TR*19
"Umiiii......"
Teriakan Bie dan Qie membuat Pie yang membukakan pintu apartemen tersenyum senang dan memeluk mereka.
"Halooo sayang-sayangnya umiiii....."
"Umi, Qie kangen mau mandi barengan umi..."
"Bie kangen didongengin..."
"Qie sama Bie betah banget sih bolak balik dari rumah umi Alia ke apartemen, jadi lupa datengin umi deh."
"Tapi nanti kita berempat tinggal dirumah kita kan mi...yeayyy!" Teriakan Bie diiringi teriakan Qie yang langsung berlarian kedalam.
"Abiiiiii....."
Teriakan Bie dan Qie terdengar lagi saat mereka menemukan abinya didalam yang sedang duduk di Sofa tengah dengan kaki yang masih sakit.
"Mama langsung balik ya Pril, soalnya mau bantu Alia buat tahlilan malam ini, kalian jangan lupa datang!" Mama Ali langsung pamit pada Pie.
"Iya ma, maaf ya Pi nggak bisa bantuin kak Alia, nanti sore kami berempat kesana, soalnya Pi mau beresin barang-barang Bie dulu buat dipindah kerumah..." kata Pie
"Iya, Alia ngerti kok, baik-baik ya berempat disini...mama pamit, aba udah nunggu diparkiran!" Pamit mama lagi dan Pie mengangguk.
"Makasih ma, sampein makasih sama aba juga ya ma, maaf ngerepotin nganterin Bie sama Qie!"
"Nggak papa, lagian aba khawatir kalau kalian berduaan diapartemen, sering mojok belum halal!"
"Mama iniii....."
Sahutan mama mertua eh masih calon sekarang membuat Pie tersipu dan mengusap sebelah wajahnya malu. Belum-belum pernah kepergok gara-gara Lie memeluk dan menciumnya saat Pie pamit pulang semalam diantar ami Agis, saudara almarhum Awi setelah mereka berdua dari tempat ustad Maulana. Lie tidak bisa mengantar karna ada teman-temannya yang menjenguk diapartemen. Meskipun berpelukan dipojokan ternyata dari jauh mama memperhatikan.
"Tadi berduaan amankan?" Mama mengerling dengan suara berbisik.
"Mamaaaa...."
Mama berlalu dengan mulut yang ditutup. Diiringi suara protes Pie.
"Mama langsung pulang?"
Membalik badannya Pie melangkah dan menemukan Lie digelendoti anak-anak diatas Sofa dengan pertanyaan.
"Iya, aba nunggu diparkiran..." Pie menjawab sambil masih terlihat tak bisa menahan senyum.
"Kenapa senyum-senyum?" Lie bertanya membuat Pie menggeleng.
"Nggak kok," elak Pie.
"Sini mi....." Qie menarik Pie duduk didekat mereka.
"Apa nggak?" Lie meraih bahu Pie yang duduk disampingnya.
"Nggak papa ih," Elak Pie. Pie malu kalau ketahuan Lie yang bikin senyum adalah ucapan mamanya.
"Kata oma tadi belum halal nggak boleh mojok, bi...." Bie yang menyahut membuat Lie tertawa. Haihhh Bie, mendengar darimana dia? Jangan-jangan jadi bahan gosip dirumah Alia nih gara-gara mau menikah ulang.
"Berarti umi belum boleh nginep disini dong?" Qie menyahut sambil menaruh kepalanya dipaha Pie.
"Nanti umi dianter pulang habis kita kerumah umi Alia!" sahut Pie.
"Jadi kamu pulang nanti?" Lie bertanya dengan wajah kecewa.
"Nggak tidur disini aja mi?" tanya Qie lagi.
"Dilarang ya mi?" Bie ikut bertanya.
"Umikan disini cuma beresin bajunya Bie!" kata Pie lagi.
Pie menjelaskan maksudnya kesana membereskan baju dan isi kamar Bie yang akan segera dipindahkan semuanya ke rumah. Mereka sudah memutuskan setelah menikah ulang akan tinggal bersama dirumah mereka dan menyewakan apartemen.
Sebenarnya Pie agak bingung menjelaskan pada anak-anak kalau sekarang situasinya berbeda hingga ia disarankan untuk tidak tidur dalam satu atap saat ini.
Kalau kapan lalu mereka terpaksa tidur berempat itu bisa dipastikan tidak terjadi apa-apa karna hubungan Pie dan Lie sedang kurang baik. Sekarang ini keadaan mereka berbeda, mereka sedang jatuh cinta lagi dan berencana menikah ulang. Berbahaya kalau saling berdekatan. Mereka tak bisa saling menatap sedetik saja rasanya seperti magnet.
"Kan kita sudah berempat mi, umi sama abi nggak berduaan kok!" Bie yang sedang memeluk abinya menyahut lagi.
"Sabar ya sebentar lagi kita lengkap kok, begini terus tiap ngumpul dirumah!" Akhirnya Lie membantu Pie memberi pengertian pada anak-anak mereka.
Sekarang ia sudah cukup bersyukur mereka berkumpul dalam keadaan yang damai.
Lie mengusap bahu Pie yang ada disebelah kanannya, lalu mereka saling memiringkan kepala pelan hingga kepala mereka saling berbenturan. Sementara Qie berada dipangkuan uminya. Lie menoleh pada Bie yang berada dibahu sebelah kirinya lalu menyentil pelipis putrinya itu dengan tangan kirinya. Nikmat mana lagi yang akan didustakan kalau apa yang sudah mereka harapkan akan segera terwujud?
Hanya tinggal menunggu waktu. Mereka harus mengurus ulang syarat-syarat untuk menikah seperti diawal. Mereka sudah mengkonsultasikan hak tersebut pada ustad Maulana yang dulu juga telah menikahkan mereka.
"Dalam kasus seperti kalian berdua, kalian masih bisa rujuk atau wajib kawin atau menikah kembali, dikatakan bahwa kawin kembali ialah kalian berdua memenuhi ketentuan sama seperti perkawinan biasa, yaitu ada akad nikah, saksi, dan lain-lainnya untuk menjadikan kalian suami istri kembali," jelas ustad Maulana membuat Pie dan Lie merasa lega.
"Itu bisa disebut rujuk juga Pak ustad?" tanya Lie ingin tahu. Ustad Maulana tersenyum sebelum menjawab.
"Sesungguhnya itu menikah ulang, tetapi dalam masyarakat kita di Indonesia orang selalu menyebut menikah ulang itu dengan sebutan rujuk juga," jelas ustad Maulana lagi.
"Oh gituuu..." Pie dan Lie menyahut bersamaan.
"Iya, yang disebut rujuk itu kalau perceraian belum melewati masa idah, atau sebelum tiga bulan, kalau sebelum tiga bulan perceraian ingin rujuk tidak harus menikah lagi tetapi suami hanya mengucapkan rujuk disaksikan keluarga atau saksi lainnya!"
Pak Ustad Maulana menjelaskan banyak hal termasuk Dalam konteks hukum Islam pada Kompilasi Hukum Islam (“KHI”) yang berlaku berdasarkan Instruksi Presiden No. 1 Tahun 1991 tentang Penyebarluasan KHI, perceraian karena talak dapat kita lihat pengaturannya dalam Pasal 114 KHI yang berbunyi:
“Putusnya perkawinan yang disebabkan karena perceraian dapat terjadi karena talak atau berdasarkan gugatan perceraian”
Yang dimaksud tentang talak itu sendiri menurut Pasal 117 KHI adalah ikrar suami di hadapan Pengadilan Agama yang menjadi salah satu sebab putusnya perkawinan.
Apabila suami menjatuhkan talak satu atau talak dua, ia dan istri yang ditalaknya itu masih bisa rujuk atau kawin kembali dengan cara-cara tertentu.
"Kalau yang harus menikah dengan orang lain dulu sebelum menikah kembali dengan mantan, itu kenapa ya ustad?" Pie bertanya dengan penasaran.
"Ohh, kalau yang seperti itu begini, berdasarkan Al Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 230, kalau seorang suami telah menjatuhkan talak yang ketiga kepada isterinya, maka perempuan itu tidak halal lagi baginya untuk mengawininya sebelum perempuan itu kawin dengan laki-laki lain. Maksudnya ialah kalau sudah talak tiga, perlu muhallil untuk membolehkan kawin kembali antara pasangan suami isteri pertama. Arti muhallil ialah orang yang menghalalkan. Maksudnya ialah si isteri harus kawin dahulu dengan seorang laki-laki lain dan telah melakukan persetubuhan dengan suaminya itu sebagai suatu hal yang merupakan inti perkawinan. Laki-laki lain itulah yang bernama muhallil. Kalau pasangan suami isteri ini bercerai pula, maka barulah pasangan suami isteri semula dapat kawin kembali," ustad Maulana menjelaskan panjang kali lebar tentang talak tiga.
Talak tiga ini disebut juga dengan talak ba’in kubraa yang pengaturannya dapat kita temui dalam Pasal 120 KHI.
“Talak ba'in kubraa adalah talak yang terjadi untuk ketiga kalinya. Talak jenis ini tidak dapat dirujuk dan tidak dapat dinikahkan kembali kecuali apabila pernikahan itu dilakukan setelah bekas istri menikah dengan orang lain dan kemudian terjadi perceraian ba'da al dukhul dan habis masa iddahnya.”
"Ohh, mungkin teman kamu itu kemarin sudah talak tiga makanya harus menikah dulu dengan yang lain," ujar Lie pada Pie setelah mendengarkan penjelasan ustad Maulana.
"Iya barangkali, aku juga nggak tahu sejarah perceraiannya, Aira kemarin cuma ceritain temannya yang harus menikah lagi dengan yang lain saat mau rujuk," ucap Pie menjelaskan.
"Untuk itulah kalian harus berhati-hati dalam mengeluarkan ucapan, terutama suami, jangan asal mengeluarkan ucapan cerai atau talak, perceraian itu meskipun halal sesungguhnya dibenci Allah..." ujar Ustad Maulana mengingatkan.
"Saya mendukung kalian untuk menghalalkan kembali perkawinan kalian dengan ijab kabul, tetapi jika kalian kembali bersama, mohon untuk perceraian yang telah lalu dijadikan pelajaran pemicunya agar tidak terjadi lagi!" Ustad Maulana memberi pesan diakhir pertemuan mereka.
Ting tong!
Bel mengejutkan Pie dan Lie yang sama-sama teringat saat bertemu dengan ustad Maulana.
"Bukain pintu sweethearth!"
"Bie ngantukkk...."
Bie terlihat sudah glosoran di Sofa dengan kepala yang berada dipaha abinya.
"Bukan nyuruh Bie tapi nyuruh umi," sahut Lie sambil mengusap kepala Bie yang memejamkan matanya kembali. Pie menahan tawa sambil menutupi rasa tersipunya karna panggilan sweethearth Lie untuknya.
Pie berdiri sambil menyisihkan tubuh Qie yang berada dipangkuannya dan meletakkan kepala Qie dipaha Lie yang lain.
"Siapa ya bi?"
"Nggak tahu, buka aja, mi."
Pie menuju pintu dan membukanya tanpa melihat ke bulatan lensa dipintu yang bisa memperlihatkan siapa yang ada didepan pintu.
"Ha...haiii, Pril? Tumben disini?"
Wanita itu tergagap begitu melihat yang membuka pintu adalah Pie. Dia tak menyangka ada mantan istri Lie itu disana. Selama kaki Lie dirawat karna terluka, beberapa kali dia disana tapi tak pernah ada Pie. Menurut mama dan Alia, Pie belum menjenguk Lie dan Lie memang sengaja tidak memberitahu pada Pie. Ley pikir, hubungan Lie dan Pie pasti tak juga membaik.
Tadi begitu ditelpon dan dikirimi pesan Lie tidak membaca apalagi membalas chatt atau telpon balik. Ley kira Lie sedang berbaring didepan televisi seperti biasa dan ponselnya sedang dicharge hingga jauh darinya dan tidak membuka handphone. Jadi ia memutuskan untuk langsung datang saja tanpa bilang pada Lie.
"Emmh...Ley? Enggak tumben kok, aku udah beberapa hari disini, silahkan!" bohong Pie sambil memberi jalan pada Ley untuk masuk kedalam. Pie tak mengerti, kenapa Ley ini harus selalu datang ke apartemen Lie?
"Nginap?" Ley bertanya penuh selidik saat mendaratkan pantatnya di Sofa khusus tamu.
"Kemarin sih nggak, bolak balik aja, tapi hari ini kayaknya nginap!" ucap Pie asal saja.
Ley tersenyum.
"Iya, kan masih ada kamar Bie ya, bisa tidur sama Bie...kalau aku tidur disini glosoran sama yang lain depan tv..." Ley tertawa.
Mentertawakan apa dia? Mentertawakan kalau dia sengaja bilang pernah nginap diapartemen atau miris karna cuma glosoran didepan tv? Pie seketika murka.
"Aku tidur dikamar Ali, nggak tau apa anak-anak mau seperti dirumah kak Alia tidur berempat...." sahut Pie dan merasa menang karna wajah Ley saat ini terlihat serba salah.
"Bentar ya, manggilin Ali," ucap Pie ingin melangkah meninggalkan Ley yang seketika bungkam.
"Sweethearth, siapa yang datang?"
Suara Lie terdengar meskipun tak terlalu keras. Dan dapat dipastikan Ley pun mendengar panggilan Lie pada Pie.
Pie tersenyum pada Ley dan benar-benar melangkah mendekati Lie dan menjawab pertanyaannya, "Ada Ley, sayang!"
Dan Pie sudah tak mau tahu lagi ada urusan apa Ley datang. Yang pasti seharusnya ucapan-ucapan yang Pie keluarkan dan teriakan Lie bisa memukul mundur wanita itu. Pie tidak suka Ley selalu datang pada Lie jika ada problem terutama problem rumah tangga. Cari dong tempat curhat yang layak jangan suami orang. Meskipun sekarang Pie menyadari Lie belum resmi jadi suaminya lagi.
"Kenapa nggak bilang saja aku sedang istirahat?" tanya Lie seperti malas diganggu.
"Kali aja penting, makanya berani datengin suami orang!" sahut Pie sedikit ketus.
Haihh. Kenapa mulutnya tak bisa ditahan-tahan kalau sudah panas hati? Pie tak peduli. Yang penting marah. Padahal Lie masih belum jadi suaminya lagi.
"Udah ih, gitu aja marah..." Lie mengingatkan Pie sambil tertawa tanpa suara.
"Mending marah-marah jelas daripada nendang beling nggak jelas..."
Lie malah tertawa mendengar sindiran Pie. Pie meraih tubuh Qie yang tergeletak di Sofa dengan kepala yang masih menopang dipaha Lie. Lie mencium pelipis Pie ketika kepalanya persis didepan wajahnya. Pie pura-pura mendelik diiringi tawa Lie lagi sambil mencubit pipinya.
"Bie, Qie, tidur dikamar yaa...umi temani...yukkk..."
Pie mencoba menggendong Qie meskipun cukup berat. Kaki Lie masih sakit tak mungkin menggendong Bie. Akhirnya Bie melangkah kekamar dengan sempoyongan mengiringi langkah Pie. Kalau anak-anak tahu siapa yang datang, mereka pasti takkan tinggal diam sama seperti Pie. Wanita pengganggu suami orang dijaman sekarang ini kebanyakan suka melunjak kalau tidak to the poin dibungkam. Kalau menjadi wanita yang sabar menghadapi pelakor, mereka justru akan menginjak-injak tanpa merasa bersalah. Setidaknya itu menurut pendapat Pie.
Pie menyelimuti Bie dan Qie setengah pinggang lalu duduk ditepi tempat tidur. Tak mungkin bisa ikut tidur siang kalau pikirannya berada diruang tamu. Dimana ada wanita lain sedang bersama abi anak-anaknya. Ia sudah berupaya untuk membuat hatinya tenang mengingat mereka sudah memiliki komitmen baru.
"Tenang Prilly, Ali tetap milikmu!" gumam Pie pada dirinya sendiri.
Memang sebenarnya sangat biasa ada oranglain yang merecoki rumah tangga. Dari situlah harusnya sama-sama saling menjaga. Mereka sudah berjanji akan saling menjaga dalam pernikahan mereka yang untuk kedua kalinya nanti.
Pie melirik jam dinding, sudah lebih dari dua puluh menit. Apakah wanita itu masih ada? Pie bergerak ingin beranjak dari tepi tempat tidur. Lalu pelan berjalan keluar kamar.
"Dia mengirim mata-mata untuk membuntuti kemana aku pergi, dan dia akhirnya tahu kamu yang sering jalan sama aku, mata-matanya mengirimkan video kita padanya dan dia mengancam akan mengirimkannya pada istrimu, aku bilang saja kamu sudah bercerai dan video itu tak berarti jika dikirim pada Prilly!"
Tak terdengar suara Lie. Hanya suara Ley. Apa maksudnya bercerita seperti itu pada Lie? Video apa memangnya?
"Li, terus terang saja dia benar..." terdengar lagi suara Ley.
"Benar gimana?" Akhirnya terdengar suara Lie.
"Alasan aku menggugat cerai dia sebenarnya memang karna kamu, Li!"
Pie melihat Lie menatap Ley tak berkedip.
"Aku merasa aku nyaman denganmu dan aku merasa kamupun begitu, iya kan, Li?"
Entahlah, rasanya sesak didada. Pie hampir saja membalik badan menyeret kakinya berlalu dari tempatnya berdiri sekarang.
"Sayang, anak-anak sudah tidur? Sini...."
»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»
Banjarmasin, 25 April 2017
Sudah tidak ada pertanyaan lagi kan ya mengenai apakah dalam posisi bercerai bisa rujuk tanpa menikah dulu dengan oranglain?
Dari awal menulis ini saya sudah pelajari, jadi sebenarnya part penjelasan tentang hal itu pasti ada seiring dengan alurnya. Tapi ternyata dipart part sebelumnya sudah banyak yang bertanya bahkan ada yang baper duluan. Hehe
Saya berharap kita semua bisa membudayakan membaca dengan mengikuti alur dan prosesnya, jangan sampai karna ini adalah fanfict jadinya cuma fokus sama tokoh dan tidak fokus sama isi ceritanya. Tapi saya senang disini sudah banyak pembaca cerdas.
Terima Kasih semua. Love you, all...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top