Tika dan Sangi

Pada jaman dahulu, hiduplah seekor tikus manis yang imut nan baik hati. Ia rajin mencari makan dan senang membantu sesama.

Pada suatu hari, ia pergi keluar untuk mencari ma---

STOP!!

NAPA MALAH MIRIP KAYAK CERITA "PADE JAMAN DAHULU~" ?!

GANTI STYLE! TITIK!

#shiyapmbakauthor!

"Duh... Aku terlambat!" pekik seorang gadis bersurai abu.

Ia berlari menyusuri koridor sekolahnya yang nggak ada megah megahnya sama sekali. Malahan, sekolah itu lebih mirip sama hutan Rimba dibanding sekolah biasanya.

Ya wajar aja, sih! Lah wong nama sekolahnya aja SMA Rimba. SMA terliar di dunia Fabel Wattpad. Saking liarnya sampai sampai muridnya kagak takut lagi sama penunggu pohon yang kadang cekikikan waktu kegiatan belajar mengajar berlangsung.

Yang ada malah mereka temenan dengan akrab, harmonis, nan damai. Nggak kayak anak anak sekolah laen. Sekalinya denger yang cekikikan satu pohon ditebas langsung.

Sungguh ironis...

Padahal kan satu pohon itu bisa menghidupi banyak jenis jenis mahluk di dunia. Mulai dari yang kasat mata sampe yang nyikat mata.

Kan kasian. mbak kunti ntar pindahnya kemana?

Kalian sungguh tidak berperikehantuan! Masa gara gara mbak kunti nonton celana spongebob robek Aja langsung main tebang? Sakit ath kokoro mbak kunti digituin, mah.

Eh?! malah kemana mana! Oke, balik lagi sama si tikus.

Gadis tikus itu terus berlari dari kenyataan, eh, dari lorong ke lorong dengan kecepatan yang hampir setara dengan kecepatan Koro Sensei.

Ia berharap bisa masuk ke kelas dengan tepat waktu mengingat hari ini sang guru merupakan raksasa galak yang sebenernya nggak pinter pinter amat. Pak Gergasi namanya.

Sayangnya, karena berlari terlalu kencang, ia tak sempat melihat bahwasannya ada mahluk lain yang berlari tepat kearahnya dengan kecepatan yang sama.

Ketika jarak mereka sudah hampir sangat dekat, mahluk lain itu menyadari bahwasannya mereka akan bertabrakan. Namun, karena semuanya telah terlambat. Tanpa babibu, mahluk itu menyeruduk sang Tikus dengan ganasnya.

Akhirnya, dengan gerakan slow motion, sang gadis tikus imut tersebut terjungkal kebelakang. Buku, kertas, dan gorengan sisa semalam yang tengah ia  pegang berhamburan bak hujan uang yang tertumpah dari langit dalam mimpi seorang MissQueen. Dari mulutnya, mengalir sebuah kata yang Mainstreamnya sampai sampai bosen dengernya.

" Tidaaaakkk..."

Jdug!!

Daaaan sodara sodara!! Akhirnya sang tikus pun terjatuh dengan indahnya!!! Berikan tepuk tangan yang meriahh!!!

//plak//

"anjir! Sakit banget dah! Kalau jalan liat liat, napa?!" pekik si tikus sambil mengusap Pantatnya.

Tadinya ia mau lanjut mendumel kalau saja ia tak melihat siapa yang menabraknya.

Itu Sange! //plak!!// ma- maksudnya, Sangi! Cowok ter badass dan ter- Hot di SMA Rimba. Dan sekarang dia, yang notabene anak cupu, secara blak blakan membentak cowo yang keceh badai itu. Tiba tiba ia merasa bahwa geledek menyambar kakinya sehingga membuat kakinya itu bergetar hebat.

Gimana nggak gemeter, coba?! Lihat penampilan Sangi yang biasa aja udh bisa bikin cewek klepek klepek kejang. Apalagi sekarang si Sangi kayaknya baru aja keramas. Rambut pirangnya meneteskan air yang membasahi kemejanya sehingga tubuhnya yang 'sempurna' ter pandang begitu mudahnya.

Ditambah, Sangi adalah sang Ketos SMA Rimba yang sangat ditakuti. Kenapa? Itu semua karena Sangi pernah berkelahi dengan Harim, sang Preman sekolah yang garangnya sampai sampai guru aja takut sama dia, hanya dengan satu kali pukulan. Malahan, sampai sekarang Preman sekolah yang teramat di takuti itu tengah berbaring di rumah sakit setelah ditemukan tepar di atas genteng warung kopinya mpok Darmi akibat hantaman bogem Sangi yang membuatnya mental.

Karena itulah, meskipun gayanya begitu Absurd, para mahluk Cowok di SMA Rimba kagak ada yang berani melawan sang pangeran sengklek itu. Entah dosa apa yang telah Tika perbuat sampai sampai tuhan dengan teganya membuatnya bermasalah dengan ketos kece ini.

"e-eh, sorry!" seketika Tika merasakan kalau wajahnya begitu panas. Entah karena rasa takut yang menggunung atau karena rasa malu yang luarbiasa karena melihat sang pangeran yang radiasinya sedang panas panasnya.

"tjih, beraninya tikus sekolah seperti kau ini menabrak pangeran tampan sepertiku!" pekik Sangi dengan pedenya.

"a-aku minta maaf!" sekali lagi Tika meminta maaf sambil sujud sujud di bawah kaki Sangi.

Tiba tiba Tika merasakan bahwa rambutnya dijambak sehingga membuatnya secara terpaksa menengadahkan wajahnya ke arah Sangi.

"Diri ini akan merasa sangat bahagia apabila bisa membuat engkau merasakan neraka!" ucap Sangi dengan tatapan mengintimidasi.

"ma-maafkan aku.... Kumohon, lepaskan aku!!" Tika takut sekali.

Sangi tetap terlihat sangar. Namun tiba tiba, wajahnya terlihat jenuh dan akhirnya melepas Tika.

"hah! Baiklah! Lagipula, engkau terlihat bagaikan alang alang tertiup angin. Begitu lemah! Tak sudi diri ini membuang waktu berharga yang serupa emas itu hanya untuk mengurusi satu hama padi." Sangi kemudian bangkit dan meninggalkan Tika yang menatapnya bingung.

"te- terimakasih!!! A-aku akan membalas perbuatanmu!!" pekik Tika yang merasa bersyukur karena dilepaskan oleh Sangi. Dia pikir dia akan mendapatkan suatu hukuman atau apalah itu yang bisa diberikan oleh seorang ketos padanya sebagai suatu hukuman.

Sangi hanya memutar matanya.
"pecundang sekolah sepertimu mana berguna untukku." ucapnya sambil lalu.

Tika segera membereskan barang barangnya yang berserakan. Tanpa sengaja, ia menemukan sebuah kunci kecil.

"Kunci? Kunci apa ini? Punya siapa?"

Belum Tika menemukan jawabannya, bel sekolah yang nggak ada indah indahnya itu berdering dengan nyaringnya.

"shit, aku pasti terlambaat!!" Tika pun memasukkan kunci itu di saku roknya  dan berlari menuju kelasnya.

Ia pun berakhir di hukum oleh Pak Gergasi karena terlambat dan lupa mengerjakan PR rimba. Selain ia juga dihukum untuk perbuatannya menyontek ketika ulangan berlangsung memakai smartphonenya sehingga membuatnya di panggil ke ruang BK

Halah, nasib..
........................................................................

"dosa apa gue sampe dihukum sekeras ini?" ucap Tika hampir menangis meratapi tangannya yang dari tadi tersiksa.

Gimana nggak? Pak Gergasi memerintahkan mahluk mungil itu untuk membersihkan wc sekolah. Selain itu, Bu jejadi juga dengan anggunnya menambahkan hukumannya dengan membersihkan seluruh selokan sekolah dan gorong gorongnya.

"tubuh kau ini kan kecil, pasti cukuplah masuk ke gorong gorong sono itu yang udah kotor." ucap beliau ketika Tika memprotes.

"muat Ndasmu! gorong gorong itu bau, Ban*sad. Hilih, gua teke ni guru lama lama" gerutu Tika dengan kesalnya.

Sekarang Tika sedang menuju ruang kebersihan untuk menaruh sikat, ember, mpelan, sabun, dan segala tetek bengek alat kebersihan yang bentuknya udh nggak kelihatan lagi karena habis dipakai secara kerad.

"rusak rusak dah ni alat. Biarin, bodo amat, punya sekolah ini." ujar Tika sambil mencuci tangannya yang sudah keriput nan bau.

Setelah mengambil tasnya, Tika pun menyusuri koridor sekolah yang sudah gelap itu untuk pulang.

"ih, udah malem ternyata. Sialan, bukannya ngabuburit nyari baju buat lebaran gue malah terjebak di gorong gorong!" gerutu Tika.

"toloong~ siapapun!"

Tepat ketika melewati ruangan OSIS, Tika mendengar suara yang meminta tolong. Bukannya takut, Tika malah memutar bola matanya.

"mau apa lagi, sih?! Udah gue bilangin jangan naek pohon kalo nggak bisa turun!" ujarnya sambil menghadap pada salah satu pohon mangga deket situ.

"saya nggak minta tolong, tuh!" jawab satu mahluk yang tengah duduk diatas pohon dengan rambut yang terjuntai dengan indahnya, Mbak Kunti.

"lah, kalo bukan lo, siapa dong?" Tika mulai merinding.

"au!" Mbak kunti pun menghilang.

"Tolong~"

...
...
...
...
...

"EH, BUJUBUSET, SAPE LO?!" pekik Tika setelah menyadari kalau itu bukan suara Mbak kunti maupun mahluk lainnya.

"eh, ada orang disana?" tanya suara itu.

"iya, Siapa lo?!" jawab Tika ngegas karena takut.

"nyante napa, Mbak.. Tolongin diri ini... Pliss"

"tunggu, Sangi?"

"Iye"

"lu dimana?" Tika menatap sekitar, mencari keberadaan cowok itu.

"Daku tengah berada di ruang Osis." jawab Sangi.

Tika pun menghampiri ruang Osis yang tidak terpencil itu. Ia pun melongok ke jendela itu dan menemukan wajah sangi yang keliatan lega.

"e-eh, kenapa lu ada disini?" tanya Tika.

Sangi mendesah, kemudian menatap Tika sayu. Tika sendiri malah jijik liatnya.

"begini, tadi siang diri ini di perintah oleh yang agung pak kepala sekolah untuk mengecek sebuah data dan mengirimnya dengan email." sangi menunjuk pada komputer di ujung dalam ruangan.

"karena semalam diri ini bergadang untuk main ep ep, diri ini merasakan kantuk yang begitu beratnya. Sehingga diri ini memutuskan untuk tidur sejenak."

"tapi ternyata, sejenak malah berubah jadi berjam jam. Waktu berlalu begitu cepatnya sehingga diri ini terbangun pada saat sang surya hampir tenggelam. Diri ini menemukan bahwasannya pintu yang cantik ini sudah terkunci sehingga diri ini harus terkengkang dalam ruangan sempit nan bau hapek ini."

"....."

"WOY, DENGERIN GUA NAPA?!" ternyata, karena bosan mendengar cerita Sangi, tanpa sengaja Tika malah tertidur.

"eh, iya, a-apa?"

"ck, udahlah! Cepetan keluarin gue!!" ucap Sangi terlihat nggak sabar.

"oke!"

Tika kemudian menatap pintu yang besarnya melebihi besar tubuhnya sendiri. Ia kemudian mengurungkan keputusannya untuk mendobrak pintu yang berdiri megah itu.

'yang ada remuk tubuh gue' batin Tika sweatdrop.

Ia lalu melihat jendelanya. Nihil! Jendelanya di lengkapi dengan teralis besi yang cukup tebal dan berbentuk rumit. Sangking rumitnya, Tika hampir aja pingsan liatnya.

"bisa beri gue waktu, gue bingung."

"ah! Sudah diri ini duga, kau tak mungkin berguna!" ujar Sangi dengan nada putus asa yang berlebihan.

'cih, akan gue buktiin kalau gue juga bisa berguna!' batin Tika merasa muak disebut tidak berguna.

Ia terus memutar otak. Kemudian ia mendapat suatu ide brilian. Ia ingat kalau ia membawa kikir!

"eh, lu bisa lompatin jendela ini, kan?"

"eh?"

"rencananya gue mau kikir ini jendela biar lu bisa keluar!"

"kikir?"

Tanpa menjawab Sangi, Tika langsung saja memecahkan jendela itu. Ia pun dengan segera menggosokkan kikir gunting kukunya pada teralis besi jendela.

"woy woy woy! Apa yang kau lakukan?! Kau merusak properti sekolah, hey!"

"Diem! Lu mau bebas kagak?!"

"i-iya" melihat Tika yang keliatan nafsu banget, Sangi jadi menciut.

'ni cewek pasti lagi PMS. Duh, bahaya..'

Akhirnya, setelah dengan gigih Tika menggosok teralis besi itu dengan kikir, teralis itu terpotong jua.

Tika bersorak senang karena kerja kerasnya terbayar sudah.

"Sangi, woy! Bangun, oy! Lu udah bisa keluar!"

"e-eh?!" Sangi langsung gelagapan waktu Tika secara sengaja melemparkan sepatunya yang baunya minta ampun. (jangan lupa Tika baru saja selesai membersihkan got.)

"Buset, dah! Ini sepatu atau terasi?! Bau amat kayak nggak dicuci selama berabad abad!" Sangi memekik kesal ketika polusi udara mencapai penciumannya.

"hilih! Udahlah! Lu mau keluar kagak?!"

"iya iya, sebentar!"

Sangi pun keluar dari jendela. Ia menggerutu karena Tika merusak teralis itu, namun ia juga kagum akan keterampilan Tika. Ujung teralis yang terpotong itu bertekstur sangat lembut. Sangi bahkan sampai kecanduan untuk mengusapnya.

"oke, lu udah bebas sekarang." ujar Tika sambil memperhatikan Sangi yang melompat turun dari jendela.

"jadi, gue pulang duluan, bye!"

"tunggu!" Sangi langsung mencekal lengan Tika.

"apa lagi?"

"uh... Makasih, ya." ucap Sangi dengan suara pelan.

"dan maaf atas kejadian tadi pagi."

Tika tersenyum, "nggak apa apa, kok!"

"maaf telah menyebut mu pengecut dan lemah, habisnya..."

"iya, iya, gue emang kecil, jadi mungkin biasa buat cowok semacam lo ngira kalau gue lemah."

"ahh... Iya, jadi kau ini ngaku kalau kau adalah pengecut."

"kayaknya lo pengen nyobain sepatu gue lagi." Wajah Tika terlihat menakutkan.

"e-eh, sorry!"

"hhh... Yaudah, plis jangan bikin gara gara lagi. Gue capek banget hari ini."

Tika pun berjalan pulang meninggalkan Sangi yang menatap punggungnya. Belum jauh Tika berjalan keluar dari gerbang, Sangi menarik tangan Tika lagi.

"apalagi?!" pekik Tika kesal karen ditarik tarik mulu.

"dengar, kau tahu kan betapa rumit dan berbahayanya hidup ku?" tanya Sangi.

Tika mengernyit, masa bodo sebenarnya.

"terkadang diri ini terancam bahaya, seperti tadi. So, jadi diri ini harus mempunyai seorang bawa- maksudku partner dalam kehidupannya untuk selalu mendampinginya dan membantunya dalam segala situasi."

"jadi?" tanya Tika nggak sabar.

"maukah kau menjadi temanku?"

Plak!

"buang buang waktu, Ban***t" dengan Geram Tika berbalik.

Namun, belum berapa langkah Tika ambil. Ia langsung menghentikan langkahnya. Memikirkan tawaran Sangi.

"baiklah, kita berteman." jawab Tika dengan suara pelan.

"Ohh?!"

"kupikir kita bisa membuat hubungan yang saling menguntungkan, kurasa." Tika berbalik dan menatap Sangi.

"ehehe, sudah kuduga kau takkan menolak tawaran dari pangeran sepertiku."

"yaudah, nggak jadi" Tika berbalik dengan sebal dan berjalan menjauhi Sangi.

"e-eh, maaf!! Iya deh iya! Aku minta maaf lagi! Kita tetap teman, kan?!" Sangi mengejar ngejar Tika yang jalannyacepat.

"Asal lo janji nggak akan ngerendahin gue lagi!" ucap Tika memberi syarat.

"iya, iya. Diri ini berjanji takkan pernah merendahkanmu lagi."

"bagus! Sekarang kita bisa dikatakan berteman!"

"iya!"

Akhirnya, dengan dieelimuti cahaya mentari sore, kedua mahluk itu berjalan menuju habitatnya masng masing dengan hati yang bahagia karena mendapatkan hal hal yang setimpal.

Tamat!

"eh?"

"ada apa?"

"ini, gue nemu kunci di saku gue."

"ehh, mana? Coba lihat!"

"nih!"

"i-ini, kann..."

"eh, apaan? Ada apa dengan kunci itu?"

"INI KAN KUNCI RUANG OSIS!"

"eh?"

"EEEEHHHH?!!! JADI TADI SEBENERNYA GUE BISA AJA BUKA PINTUNYA TANPA HARUS NGIKIR JENDELA?!"

TAMAT...

______________________________________

Hei ya! Makasih udh mau baca gubahan gajenya kucing ijo!!

Cerita ini adalah untuk memenuhi event Kyonari yang diadakan oleh sebuah grup spesial : KyokaM_Kyonari !!!!

Cek juga cerita dongeng gubahan buatan author hebat yang lain!:

Cindonerella  by FalisaNaila
Malin Udang  by SKY261518
Celia and Celvin  by Celia_Azure
Bawang bawangan  by Galaxy_Trip

Maaf tertag ehe,

Saya adalah kucing jail...

Okelah kalau begitu!

Akhir kata,

Myaaaaaaaaa....

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top