Bab 12
Bab 13
Tikungan
Aline menunggu hingga mobil Raffi berlalu sebelum memutar badan memasuki lobby apartemen ketika jam di tangan menunjukkan angka sebelas malam. Badannya terasa lelah karena ia memulai hari semenjak langit masih gelap, hingga saat ini, ketika malam semakin pekat. Ia sudah terbiasa dengan jam kerja yang tidak beraturan, terkadang santai hingga ia bisa menikmati pergi ke salon atau sekedar jalan-jalan memutari mall, tapi tak jarang juga Aline tidak memiliki waktu untuk sekedar tidur nyenyak karena pekerjaan.
Malam ini langkahnya semakin ringan meski ia bisa merasakan punggungnya yang terasa kaku. pundak yang terasa lelah dan mata berat siap untuk terpejam begitu menyentuh bantal. Namun, pikirannya penuh dengan pria yang beberapa saat lalu meninggalkannya dengan senyum terkembang.
“Enggak, Line. Ini bukan lamaran, karena aku tahu kita belum sepenuhnya saling mengenal. Jika saat itu tiba, aku ingin mendengar kata iya karena kamu yakin aku adalah pria yang tepat untuk menjadi teman di sisa usia. Bukan hanya sekedar dorongan emosi belaka. Okey?”
Aline melihat pantulan dirinya di dinding lift sambil membayangkan kalimat Raffi. Bukan sebuah ajakan, tapi pria itu memastikan Aline mengetahui niatannya. Ia tahu bahwa saat ini bukan berhadapan dengan pria yang hanya mencari kesenangan sesaat atau sekedar kekasih untuk menghabiskan waktu. Namun, ia berhadapan dengan pria yang siap untuk menghabiskan waktu selama sisa usia mereka berdua, dan itu sedikit menakutkan baginya. Bukan karena ia tidak bahagia menemukan seorang pria yang akan mencintainya, tapi karena ia takut semua ini terlalu bagus untuk menjadi kenyataan.
Ia tidak pernah bisa menikmati membaca novel yang terkadang jalan ceritanya terlalu indah, to good to be true. Karena dalam kehidupan nyata, semua hal tidak selalu berakhir dengan pelangi dan senyuman. Bahkan terkadang dengan sebuah pengkhianatan seperti apa yang dialaminya beberapa kali. Dalam novel, sang tokoh tidak akan pernah mengalami di tikung hingga berkali-kali. Di dalam novel, sang tokoh hanya akan merasakan bahagia dengan sedikit riak, tapi akan tetap berakhir dalam pelukan sang kekasih.
Ia masih bisa mengingat pertama kali ia di tikung dalam kehidupannya. Lana, sahabatnya sejak kelas satu SMA. Keduanya sepakat untuk berusaha bersama, belajar bersama demi memasuki sekolah kedokteran yang mereka berdua inginkan. Hampir setiap hari keduanya menghabiskan waktu untuk belajar dan belajar, hingga tidak ada waktu untuk sekedar menikmati hari. Meski ketika memasuki kelas tiga, keduanya memiliki pacar.
Aline masih bisa mengingat ketika Lana dengan senyum bahagia menceritakan bahwa ia di terima di sekolah kedokteran impian mereka berdua. Setelah keduanya gagal mengikuti tes dan sepakat untuk tidak mengikuti ujian lewat jalur mandiri. Ia mencari setitik segan di wajah gadis yang selama ini mendengar semua keluh kesahnya, tapi raut bahagia yang terpampang jelas di wajah Lana membuatnya tersadar bahwa ia ditinggal sendiri.
Ia membuang napas kasar menghalau ingatan beberapa puluh tahun yang menyadarkannya bahwa hidup tidak seindah yang ada di dalam novel. Karena semenjak kejadian itu, ia memutuskan untuk mengambil langkah yang berbeda dengan semua orang. hingga saat ini, ia tidak menyesali keputusannya meski acap kali ia merasa sorot kecewa yang muncul di wajah kedua orang tuanya.
Karena pengalamannya bersama Lana, Aline berubah menjadi lebih kuat dan mandiri. Ia tidak ingin menggantungkan semua usahanya pada seseorang, hingga ia bertemu Chita yang memberinya semangat untuk memulai seuatu bukan karena tuntutan siapapun kecuali untuk dirinya sendiri. Bersama perempuan yang selalu membuatnya tertantang tersebut, Aline merasa menemukan jalannya.
Bekerja bersama Chita membuatnya bisa lebih mengenal diri sendiri. Mencintai diri sendiri. Berusaha melakukan yang terbaik bukan untuk orang lain, melainkan untuk diri sendiri. Seperti ketika ia memutuskan untuk mendekati Radit. Aline merasa menemukan seseorang yang cukup kuat untuk berdiri bersama menghadapi kedua orang tua dan keluarganya. Ia merasa Radit adalah sosok pria yang selama ini ia cari, hingga membuatnya memutuskan untuk mengatakan perasaannya terlebih dahulu pada pria tersebut.
Namun, sekali lagi ia merasakan hal yang sama, rasa sakit karena ditikung. Kali ini perasaan marah membuatnya sedikit menggila. Karena Aline merasa dikhianati, diremehkan dan tidak dihargai. Meski di dalam hati, ia tahu Radit tidak sepenuhnya mencintainya. Bahkan Aline merasa pria itu hanya merasa berkewajiban untuk bersikap layaknya seorang kekasih, bukan karena ia merasa sayang padanya.
Ia bukan orang suci. Ia tahu selama ini bukan seorang kekasih yang baik, Aline bahkan pernah berselingkuh di belakang Radit. Untuk memperparah semuanya, ia pun mencoba mendekati pria yang pernah tidur bersamanya ketika masih berstatus kekasih Radit. Ia tidak bangga akan hal itu, tapi perasaan tidak dihargai yang di rasakan semenjak kemunculan perempuan bernama Raras membuatnya tidak mempedulikan semuanya. Karena yang diinginkannya hanya mencari kebahagiaan dirinya sendiri.
Namun Tuhan sepertinya masih belum mengizinkannya untuk merasakan bahagia. Karena malam itu ia kembali merasakan ditikung untuk kesekian kalinya. Ia melihat pria yang pernah mengatakan padanya bahwa “Pernikahan bukan untukku, Line. Kamu salah sasaran jika ingin mengajakku mencoba untuk menjalani semuanya dengan lebih serius. Maaf, aku enggak bisa menerima permintaanmu tersebut!” sebaris kata yang membuatnya tertampar. Untuk kedua kalinya ia merasa berputar di sekitar pria-pria brengsek yang hanya memanfaatkannya untuk kebaikan mereka. Meski sikap Seno selama ia berusaha mendekatinya selalu sopan, bahkan pria itu tidak berusaha untuk melebihi batas.
Malam itu, ketika mendengar Seno memperkenalkan istrinya, ia merasa kalah dan tidak terima. Namun, ketika mengetahui hubungan antara istri Seno dan Raras—istri Radit—hatinya terbakar amarah hingga membutuhkan waktu sebelum bisa kembali pada mode bekerja.
Ia tak pernah membayangkan akan merasakan kekalahan yang bertubi-tubi. Seperti pepatah yang sudah jatuh tertimpa tangga, kesialan beruntun menerpanya ketika berurusan dengan hati. Ia hampir membuat sumpah di dalam hati ketika memandang foto surabaya tempo dulu di gallery wall untuk tidak berurusan dengan hati ketika terdengar suara lembut memasuki ruang dengarnya. Aline tidak pernah merasakan apa yang ada di hatinya ketika mendengar sapaan itu.
Aline tak pernah percaya cinta pada pandangan pertama, hingga ia melihat sorot mata teduh Raffi yang tertuju padanya. Ia tak pernah merasa layak untuk dicintai, hingga perhatian yang Raffi tunjukkan, membuatnya kembali berharap. Ia juga tak pernah merasa siap dan berani untuk memperkenalkan seseorang pada keluarganya, hingga ia memandang kesungguhan yang ada di mata pria yang terlihat tulus kepadanya. Ia juga tak pernah merasa takut kehilangan hingga genggaman tangan Raffi membuatnya merasa aman, dan ia tak mau itu semua berlalu.
Malam ini ia memandang kegelapan langit Surabaya ketika terdengar denting pesan dari ponsel di atas meja pantry.
My Cudlle Monster
Cuma mau kabari kalau aku sudah sampai di rumah
Aline terharu membaca sebaris pesan yang tak pernah ia dapatkan dari seseorang yang terasa dekat di hatinya. Ia tak pernah merasa sebahagia saat ini, dan jarinya dengan cepat mengetikkan balasan pada pria yang membuatnya tak berhenti tersenyum.
Mas tahu, ini pertama kalinya aku mendapat chat seperti ini. Makasih, Mas
Cuddle monster
Kasih tahu kalau enggak bisa tidur, ya!
Dengan senang hati aku temani kamu begadang.
Air mata meleleh membasahi pipinya malam ini. Dalam sekejap, ia bisa melihat semua kejadian yang membuatnya merasa marah. Namun, dalam sejekap Raffi datang dan membuat semua amarah yang dirasakannya menghilang. Pria berbadan besar itu datang dengan kekuatan penuh, membuatnya merasakan kebahagiaan yang tak pernah Aline bayangkan akan ia dapatkan.
Mas, jangan lamar aku dulu ya
Cuddle monster
Hah?!
Baby step, Mas. Aku ingin bisa menikmati semuanya terlebih dahulu. Aku enggak mau semua berlalu terlalu cepat. Aku ingin menikmati masa “pacaran” sama kamu. Boleh?
C
uddle monster
Okey, aku ngerti.
Kita jalan dulu sebelum berkari
Makan malam besok, kalau Mas ada waktu.
Cuddle monster
okey. Nite nite, Aline
Hepi riding
😘😘😘
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top