Pesta Ulang Tahun
Annora mematut dirinya di depan cermin. Ia telah selesai dirias, selama kurang lebih tiga jam lamanya. Sedari pagi, ia harus menjalani yang namanya perawatan singkat sebelum dirias secantik mungkin.
Tadinya, gadis itu sudah hendak kabur karena tidak kuasa menahan diri untuk terus diperlakukan layaknya seorang putri kerajaan yang anggun. Namun, saat mamanya menegur dan berjanji untuk mengembalikan semua barangnya yang telah disita, barulah Annora mau menurut.
Sebenarnya, tidak hanya itu. Alasan lainnya adalah karena tema ulang tahunnya kali ini bertemakan negeri dongeng. Properti mendukung seperti kastil, ladang bunga, tanaman menjuntai di bagian atas venue yang berwarna-warni, beserta pernak pernik lainnya mampu membuatnya mati-matian menahan diri untuk duduk manis.
Dan usahanya itu sebanding. Karena ia telah didandani layaknya seorang peri dari negeri dongeng, seperti apa yang ia idam-idamkan selama ini.
Rambut peraknya ditata sedemikian rupa dengan cara dikepang dan dibuat mengelilingi kepalanya yang kecil. Tata rambut yang seperti itu membuatnya seakan sedang mengenakan tiara dari rambutnya sendiri.
Sementara itu, sebagian anak rambutnya dibiarkan menjuntai menutupi sebagian dahinya dengan natural. Beberapa aksesoris bunga juga turut disematkan di antara rambut peraknya, menambah kesan manis untuknya.
Wajahnya juga telah dipoles dengan riasan yang serba mengkilap. Ada beberapa bubuhan glitter di area kelopak mata, juga pipinya. Ia menyentuh bibirnya yang kini tak lagi pucat. Warna merah yang tampak sehat itu, membuatnya nampak benar-benar seperti peri atau putri dari kerajaan dongeng.
Setelah rambut dan riasan wajahnya beres, Annora beralih untuk mengganti pakaiannya dengan sebuah gaun pesta berwarna putih yang telah dipersiapkan dari jauh-jauh hari oleh keluarganya. Tidak terlalu heboh, tapi berkilau ketika ditempa cahaya.
Terakhir, sepatu dengan warna senada yang melingkari betisnya. Sederhana, namun sangat cantik saat dikenakan.
Sempurna!
Sebelum ini, ia memang sudah sering kali dirias, meski hanya sekadar riasan tipis saja. Tetapi yang kali ini berbeda. Gadis itu bahkan terkagum-kagum dengan penampilannya sendiri saat itu dan tanpa sengaja berjanji dalam hati bahwa dalam periode berikutnya, ia akan rela untuk didandani seperti itu walaupun harus memakan waktu berjam-jam.
Annora dengan gembira berputar dan bergaya di depan cermin, membayangkan dirinya sebagai seorang peri tanpa sayap yang bersinar. Senyumnya merekah. Ia begitu puas dengan penampilannya saat ini.
"Annora? Kau ada di dalam?"
Mendengar suara yang familiar memanggil namanya, gadis itu menyahut tanpa mengalihkan pandangannya sama sekali dari cermin.
"Ada kok, masuk saja."
Alana, kakak Annora yang lebih tua dua tahun darinya itu segera masuk ke dalam kamarnya dan menutup pintu. Ia mengenakan gaun simpel berwarna peach dan rambutnya dibiarkan tergerai.
Tanpa disangka-sangka, kakak kandungnya yang seringkali ribut dengannya itu kini membawa sekotak hadiah yang lumayan besar. Lalu, saudarinya itu lanjut menyanyikan lagu selamat ulang tahun kepadanya, meski suaranya tidak begitu merdu saat masuk ke dalam telinganya.
Annora mati-matian menahan tawanya. "Wah niat sekali. Makasih," jawabnya sambil menerima sekotak kado yang dilengkapi sebuah hiasan pita berwarna merah di atasnya. Saat itu, barulah ia sadar kalau ada bingkisan lain yang juga diberikan padanya.
Alana memutar bola matanya. "Yang kecil itu dariku. Tapi jangan salah sangka, isinya tidak akan sejelek yang kau kira. Lalu yang besar itu dari Papa, baru saja sampai tadi pagi."
Annora tidak bisa menahan rasa gembira yang membuncah dalam dirinya saat tahu bahwa papanya yang sedang menjalani tugas di luar kota itu rela mengirimkan hadiah padanya. Ia terharu dan buru-buru membuka kotak tersebut. Di dalam sana, terdapat beberapa tumpukan buku dan sepucuk surat yang ditujukan untuknya.
"Hadiahku juga tak kalah bagus. Jangan lupa digunakan. Aku rela membelikanmu itu karena aku sayang padamu," ucap Alana tiba-tiba. Seakan hendak menbandingkan hadiah yang ia belikan untuk adiknya itu juga tak kalah menarik dari pemberian sang ayah.
"Apa-apaan itu?" sahut Annora sambil berlagak seakan hampir muntah karena ucapan saudarinya yang menggelikan.
Alana yang tersinggung balas mencemooh. Pertengkaran kecil hampir saja terjadi, bahkan keduanya kini sudah siap melempar bantal untuk memukul satu sama lain.
Sampai pada akhirnya sebuah suara menginterupsi keduanya, memergoki mereka yang hampir saja merusak penampilan mereka yang telah ditata sedemikian rupa.
"Ya Tuhan, apa yang kalian lakukan?!"
.
.
.
Pesta ulang tahun yang digelar di sebuah Hall di pusat kota tersebut berjalan dengan lancar dan sangat meriah. Teman satu angkatannya banyak yang datang--hampir semua malah. Apalagi para guru akademi yang sepertinya tidak ada yang absen dari barisan tamu undangan khusus di pesta ulang tahunnya.
Sebenarnya, Annora senang. Tapi saat ini ia sudah mulai tidak tahan, ketika harus berdiri dengan anggun dalam kurun waktu yang lama. Belum lagi dirinya yang menjadi pusat perhatian. Ia disorot oleh berbagai macam kamera, entah itu untuk memotret maupun merekam dirinya sebagai tokoh utama dalam pesta tersebut.
Belum lagi ramainya band orkestra yang sedari tadi membuat telinganya sakit. Juga dirinya yang harus berpose serta tersenyum setiap saat. Astaga, rahangnya pegal sekali. Ini bukan seperti pesta ulang tahun bertema peri dan dongeng yang ia ekspektasikan. Sangat jauh dari apa yang sudah ia bayangkan!
Riasan dan dekorasi pestanya memang sempat membuatnya berbunga-bunga. Tapi kini... semuanya berubah, bahkan ia sendiri tidak tahu susunan acara dari pesta ulang tahunnya. Tapi, Annora tidak sebodoh itu untuk tidak menyadari kalau semua ini adalah ulah mamanya.
Sekarang ia paham, mengapa kemarin saat ia berhasil kabur untuk pergi ke Golden Heaven dan mentraktir teman-temannya itu sama sekali tidak disadari oleh mamanya. Rupanya, wanita itu sedang sibuk merubah semua susunan acara yang sudah ia putuskan.
Gadis itu serasa ingin meledak marah dan berteriak pada ibunya yang telah merubah susunan acara yang sudah ia rencanakan sedemikian rupa dengan seenak jidat. Tidak ada pembacaan dongeng, tidak ada pertunjukan drama kecil-kecilan dengan tema Peter Pan, bahkan tidak ada acara di mana ia akan bernyanyi sambil di bawa terbang mengelilingi tamu yang datang.
Kalau saja orang tuanya bukan orang yang begitu dikenal oleh masyarakat terutama para tamu terhormat di pesta ulang tahunnya, ia mungkin sudah berteriak untuk memprotes mengapa acara yang seharusnya membahagiakan itu berubah total dari apa yang sudah ia rencanakan.
Tentu saja ia tidak mungkin melakukannya. Bisa-bisa, tindakannya akan dimuat dalam sebuah surat kabar dan siaran berita terpanas pekan berikutnya dengan judul ; Putri Bungsu Keluarga Amblecrown yang Tidak Tahu Tata Krama Merusak Suasana Pesta Ulang Tahunnya Sendiri. Seketika itu juga, ia akan mencoreng nama baik keluarga Amblecrown--keluarganya.
Sambil menahan emosi yang sepertinya hendak meledak kapan saja, Annora mencoba untuk mengalihkannya untuk berkeliling dan mengambil beberapa hidangan yang manis di sana.
Cokelat... ya, sepertinya ia butuh cokelat untuk menenangkan dirinya.
"Annora! Kau tampak luar biasa!"
Mendengar suara yang familiar, Annora menoleh dan mendapati deretan sahabatnya yang mengenakan gaun pastel berwarna peach dan kuning cerah.
"Kalian juga tampak sangat luar biasa," responnya sambil tersenyum.
Ia menunda kegiatannya yang hendak mengambil hidangan Chocolate Fountain yang ada di hadapannya, karena mencurigai sesuatu. Ketiga temannya itu tampak aneh saat berdiri berjajar dengan semua tangan mereka yang disembunyikan ke belakang.
"Apa yang kalian sembunyikan?"
Layla, Diana, dan Agatha tersenyum kaku sebelum pada akhirnya Layla memutuskan untuk mengambil alih.
"TADA! ini hadiah dari kami. Sengaja tidak kami serahkan di depan tadi karena kami ingin memberikannya secara langsung padamu."
Secara bersamaan, mereka memberikan hadiah mereka.
Gadis itu tampak berbinar. Ia bahkan tidak berucap apa-apa saat mengamati sebuah bingkisan besar--hampir setengah tubuhnya. Senyumnya lebar sekali, sampai-sampai rasanya ia sudah tidak memerlukan cokelat lagi untuk meredakan amarahnya.
Sejenak, pikirannya melayang pada saat di mana Layla membocorkan akan memberikan dirinya kejutan di hari ulang tahunnya saat duduk bersama di bus dan sedikit berdebat mengenai dongeng favoritnya itu pekan lalu.
Hanya saja, ia tidak menyangka kalau dirinya tetap merasa terkejut walau sudah tahu akan rencana tersebut. Gadis itu terharu sampai-sampai memeluk erat ketiga teman baiknya yang kini juga terkejut dengan aksinya yang tiba-tiba.
"Ya ampun terima kasih banyak. Kalian ini repot-repot sekali."
Mereka berempat berpelukan di depan Chocolate Fountain, membuat beberapa tamu udangan lainnya yang hendak menikmati hidangan tersebut terhalang oleh mereka. Agatha yang sadar akan hal itu langsung menggiring temannya untuk pergi dari sana.
"Sebenarnya masih ada satu kejutan lagi," ucap Diana sambil tersenyum jahil ke arah Annora, sesaat setelah mereka selesai berpelukan.
Annora mengernyit heran. Perasaannya mendadak menjadi tidak enak. Apalagi saat melihat Agatha dan Layla yang kini mulai cekikikan.
Layla berdehem. "Annora, selamat bersenang-senang."
Setelah berkata seperti itu, ketiga teman baiknya itu pergi dan malah membawa balik bingkisan kado yang tadinya diberikan padanya.
"Hei..."
"Nikmati waktumu Annora, kami akan letakkan ini di meja hadiah karena kau tidak mungkin akan membawa barang ini saat berdansa!"
Gadis itu melongo. Tunggu sebentar. Ada yang tidak beres dari rencana kejutan yang diberikan temannya. Lalu, darimana pula mereka tahu kalau acara selanjutnya adalah kegiatan dansa bersama?
Namun sebelum Annora diberi kesempatan untuk berpikir lebih dalam, seseorang dengan sopan menepuk pundaknya.
"Hai," sapanya.
Dan sebelum Annora mampu membalas, lelaki itu sudah terlebih dahulu meraih dan mencium tangannya.
"Annora Amblecrown, apakah kau bersedia untuk berdansa bersamaku?"
.
.
.
Tbc
************************************
Published : 7 Juli 2022
Jumlah kata : 1448
A/N
YA TUHAN SEMAKIN TIDAK JELAS
TOLONG!~
Aaaaaa
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top