Bisikan Tengah Malam

Suasana kafetaria yang letaknya di gedung tengah akademi itu lumayan ramai. Beruntung, tempat duduk yang biasanya mereka duduki belum diambil orang.

Annora dan Layla akhirnya memutuskan untuk mengambil makanan mereka terlebih dahulu. Sementara itu, meja mereka dijaga oleh kedua teman dekat mereka yang biasanya makan bersama mereka. Agatha yang berambut pendek dan paling tinggi diantara mereka serta Diana yang berambut pirang dan berkacamata.

Mereka berempat berteman baik sejak kelas satu. Hanya saja, semakin meningkatnya kelas, siswa-siswa di akademi tersebut dikelompokkan berdasarkan peringkat satu angkatan, untuk menentukan di kelas mana mereka harus belajar. Annora dan Layla, tentu saja berada di kelas unggulan. Sementara Agatha di tingkat kedua dan Diana di tingkat ketiga.

Seperti biasa, Annora dan Layla mengantre dan mengambil satu nampan makanan yang menunya telah disiapkan oleh pihak akademi. Setelah menggumamkan kata terima kasih, mereka kembali ke meja mereka tanpa ada percakapan sama sekali.

Saat Agatha dan Diana pergi untuk mengambil makanan, barulah Annora tersadar kalau suasana di antara mereka berubah canggung saat itu. Layla hanya diam membisu, bahkan tampak seperti sedang memikirkan sesuatu yang berat.

Pikirannya langsung terkoneksi dengan kejadian tadi pagi. Pasti Layla sedang memikirkannya saat ini. Gadis itu menggigit bibir, rasa bersalah mulai menyelimutinya.

Sebenarnya, Annora juga terkejut saat Miss Laura secara mendadak menyuruh Layla untuk mengulangi kalimatnya. Maksudnya, pertanyaan semacam itu biasanya ditujukan untuknya, bukan untuk anak lain, apalagi siswa teladan seperti Layla.

Ketika Layla tidak mampu menjawab, rasa paniknya muncul, meski dengan tidak tahu dirinya ia tetap berani mengunyah keripik kentang yang tersisa dalam mulutnya sepelan yang ia bisa. Gadis itu menghela napas.

Baru kali ini ia jadi merasa bersalah setelah melakukan hal-hal yang memang biasanya ia lakukan di dalam kelas, meskipun hal-hal yang dilarang sekalipun. Tetapi bagaimanapun juga, ia yang membuat fokus teman sebangkunya itu buyar hingga tak bisa menjawab pertanyaan miss Laura.

Apalagi, ia sama sekali tidak bisa membantu. Kalau sampai ia membuka mulut untuk membantu kawan karibnya itu, bisa jadi Layla akan makin dipermalukan. Annora sadar, kalau sudah seharusnya ia meminta maaf dan bertanggung jawab atas kesalahannya.

Harusnya miss Laura memanggil namanya, bukan Layla, batinnya kesal.

Dalam sekali tarikan napas oenuh keyakinan, Annora membuka mulutnya.

"Layla, aku minta maaf atas tindakanku tadi pagi yang merugikanmu. Aku sungguh menyesal."

Layla yang tadinya sedang mengunyah makanannya dengan pandangan kosong langsung menoleh dan menggeleng.

"Bukan salahmu kok."

Annora menghela napas. Layla tampak sedih, meski berkata bahwa itu semua bukan salahnya. Sementara itu, kini Agatha dan Diana yang kini telah membawa senampan makanan mereka masing-masing kembali bergabung dengan mereka.

"Ada apa ini?" tanya Agatha, saat menyadari suasana antara mereka yang nampak suram.

"Tidak ada apa-apa," jawab Layla cepat, sebelum Annora sempat menjelaskan.

Menyadari bahwa Layla tidak mau membahas sama sekali hal yang membuatnya malu saat di kelas tadi, Annora akhirnya mengalihkan topik.

"Sabtu besok kalian ada waktu tidak? Aku mau mentraktir kalian es krim Golden Heaven. Tanpa pengawal tentunya."

Diana sontak berbinar. "Yang benar? Tapi bukannya kamu dilarang pergi ya?" Ia kini menyantap sendok pertama ayam saus madu kesukaanya yang menjadi menu utama siang itu sambil menuntut jawaban.

Agatha mengangguk setuju. "Tumben sekali. Apa mamamu sudah mengizinkan untuk pergi di akhir pekan?"

Annora tersenyum kaku. Matanya tiba-tiba saja bertemu pandang dengan Layla. Gadis kucir dua itu menatapnya seolah sedang menunggu jawaban. Ralat, ketiga temannya itu sedang menunggu jawaban.

Annora melipat kedua tangannya di dada. "Kalian mau tidak? Aku serius dibolehkan khusus pekan ini karena akan berulang tahun."

Agatha, Diana, dan Layla sontak bertukar pandang. Tentu saja mereka tahu bahwa di akhir pekan nanti Annora akan berulang tahun. Tapi saat mendengar pernyataan bahwa mama Annora yang suka melarang Annora melakukan banyak hal tiba-tiba saja memberi anaknya izin untuk berpergian, semuanya jadi menganggap hal tersebut bagai sebuah keajaiban.

"Ya ampun, kau serius?!"

Annora mengangguk sambil tersenyum penuh keyakinan.

Suasana di antara mereka seketika berubah menjadi lebih hangat dari sebelumnya. Bahkan Layla yang tadinya hanya diam saja dengan wajah lesu kini turut berseri-seri.

"Kalau kalian tidak ada acara, mari kita bertemu di sana pukul sepuluh pagi," putus Annora.

Yang lain tentu saja menyetujui, bahkan mulai berkomentar tentang izin yang baru saja ia sampaikan itu. Betapa langkanya Annora diperbolehkan untuk bermain di akhir pekan, apalagi tanpa pengawasan sama sekali.

Dalam hati, gadis itu meringis. Semoga kebohongannya itu tidak menimbulkan dampak yang buruk. Bisa besar masalahnya nanti, kalau sampai ketahuan. Apalagi jika mamanya tahu kalau ia kabur dari rumah untuk pergi ke pusat kota tanpa pengawasan.

.

.

.

Annora terbangun, saat menara jam yang hanya berbeda ratusan meter dari tempat tinggalnya itu berdentang, menandakan bahwa hari telah berganti. Gadis itu membenarkan posisi tidurnya dan bergegas untuk memejamkan matanya kembali.

Annora...

Merasa namanya dipanggil, Annora sontak membuka matanya dan bangkit duduk di ranjangnya. Kemudian ia menatap sekelilingnya dan tidak menemukan apa-apa kecuali barang-barang dan perabot dalam kamar tidurnya.

"Siapa?" tanyanya was was.

Namun, setelah diteliti berkali-kali pun, tetap tidak ada siapa-siapa di sana.

Matanya memicing. Ia yakin ia tidak salah dengar. Meski suara bisikan yang memanggil namanya tadi hampir tertelan suara dentangan menara jam pusat kota, ia tetap merasa sangat yakin dengan pendengarannya.

Aneh, pikirnya.

Pasalnya, tidak sekali atau dua kali ia mengalami hal serupa. Mungkin hari ini adalah kali kesekian ia mendengar namanya dipanggil hingga terbangun ketika suara dentangan jam tanda pergantian hari itu berbunyi.

Sedetik kemudian, ia dikejutkan oleh suara ketukan di jendela kamarnya. Jantungnya hampir saja copot, karena tidak biasanya ada yang iseng seperti itu.

Tengah malam, bisikan, lalu apa sekarang?

Ketukan di jendela kamarnya?

Gadis mengerutkan dahinya kebingungan. Bahkan hingga detik ini ia berpikir, suara ketukan itu masih tidak berhenti. Anehnya lagi, kamar tidurnya berada di lantai dua. Siapa juga yang akan memanjat--Tunggu sebentar! Apa itu Peter Pan yang ingin menjemputnya?!

Annora hampir tersandung selimutnya sendiri saat tergesa-gesa menyibak tirai. Namun, ia tidak menemukan siapapun di sana. Gadis itu menghela napas kecewa. Namun saat ia mendengar ketukan pelan di bagian bawah jendelanya, ia menyadari kalau yang melakukan hal tersebut tak lain tak bukan adalah kucingnya, Mary.

"Oh astaga!"

Sambil menahan jeritannya ia buru-buru membuka jendela dan membawa Mary masuk ke kamarnya.

"Brilian sekali, Mary! Kau bisa masuk sesuka hatimu lewat sana, jadi mama atau Alana tidak akan marah saat melihatmu datang lewat pintu belakang!"

Sambil cekikikan, Annora menggendong Mary dan menjatuhkan diri mereka di atas kasur. Ia kemudian meletakkan Mary di sampingnya, mengambil buku dongeng yang ia letakkan di atas nakas, kemudian mulai membaca isi buku dongengnya dengan volume yang lumayan keras saking senangnya bisa ditemani oleh Mary si Hitam.

Mary sendiri tampak mendengarkan. Annora sampai gemas sendiri karena kucing hitam yang imut itu tampak tertarik dengan apa yang ia ceritakan.

"Oh Mary! Kalau kau seorang manusia, sepertinya kau juga tertarik mendengarkan dongeng-dongeng klasik seperti ini, kan?"

Miaw!

"Aih kau memang temanku yang paling pengertian!" ucapnya lagi sambil memeluk Mary erat-erat.

Saat itulah, pintu kamarnya diketuk dan terdengar suara dari luar sana yang membuatnya terdiam seketika.

"Annora, ini sudah larut malam. Dengan siapa kau berbicara? Tidak baik kalau kau berbicara sendiri keras-keras seperti itu."

.

.

.

Tbc

************************************

published : 7 Juli 2022

Jumlah kata : 1161 kata

A/N :

Tolong... belum apa apa Rina udah stuck hiks. Mana mbosenin bgt ya Tuhan //nangis bergulung

Apalagi dari kemaren nonton yutub mulu meanwhile peserta lain dah bolak balik muncul di notifikasi AAAAA //stres

Tolong jangan sampe di bottom 5 hiks gamau kenak hukum pokoknya.

Babai gais, semoga ga tumbang, aku usahakan buat apdet lagi abis ini. See ya!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top