibalik kekacauan ini,
"Mungkin kau lupa Wei Sheng. Tapi aku adalah putra dari kakakmu yang kau bunuh di medan perang. Aku adalah putra dari Pangeran Wei Qi, Yuan Lu Bai!!" teriak Lu Bai penuh dendam,
Wei Sheng terdiam mengingat-ingat dan tersenyum kecil. Ahh kakak satu ayahnya, kakaknya putra dari selir karena itu dia tak bisa menjadi putra mahkota, dan dia adalah putra dari permaisuri yang sudah dipastikan menjadi pewaris tahta.
Tetapi saat dia dan kakaknya ditugaskan ke perbatasan mereka dihadang sekelompok orang, mereka bertarung habis-habisan dan saat dia akan terkena tusukan pedang sang kakak melindunginya, membuatnya terbunuh disana,
Dia tak tahu kakaknya sudah menikah dan memiliki putra.
"Ahh kau putra Kakakku? Begitu. Aku bahkan tak tahu jika dia memiliki istri dan putra,"
"Tentu kau tak tahu, kau mana peduli pada pria yang kau bunuh!! Jika saja Lei Shun tak mencintai adiknya aku yakin dia tak ragu membunuh ayah yang telah menelantarkannya!! Aku pasti bisa merebut tahtamu, membunuh semua keturunan busukmu Wei Sheng!!" teriak Lu Bai,
"Hukum bagi keluarga pengkhianat adalah hukum pancung Lu Bai." seru Huang sang putra mahkota mengangkat pedangnya,
"Aku akan membawa dendam ini sampai dikehidupan selanjutnya!! Aku akan mencari kalian semua!!"
.
.
.
"Kau harus diperiksa secara intensif, kau masih sakit." ujar Han Bojing mengangkat tubuh Jiao bridal style,
Jiao menyembunyikan wajahnya yang memerah di dada Bojing,
"Terimakasih."
"Untuk?"
"Menemani wanita egois sepertiku."
"Ya. Kau memang wanita egois. Membuatku menunggu begitu lama." ujar Bojing,
"Nona Yang Jiao boleh kami mewawancara Anda sebentar?" tanya salah satu pemburu berita berani,
"Maaf tapi untuk wawancara nanti kami akan mengadakan acara konferensi pers dan kalian bisa hadir disana." ujar Bojing.
.
.
.
Zhu Shun berlari menuju ruang IGD, saat dikantor tadi dia mendapat kabar jika adiknya sadarkan diri dan kabur dari rumah sakit, katanya sih kabur dan ditemukan di kuil tempatnya kecelakaan bersama Bojing lagi.
"Bojing..." panggil Shun terengah-engah menghampiri manajer adiknya,
"Presdir, Anda kesini?" tanya Bojing tak terlalu terkejut,
"Ya. Jadi bagaimana keadaan Jiao?"
Bojing mengangguk, dan membawa Shun kedalam ruang IGD,
"Jiao ada yang ingin menemuimu." ujar Bojing membuka gorden tempat Jiao tengah diperiksa,
Gadis itu menatap Bojing, dan menatap orang disebelah manajernya,
Matanya berkaca-kaca. Dia kakaknya bukan? Dia kakaknya Shun bukan? Tapi.... Mungkin dia bukan kakaknya disini,
Setidaknya dia bisa melihat kakaknya lagi... Hidup, sehat tanpa kekurangan apapun.
"Si-siapa kau?" tanya Jiao dengan suara tercekat menahan tangis, aneh jika dia tiba-tiba menangis didepan orang yang baru ditemuinya,
"Ah mungkin ini pertama kalinya kita bertemu. Aku adalah presdir dari agensi yang menaungimu, sekaligus kakak kandungmu."
Jawaban dari Shun membuat Jiao akhirnya menumpahkan air mata,
Jiao menatap Bojing meminta penjelasan, sang manajer mengangguk mengiyakan.
"Ka-kakak S-shun?"
Shun mengangguk. Entah kenapa ada rasa yang amat sangat dia rindukan saat Jiao memanggilnya kakak, seolah itu adalah sebuah kenangan,
"Ya aku kakakmu." Shun memeluk Jiao erat,
Bojing tersenyum kecil. Setidaknya Shun disini mencintai Jiao sebagai adik.
"Ahh maaf mengganggu tapi tadi polisi datang kesini untuk menanyakan kesaksianmu. Apa kau melihat siapa yang menyerangmu?" tanya Bojing hati-hati,
"Ya, aku tahu siapa dia. Aku melihatnya," jawab Jiao tegas.
Ingatannya yang samar-samar saat dia didorong dari tangga perlahan kembali, dan dia cukup terkejut saat tahu siapa yang mendorongnya.
"Lu Bai bukan? Kekasihku, ahh sekarang sudah menjadi mantan ya?" gumam Jiao ada nada kecewa disana, kecewa karena Lu Bai melakukan hal itu padanya,
"Dia tak ingin mengatakan alasan ingin mencelakaimu. Kau harus hadir diruang introgasi nanti. Apa kau bisa?" tanya Shun,
"Tentu." jawab Jiao tersenyum paksa, dan hal itu tak lepas dari pengamatan Bojing.
.
.
.
"Dia hanya mengatakan ingin membunuhmu karena dendam masa lalu. Tapi dia tak ingin menjelaskan. Menurutku dia sepertiku, mengingat kehidupan masa lalu. Dia membencimu karena menghentikan kudeta, kau satu pemikiran denganku bukan?" tanya Bojing saat Shun sudah pamit pergi karena ada hal yang perlu diurus,
Jiao mengangguk dengan wajah sendu,
"Kau mencintainya? Kau.... Kau kecewa padanya karena mendekatimu hanya untuk balas dendam?" tanya lagi Bojing dengan nada cemburu yang ketara jelas,
Jiao menyembunyikan senyumnya. Bojing dimasa lalu tak seperti ini, lebih pendiam dan selalu menyembunyikan emosinya,
"Kau cemburu?"
"Tentu saja!! Kau harusnya tahu bagaimana inginnya aku menguliti Lu Bai yang menatapmu dengan matanya. Aku bahkan rasanya ingin membantai pria yang menyentuhmu saat syuting meski itu hanya akting!!" seru Bojing,
"Itu kejahatan Bojing," tegur Jiao,
"Dan asal kau tahu!! Saat polisi menangkap Lu Bai dan aku ikut mengintrogasinya aku menghajarnya karena emosi. Dia mendekatimu hanya untuk membunuhmu!! Tak tahukah kau berapa lama aku menunggumu yang hanya menatap Lu Bai? Aku menunggumu agar mengingatku!!"
Jiao menyetuh wajah Bojing dan tersenyum mengangguk.
"Aku tahu. Penantianmu yang panjang membuatku ingat bahwa hanya ada kau dihatiku meski aku meminta Dewa agar tak jatuh cinta lagi padamu, tapi hati ini tak bisa dibohongi. Kau tak perlu cemburu pada siapapun, aku milikmu. Bahkan setelah semuanya selesai aku akan mengundurkan diri dari dunia hiburan, aku akan disampingmu menemanimu. Bagaimana?"
"Kenapa kau selalu membuatku jatuh cinta padamu terus menerus hanya dengan kata-katamu?"
"Hmm tapi kau memukul wajah tampan Lu Bai ya? Hmm... Sayang sekali wajah tampannya jadi terluka." gumam Jiao jail,
"Ya. Bahkan aku akan memukulnya lagi nanti, lihat saja."
Jiao tertawa pelan, "Pukul saja. Aku tak masalah, yang terpenting kau tak terluka. Lagipula kau lebih tampan dari Lu Bai, aku pasti setia." ujar Jiao terkiki geli saat melihat wajah Bojing yang sedikit memerah.
.
.
.
Sudah satu minggu semenjak Jiao sadar dari koma. Dan hari ini dia akan menemui Lu Bai untuk memastikan sesuatu,
"Kau masih hidup Jiao?" tanya Lu Bai datar,
"Ya. Berkatmu. Kenapa kau ragu saat mendorongku dari tangga? Jika saja kau mendorongku dengan kekuatan penuh aku pasti langsung terbunuh." jawab Jiao,
"Kenapa ya? Sampai sekarangpun aku tak tahu kenapa aku tak langsung membunuhmu saat banyak kesempatan yang datang."
"Kau jatuh cinta pada Jiao, Lu Bai. Ada rasa cinta yang membuatmu ragu. " ujar Bojing dingin,
"Mungkin benar. Tapi aku tak bisa menghentikan rasa dendam ini, jika saja Jiao tak ada. Aku tak akan mati saat itu!! Aku pasti sudah naik tahta," seru Lu Bai emosi,
"Kau tenggelam dalam dendam Lu Bai. Padahal dikehidupan ini kau sudah hidup dengan sangat baik, kenapa kau malah memilih jalan dendam?"
"Jika aku bertemu lagi dikehidupan yang selanjutnya aku ingin mengenalmu lebih baik. Bukan mendekatimu untuk membunuhmu," ujar Lu Bai tulus.
"Satu lagi sainganku. Kau milikku Jiao, mengeti?" gumam Bojing menahan emosinya,
"Dan aku berharap kau bisa lebih baik mulai sekarang." ujar Jiao tulus.
.
.
.
"Aku akan mengundurkan dari dari dunia hiburan." ujar Jiao saat konferesi pers,
Cahaya kamera langsung menghujani Jiao, pernyataan itu membuat awak media sangat terkejut.
"Boleh kami tahu alasannya? Apa ini ada hubungannya dengan percobaan pembunuhan oleh mantan kekasih Anda?"
"Aku ingin memulai hidup baru sekarang. Semua ini sudah aku pikirkan dari dulu, tak ada hubungannya dengan hal lain, dan Lu Bai bukanlah kekasih atau mantan kekasihku."
"Apa benar jika penyerangan itu karena Anda berselingkuh dengan manajer Anda sendiri?"
Jiao tersenyum kecil, "Itu berita konyol yang pernah aku dengar. Manajerku adalah tunanganku dari dulu hingga sekarang. Dan masalah Lu Bai kami hanya berteman baik. Tolong hargai jawabanku. Terima kasih atas dukungan kalian selama ini." ujar Jiao mengakhiri konferensi pers.
.
.
.
Gadis yang kini tak lagi menjadi publik figur ini berlari menaiki tangga kuil. Bojing tengah menunggunya,
Dia mendapat email dari Bojing jika dia menunggu dikuil tempat mereka bertemu dimasa lalu.
"Bo-bojing..." panggil Jiao,
Bojing tersenyum dan mendekati Jiao. Membungkuk didepan gadis itu dan mengeluarkan sesuatu dari dalam saku bajunya.
"Will you marry me Yang Jiao?"
Kuil yang tadinya minim cahaya kini dipenuhi lampu disana-sini.
"Bojing..." Jiao menutup mulutnya terkejut. Kuilnya terlihat sangat indah dan Bojing kini tengah melamarnya dengan romantis.
"Ya... Tentu, aku mau." ujar Jiao menangis haru,
Bojing memasangkan cincin dijari manis Jiao, dan memeluk gadis itu erat.
"Terimakasih."
"Aku menyayangimu Bojing,"
"Aku juga."
"Dan ngomong-ngomong soal melamar. Apa ayah dan kakak-kakakku tahu? Bukankah kau pernah mengatakan jika selain kakak Shun, aku masih memiliki ayah dan dua kakak?" tanya Jiao melepas pelukan Bojing,
"Ah.. Jika itu belum...."
"Berdo'alah semoga Ayahku disini sifatnya tak seperti Kaisar." ujar Jiao tersenyum prihatin.
.
END.
.
A/N : Tenang jangan kecewa dulu!! Akan ada epilog yang menanti. Tapi sebelum itu aku mungkin akan update ceritanya lebih lama karena suatu hal (bilang aja pengen baca novel yang udah dipesen) Intinya jika ada waktu aku sempatkan untuk nulis oceh 😆See you next time... Ahh sebelum itu aku mau kasih tahu. Aku buat cerita genre fantasy lagi dan masih seputar kerajaan. Semoga kalian nanti suka dengan ceritanya 😇😆
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top