Part 7 - Bekal tiga tingkat

Jangan baru mencari, saat sudah terlanjur pergi.
--

Suasana kelas Anggi tampak riuh pada jam istirahat hari ini. Setiap sudut kelas diisi oleh kebisingan setiap mulut murid yang tak henti bercanda. Mereka melepas penat setelah sebelumnya melahap materi pelajaran matematika  yang membahas mengenai integral.

Berbeda dengan para murid yang terlihat bahagia, Anggi justru hanya duduk termenung sendiri pada kursinya. Matanya menatap intens pada sebuah rantang bertingkat tiga yang ia bawa dari rumah sebagai bekal. Rantang berwarna biru muda dengan motif love itu berisi nasi goreng buatan tangan Anggi sendiri.

Tidak ada yang salah dengan nasi goreng itu. Hanya tinggal menyantapnya saja, lalu Anggi akan kenyang. Masalah Anggi terletak pada, well ia harus menghapiskan semua bekal itu bersama Arya dan Arkan. Dan Anggi harus mengabadikan moment makan bersama dua sepupu itu dengan kamera ponsel lalu mengirimnya pada eyang Hadi.

"Huuuh," Anggi membuang napasnya. Otaknya kusut memikirkan cara jitu untuk mengajak Arya dan Arkan makan bersama.

Anggi melirik pada Arya yang sedang asik mengerjakan tugas pada LKS bahasa Indonesia. Cowok itu terlihat sangat serius dan sepertinya tidak ingin diganggu. Dapat Anggi rasakan radar permusuhan apabila ada seseorang yang berniat ingin mengusiknya. Ih, serem.

Lalu Anggi beralih pada Arkan yang duduk di kursi belakang. Cowok pecicilan itu saat ini tengah bercanda bersama teman kompaknya. Arkan sesekali menggoda cewek yang duduk tak jauh dari tempat Arkan berada.

"Malas banget harus komunikasi sama si kupret Arkan," gerutu Anggi pelan.

Pandangan Anggi kembali tertuju pada bekal miliknya. Ia menatap iba pada benda yang biasa disebut rantang.

"Ah, apa susahnya sih ngajak mereka makan?! Tinggal ajak, terus sodori bekalnya," Anggi bangun dari duduknya dengan gerakan mantap.

Lo pasti bisa, Anggi. Sekalipun mereka berdua itu aneh tapi masih ada sisi positifnya, mereka itu ganteng. Semangat! Anggi berujar penuh keyakinan.

Anggi melangkah menuju Arya terlebih dahulu sambil menjinjing rantang miliknya. Langkah Anggi memang terus bergerak sok yakin, namun matanya tetap tidak dapat menyembunyikan keraguan. Dia grogi, takut, malu, dan perasaan menyebalkan lainnya.

"Arya!" Langkah Anggi terhenti ketika seorang cewek memanggil dan menghampiri Arya.

Arya menoleh dengan ekpresi kalem, "Yuni? Lo ngapain ke sini?" tanyanya.

"Anak-anak OSIS angkatan kita lagi kumpul di kantin. Mereka nyuruh gue buat jemput lo. Yuk kita ngumpul bareng ke sana," jelas Yuni. Senyuman memuja tak pernah lepas dari bibirnya.

"Gue nggak bisa ikut gabung, PR gue belum selesai," Arya kembali fokus pada buku LKS yang ada di depannya.

"Nggak seru dong mantan ketua OSIS nggak ikut. Lo kan bintangnya. Ayolah, Arya!"

Tanpa permisi Yuni menarik lengan Arya. Ia membawa paksa cowok itu, sementara Arya hanya terlihat pasah dalam kuasa Yuni.

Anggi terdiam menyaksikan adegan singkat antara Arya dan Yuni. Kesimpulannya adalah Arya akan makan bersama Yuni di kantin. Anggi kalah cepat. Itu artinya Arya akan dicoret dari daftar makan bersama.

Anggi mendengus. Arya sudah tidak mungkin diraih, tapi bukankah masih ada Arkan? Baiklah, tidak ada salahnya mencoba peruntungan dengan cowok pecicilan itu. Anggi akan mengajak Arkan makan siang.

Anggi berbalik bermaksud menuju meja Arkan. Belum sempat langkahnya bergerak, Anggi sudah disuguhi pemandangan di mana Arkan memakan sekotak donat yang dibawa oleh Nita, pacar Arkan.

"Dia juga kayaknya nggak bakal mau makan bareng gue," lirih Anggi pelan. Entahlah, dia merasa sedih saat melihat dua sepupu itu memiliki pasangan masing-masing. Anggi merasa tidak senang.

Gue kok sedih ya mereka berdua sama cewek lain? Ah, efek kelamaan jomblo nih pasti. Gue cuma iri, batinnya.

Anggi mengangkat rantang biru yang ia bawa. "Gue makan bareng Nurul aja."

Anggi mengambil langkah menuju pintu keluar kelas. Anggi akan mencari Nurul yang tadi pamit pergi ke toilet, lalu akan mengajak teman tercintanya itu makan di taman belakang.

Sesampainya di pintu kelas Anggi kembali menelan kepahitan dunia. Nurul sedang asik berbincang bersama pacarnya, lalu keduanya berjalan bersama ke arah kantin sekolah.

Nasib jones ya gini! Selalu ditinggalin dan merasa kesepian. Jones, oh jones. Gue memang jones! Anggi mengutuki kejonesannya dalam hati.

"Gue makan sendiri aja," ujar Anggi pada dirinya sendiri. Dengan langkah sok ceria dia bergerak menuju taman sekolah.

~o0o~

"Aku makannya cuma sendiri, Eyang," jelas Anggi pada eyangnya melalui sambungan telpon.

"Hah? Oh Arya?" Anggi memindahkan ponselnya ke telinga kiri. "Dia lagi sibuk."

"Arkan juga lagi sibuk," Anggi menjawab pertanyaan eyang Hadi yang menanyakan keberadaan Arkan.

"Mereka lagi pada sibuk ..."

Sibuk sama cewek masing-masing, lanjut Anggi dalam hati.

"Iya, Eyang! Pasti! Lain kali aku bakal makan bareng mereka," Anggi meyakinkan eyangnya sebelum menutup panggilan tersebut.

Anggi menyimpan ponselnya ke dalam saku. Kemudian dia beralih pada rantang tiga tingkat yang ia bawa. Angin taman sekolah yang berlalu-lalang membelai rantang itu.

"Kok gue ngerasa kasihan sama rantang ini, ya?" tanyanya.

"Bukan sama rantang ini aja, gue juga kasihan sama diri gue sendiri. Ditinggalin sebelum dimiliki," Anggi mengehela napas. Dia membuka rantang yang berisi nasi goreng itu. Lalu menatanya di atas kursi taman.

"Apaan sih gue ini? Terserah dua sepupu itu mau makan sama siapa aja! Justru bagus mereka nggak jadi makan nasi goreng ini, gue bisa sikat sendiri. Gue kan pemakan segalanya," dumel Anggi.

"Nasi goreng, ayo datang pada Mama," Anggi bersiap memasukkan sendokan pertama ke dalam mulutnya.

"Jangan makan bagian gue!"

Gerakan Anggi terhenti. Ada suara cowok dari sisi kiri dan kanannya. Mata Anggi bergerak cepat, dia mendongak. Dan waw, Anggi mendapati Arkan di sisi kirinya dan Arya berada di kanan

"Ka-kalian kok di sini?" tanya Anggi dengan ekspresi bodoh.

"Waah, enak nih kayaknya," Arkan meraih salah satu rantang. Dia mendaratkan bokongnya pada kursi taman dan melahap nasi goreng itu dengan rakus.

"Ta-tapi?"

"Tapi apa?" sambar Arya. Cowok itu juga meraih rantang yang 'seharusnya' menjadi bagiannya. Dia mengikuti jejak Arkan, melahap bekal yang dibawa Anggi dengan rakus.

"Kok kalian di sini?" tanya Anggi dengan ekspresi tak percaya.

"Disuruh eyang," jawab Arya dan Arkan bersamaan.

"Lo rakus banget sih jadi cewek. Bawak bekal buat tiga orang diembat sendirian. Padahal dari tadi gue udah nungguin lo buat ngajak makan bareng," Arkan berkata-kata dengan mulut yang penuh nasi goreng.

"Jorok banget si lo. Telan dulu tuh nasi!" omel Arya dengan ekspresi jijik.

"Biarin!" Arya menyemburkan sepihan-serpihan nasi dari mulutnya.

"Ih," Arkan mendengus sambil memasukkan sendokan pertama nasi goreng ke dalam mulutnya.

Anggi tersenyum haru menyaksikan dua sepupu itu melahap bekal miliknya. Tidak sia-sia eyang Hadi membangunkannya dari pukul lima pagi untuk memasak. Dan tidak sia-sia juga bahan-bahan makanan yang ia gunakan untuk membuat nasi goreng.

Tadinya Anggi berpikir ia akan makan sendirian seperti seorang kiper. Nasib baik memang selalu berpihak pada orang yang baik hati, tidak sombong, rajin menabung, dan rendah kalori seperti Anggi. Setidaknya dia tidak merasakan kengenesan seorang jones yang selalu sendiri. Hihihi.

"Makasih banget udah mau ninggalin cewek kalian buat gue. Gue terharu, sumpah," Anggi pura-pura membersihkan air mata di sudut mata kanannya.

"Idih, gede rasa banget! Habis makan dari sini gue langsung otw kantin buat makan bareng Nita. Gue cuma kasihan aja sama lo. Dari pagi gue perhatiin nenteng bekal dengan semangat. Tapi, nggak dimakan," ujar Arkan.

"Gue juga cuma kasihan sama lo," Arya tak mau kalah. Dia menyampaikan alasannya.

Kalimat yang sungguh pedas.

Ya, begitulah dua sepupu ini. Menerbangkan Anggi ke langit ketujuh, lalu menghempaskannya begitu saja.

Sabar!

Tbc

Minta vommentnya dong yang BUANYAAAK 😁

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top