2


"Jadi, dia anak orang berada ya Bi sebenarnya? Kasihan banget harus merasakan hidup keras kayak gitu."

"Iya Tuan, saya ini ikut mamanya lama banget sejak mereka masih manten baru, mama dan papanya yang sudah almarhum itu orang baik, semua berubah sejak mamanya Non Tika meninggal dan Tuan Hernowo membawa istri baru, janda beranak satu yang jahatnya minta ampun, untungnya, anak dari janda jahat itu, Den Angkasa baik sama Non Tika, Den, tapi semua semakin menakutkan saat Tuan Hernowo meninggal, mendadak katanya sih jantung, Non Tika jadi kayak babu juga, kayak saya kerja apa aja, dia masih baru kuliah loh Den dipaksa berhenti sama Bu Julia, ibu tirinya yang jahat itu, dan tiba-tiba saja saya ingat betul itu saat baru saja selesai adzan subuh, dia pamit mau keluar rumah dengan mata sembab kayak baru saja nangis karena nggak tahan katanya, saya antar sampai depan nggak tega saya Den, dan Alhamdulillah kok ya ketemu di sini, saya juga diusir sama Bu Julia setelah saya bilang Non Tika pergi, untung Mbak Yu saya ngajak kerja di tempat ini, jadi saya nggak kehilangan pekerjaan."

Malam telah larut, namun Putra dan Bi Minah masih terus berbicara di ruang makan, setelah Tika selesai makan dan pamit hendak beristirahat. Putra menghela napas berat mendengar cerita Bi Minah.

"Dan Bibi tahu kenapa dia pergi pagi-pagi itu?"

"Ya kata Den Tikah karena gak kuat siksaan ibu tirinya."

"Bukan Bi, karena malam harinya dia diperkosa sama kakak tirinya itu."

Mata Bi Minah terbelalak dan menggeleng dengan keras.

"Ya Allah nggak mungkin Tuan! nggak mungkin! Den Angakasa itu baik banget, ke semua pembantu, tukang kebun, satpam juga baiknya masya Allah, sembunyi-sembunyi suka ngasi uang ke kami, nggak mungkin."

"Tapi Atikah yang cerita ke aku Bi, masa bohong, itu aku ajak ke sini karena dia tiba-tiba aja dipeluk laki-laki, kok ya kebetulan aku ke restoran siap saji punyaku yang lama nggak ditengokin Bi, entah Atikah itu kerja di bagian apa kayaknya dia pegawai baru yang hanya bagian bersih-bersih meja yang baru saja digunakan oleh pelanggan, tiba-tiba aja dia histeris ya aku reflek Bi, aku pukul laki-laki itu sampe tersungkur dan aku tarik Atikah masuk, bagian keamanan yang urus laki-laki itu, kasihan Tika sampai gemetar dan setelah tenang dia cerita, kayak trauma dia Bi, sampe gemeteran."

"Ya Allah kok bisaaa, rasanya saya nggak percaya Tuan, masa Den Angkasa sampe kayak gitu, saya memang melihat dia menyukai Non Tikah, sebaliknya Non Tikah juga kayak merasa nyaman, rasanya nggak mungkin kisah murni mereka jadi begitu, gak ada tatapan napsu Den Angkasa sama Non Tika."

"Entahlah, kita ikuti aja dulu Bi, siapa tahu ada hal baru lagi, dan ingat, Tika jangan disuru kerja ya Bi, trus kamar dia pindah ke kamar kakak, biar nanti kalo kakak datang di kamar tamu saja dia, besok aku akan nyuru sekretarisku buat beli baju untuk Tika, akan aku urus juga nanti kuliahnya kayak apa."

"Makasih Tuan, semoga kebaikan Tuan pada Non Tika dibalaskan dengan kemudahan dalam melakukan apapun."

"Aamiiiiiin, udah kita istirahat dulu Bi, malam ini sudah."

"Iya Tuan."

.
.
.

"Loh, loh Biiii mau dibawa ke mana itu baju-baju jelekku?"

"Tuan Putra yang nyuru, udah Non Tika diam saja, ngikut saya."

"Nggak mau, Bi, biar aku mau bilang ke Pak Putra."

"Ada apa Tika?"

Atikah menunduk sambil membalikkan badannya.

"Saya nggak mau pindah Pak, biar saya di belakang kumpul sama para Bibi, saya nggak bisa balas apa-apa ke Bapak, saya nggak mau nanti ..."

"Nanti aku jadi kayak kakak tiri kamu? Baik di awal trus di belakang ngerugiin kamu? Jangan kamu pikir semua laki-laki kayak dia."

"Iya maaf, tapi dua kali saya berkesimpulan seperti itu, saat SMA pacar saya baik tapi ujung-ujungnya maksa mau nyium saya, dan putus setelah karena saya nggak mau gitu lagi, kedua lebih parah, dia bak malaikat, melindungi saya, baik tanpa cela ujung-ujungnya saya dibuat kotor, selamanya seumur hidup saya akan kotor, jadi apa saya salah kalau kesimpulan saya jika kaum Bapak baik karena ada maunya."

"Tika, sini, duduk! Mumpung ada Bi Minah juga, tidak semua orang sama seperti dua orang yang kamu contohkan itu, kamu mungkin kurang bergaul meski anak orang berada sehingga kamu berkesimpulan hanya karena dua kasus itu, coba tanya ke Bi Minah yang hampir setahun di sini pernah nggak aku bawa cewek ke sini? Nggak pernah! Ato ke Bi Siti yang lebih lama, apa aku sampai terlibat kasus macam-macam sama cewek? Nggak pernah juga! Apa aku nggak normal? Normal lah sebagai laki-laki aku suka cewek juga kenapa aku yang  sudah berusia 30 belum juga nikah karena belum ada yang cocok, pernah pacaran? Pernah lah beberapa kali hanya selalu kandas, mungkin belum jodoh jadi ngerti kan maksud aku? Aku nolong kamu karena aku empati sama kamu, nggak ada niatan untuk melukai kamu, aku punya kakak dan keponakan wanita, jadi aku mikir seandainya mereka ngalamin kayak kamu gimana. Kamu perlu psikolog Tika, kapan-kapan kau akan aku ajak menemui temanku yang psikolog."

"Nggak usah Pak saya baik-baik saja."

"Tidak, pikiranmu tidak baik-baik saja."

"Udah ah Non, ayo ikut Bibi, Bibi dah tau Tuan Putra kayak apa nggak akan ganggu Non Tika, aman di sini."

Bi Minah menarik tangan Atikah yang wajahnya masih terlihat bimbang.

"Hmmmm ... kasihan kau gadis kecil, kamu harus sembuh, capek hidup kamu kalo setiap lihat laki-laki baik dikira ada maunya sama kamu."

.
.
.

"Sudah kau temukan babu itu?"

Julia terlihat menikmati makan siang saat Angkasa datang dengan wajah keruh.

"Akan aku cari sampai ketemu, aku yang sudah menghancurkan hidupnya, aku jadi curiga jangan-jangan Mama memang sengaja membuat dia celaka dengan menjebakku, mencampurkan minuman yang aku minta pada pembantu malam itu, siapa lagi yang bisa berbuat hal sejahat itu kalau bukan Mama."

Tawa Julia terdengar keras, lalu menatap dengan penuh kebencian pada Angkasa.

"Kau anak tak tahu diri, harusnya kau berterima kasih pada Mama, kau telah merasakan nikmatnya perawan, anak itu pantas mendapatkan hukuman karena masa lalu mamanya, harusnya aku yang menikah dengan Hernowo, bukan wanita lemah itu, akhirnya aku harus merasakan hidup susah dengan papamu, untung usianya tak lama."

Angkasa terlihat marah, ia lempar semua yang ada di meja makan hingga beberapa orang pembantu segera datang namun terhenti saat tahu ada perselisihan antara majikan dan anaknya.

"Kau sama seperti almarhum papamu, bodoh, sok suci, silakan kau lanjutkan mencari wanita itu dan kawini dia, tak perlu kau mengundang mama, mama sudah cukup bahagia hidup diantara harta mama yang saat ini berlimpah."

"Baik, aku akan pergi dari sini, tapi akan aku laporkan pada polisi jika bukti telah cukup, jangan dikira aku tak tahu, mama masih tetap berhubungan dengan Om Hernowo meski mama sudah menikah dengan papa, dan saat menjadi istri Om Hernowo hingga saat ini mama juga berhubungan dengan laki-laki muda yang aku pikir itu pasti gigolo, aku curiga, mama yang juga yang telah membunuh Om Hernowo, laki-laki baik yang sudah bertahun-tahun menghidupi gaya hidup mama yang gila-gilaan."

"Dia juga harus dihukum karena dia lemah hingga bertahun-tahun mama hidup sudah dengan papamu, harusnya sejak awal ia bisa memperjuangkan mama."

"Manusia tamak, mama akan mendapatkan balasan!"

"Anak durhaka! Kau benar-benar mirip papamu, miskin dan sok bijak, hidup seperti itu akan tersingkirkan, lihat saja, kau tak akan mendapatkan apapun!"

💖💖

3 Agustus 2021 (12.43)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top