Putri dan Pangeran yang Hilang

Kelas sihir pertamanya itu hanya membicarakan tentang teori dasar tanpa praktik. Hal semacam ini membuat Annora menguap berkali-kali, sembari berusaha mencerna istilah-istilah asing yang belum pernah ia dengarkan sebelumnya. Kemudian dilanjutkan dengan perkenalan benda-benda perantara sihir lainnya selain tongkat sihir.

Omong-omong, kelas sihir di akademi tersebut dibagi sebanyak lima kelas dengan total siswa per kelasnya sebanyak dua puluh anak. Beruntung, Annora dan Gwen berada di kelas yang sama. 

Namun gadis itu begitu pendiam. Juga tampak sangat serius mencatat materi-materi yang telah disampaikan, sementara itu Henry--kebetulan juga berada di kelas yang sama dengannya--bolak-balik mengajukan pertanyaan agar Mr. David, guru teori sihir dasar mereka agar beliau dapat memberikan penjelasan yang lebih mendetil tentang elemen-elemen sihir.

Annora mulai merasa tidak aman. Bukan apa-apa, tapi energi di kelas itu sangat bertolak belakang dengan dirinya. Ia menoleh ke sana kemari dan tidak menemukan satupun siswa lain yang merasa bosan atau mengantuk seperti apa yang ia alami. 

Ya Tuhan...

Sepertinya sehabis ini ia harus pergi ke perpustakaan demi mengejar ketertinggalannya saat ini.

"Empat elemen sihir dasar, bisa kalian kombinasikan satu sama lain untuk membentuk elemen sihir yang baru. Dengan syarat, kalian mampu menguasai setidaknya dua dari empat elemen dasar tersebut. Misalnya elemen udara dan air, apabila kalian kombinasikan akan menciptakan elemen baru yaitu es. Begitu dengan elemen yang lainnya. Seperti empat warna dasar yang dapat membentuk ragam warna lain, cara kerja elemen sihir juga seperti itu..."

Annora sudah tidak tahan. Pada akhirnya ia mengangkat tangannya hingga perhatian seisi kelas tertuju padanya.

"Permisi Mister. Bolehkah saya pergi ke toilet?"

.

.

.

Sore harinya, mereka bertiga menghabiskan waktu di dalam perpustakaan. Setelah mendengar gosip yang mengatakan bahwa tuan Putri dan Pangeran di dimensi sihir tersebut menghilang; Annora, Henry, dan Gwen mencoba untuk mencari tahu beberapa informasi tentang gosip tersebut karena penasaran.

Pertanyaan yang muncul di antara mereka bertiga kurang lebih sama. "Kok bisa?"

Menurut gosip yang beredar, Putri hilang terlebih dahulu jauh lebih lama daripada pangeran. Entah berapa tahun jedanya, mereka kurang mendapatkan informasi mengenai hal itu. Kasus tentang putri kerajaan yang hilang sudah mulai ditutup, karena dianggap sudah tidak ada harapan lagi. 

Namun kasus ini kembali diangkat karena sejak dua tahun lalu, Pangeran kerajaan yang akan mewariskan tahta sang Raja juga menghilang pada tanggal yang sama. Kemudian, cerita tentang kasus hilangnya putri dan pangeran ini menjadi populer di kalangan masyarakat yang di sana, juga di kalangan siswa baru akademi karena para guru akademi yang memberi wejangan pada mereka untuk selalu berhati-hati dalam bertindak dan tidak menyalahi aturan yang sudah ditetapkan oleh akademi.

Misalnya keluar di malam hari tanpa izin dan tujuan yang jelas. Akademi melarang keras hal tersebut karena tidak mau mengambil resiko kehilangan murid pendatang dari dimensi lain dengan kasus yang sama, yaitu menghilang. Entah itu benar-benar menghilang menjadi debu karena sesuatu, atau diculik oleh sekelompok penjahat yang sangat pandai menghilangkan jejak.

"Katanya keluarga kerajaan memiliki bakat sihir yang luar biasa. Itu sebabnya Putri dan Pangeran bisa menyembunyikan identitasnya dengan baik, saat kabur misalnya." Henry membuka pembicaraan di antara mereka bertiga.

"Kalau menurutku, mereka diculik oleh penyihir yang lebih kuat karena bakat mereka yang luar biasa itu," sanggah Annora, kurang setuju dengan teori yang disampaikan Henry sebelumnya.

Bocah laki-laki itu mengendikkan bahunya. "Itu terlalu klasik. Lagipula, mereka setidaknya bisa meloloskan diri dari penjahat dan anggota kerajaan pasti sedang memburon penjahat itu."

Annora dan Henry mulai berdebat, sementara Gwen hanya bisa diam sambil tersenyum samar melihat tingkah keduanya.

"Gwen, kau lebih percaya yang mana?" Annora mengedipkan matanya beberapa kali, berharap kalau Gwen akan berada di pihaknya.

"Euh... jujur aku tidak tahu."

Jawaban Gwen mengecewakan keduanya. "Ah tidak seru. Coba dengarkan baik-baik. Menurutmu lebih masuk akal yang mana, Tuan putri dan pangeran yang diculik oleh penjahat atau mereka yang kabur dari istana?"

Pertanyaan Henry membuat gadis itu terdiam, tak mampu menjawab. Sejujurnya, kalau dilihat dari sudut pandangnya yang juga merupakan seorang putri kerajaan, keinginan dirinya untuk kabur dari istana sungguh besar. Akan tetapi, apa yang dikatakan Annora juga tidak salah.

"Dua duanya memiliki kemungkinan yang sama. Jadi aku tidak bisa memutuskan," putus Gwen pada akhirnya. Gadis itu dengan cepat menyibukkan diri untuk memilih buku yang akan dipinjam demi menghindari pertanyaan-pertanyaan lanjutan dari kedua temannya itu.

Sementara Annora dan Henry, kedua anak itu melanjutkan perdebatan mereka sambil menahan diri untuk tidak berbicara terlalu keras di dalam perpustakaan.

"Mari bertaruh."

Annora menggeleng jengkel. "Aku tidak suka kalau kau mengajakku bertaruh terus-terusan."

Henry mengangkat bahunya, mengabaikan protes yang dilayangkan gadis berambut perak itu. "Itu karena kau tidak yakin dengan apa yang kau ucapkan 'kan? Takut kalah taruhan lagi denganku?"

Baru kali ini Annora merasa frustrasi. "Baiklah. Mari kita pecahkan kasus hilangnya Putri dan Pangeran ini dan buktikan siapa yang benar," ujar Annora dengan pandangan berkilat.

"Baiklah, aku terima tantangannya," balas Henry enteng sambil mengedipkan sebelah matanya narsis.

Annora memutar bola matanya jengah. Ia lantas berjalan menjauh demi mencari sejumlah buku yang harus ia pinjam demi mengejar kelas teori sihirnya sekaligus beberapa buku yang memuat informasi tambahan mengenai dimensi sihir dan seluk beluk sejarah kerajaannya, sebagai petunjuk utama untuk menemukan hal-hal yang terhubung dalam kasus hilangnya putri dan pangeran di dimensi sihir tersebut.

"Totalnya tujuh buku," kata penjaga perpustakaan menyibukkan diri mencoret kartu perpustakaan baru milik gadis itu.

"Waktu pengembaliannya maksimal satu minggu. Tetapi kamu bisa memperpanjang masa peminjamannya hingga dua kali satu minggu, kalau memang belum selesai membacanya," tambahnya sambil membenarkan letak kacamatanya yang melorot.

Annora mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia menerima ketujuh buku yang ia pinjam beserta kartu anggota perpustakaannya seraya menggumamkan kata terima kasih. 

Omong-omong, kedua temannya itu sudah daritadi meninggalkan dirinya yang masih setia mengobrak-abrik rak buku demi mencari buku yang sesuai dengan keinginannya. Hingga tanpa sadar, ia hampir melewatkan waktu makan malamnya.

Astaga! Pukul berapa ini?

Saat sampai di kamarnya, jam sudah menunjukkan pukul tujuh kurang lima menit. Yang mana artinya, ia akan terlambat apabila tidak segera berlari ke ruang makan untuk duduk di kursi makannya bersama anak-anak yang lain.

Pantas saja koridor asrama sangat sepi, begitu pikirnya.

Dengan secepat yang ia bisa, Annora mempercepat ayunan kakinya hingga berhasil sampai di kursi makannya tepat pada pukul tujuh malam.

Gadis itu menghela napas lega, sampai suara kepala akademi sihir mengacaukan segalanya.

"Annora Beatrice Amblecrown, sayang sekali kau harus dihukum karena terlambat dua detik."

Hah?

.

.

.

Tbc

************************************

Published : 18 Juli 2022
Jumlah kata : 1043 kata

A/N :

Double update yeay!

Happy reading~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top