25 · Pacar

"Kalo elo, Cha? Wajah lo ada manis-manisnya, keturunan gula ya?"

"Pffhhh—hahahahah!"

Langkah kaki Pluto terhenti seketika. 

Telinganya barusan nggak salah dengar kan? Itu suara Charon tertawa?

Sambil melayangkan pandang ke segala arah, akhirnya mata Pluto menangkap sumber suara dan tawa yang sekilas didengarnya barusan.

Charon dan seorang cowok blasteran berambut ikal sedang tertawa bersama, duduk di bawah pohon beringin di sisi lapangan, dekat kantin di mana Pluto sekarang berada.

Pluto merasakan sensasi aneh—panas? Marah? Tak terima? Ah, tapi kenapa? Apa urusannya sama dia?

"Ey, Bos! Di sini ternyata. Hayuk atuh itu mie kopyok nya keburu mengkeret, jadi keriting ntar!" Kipli menyelamatkan Pluto dari pikirannya sendiri.

Cowok itu lantas melangkah ke meja di sisi lain kantin, dimana Kipli dan beberapa teman kelas mereka telah menunggu.

"Gue balik ke kelas dulu deh, ga napsu. Mie jatah gue lo makan aja, Pli." Pluto berkata ketika dia tiba di meja mereka, tak berminat untuk duduk.

"Lah, Bos? Serius? Kan ini udah lo bayar..."

"Ho-oh. Makan aja. Gue duluan."

🌑

"Astagaa! Kalian dari mana aja sih? Aku tungguin dari tadi-tadi nggak muncul-muncul!" Riva menyambut Charon dan Gillian yang baru saja masuk ruang kelas. Jam istirahat sudah hampir berakhir.

"Sorry, Va. Barusan kita dari kantin. Nih..." Gillian memberikan sekotak risol keju yang sempat dibelinya sebelum kembali.

"Apa nih, sogokan?" tanya Riva sambil menerima risol keju pemberian Gillian. Gadis berkerudung itu lantas tersenyum lebar seraya mencomot satu risol.

"Kesukaan kamu," jawab Gillian.

Charon hanya bisa senyum-senyum random sambil menahan perasaan uwu di dalam hatinya. Soswit banget sih kalian ini...

Sambil mengunyah risol keju, Riva mendengarkan cerita Charon dan Gillian tentang apa saja yang mereka bicarakan selama menghilang tadi.

"Itu mah kalian namanya ngeghibah!" desis Riva setengah berbisik. Matanya mendelik ke arah Gillian.

"Ya tapi kan ghibahin uler macem begitu gak papa kali, Va. Musuh kamu juga lagian..." Gillian membela diri.

"Hush! Aku nggak pernah nganggep siapapun jadi musuh aku ya, Gill. Biar aja mereka ngerasa ngga suka, atau tersaingi, atau nganggap aku rival. Tapi aku nggak pernah mikir begitu—nggak penting! Mending mah kita fokus sama diri sendiri aja."

Gillian terdiam mendengar kalimat Riva, begitu juga Charon. Mereka setengah tertampar dan setengah kagum juga akan prinsip Riva.

"Riva keren ya, bisa mikir gitu..." ucap Charon akhirnya.

"Biasa aja, Cha. Ini mah common sense. Jangan buang-buang energi sama orang macem Lala, ya?" ucap Riva sambil menggenggam tangan Charon.

"Iya-iya... eh, tapi Rivaa! Tangan kamu banyak minyak risol-nya ihhh!" Charon tertawa seraya Riva buru-buru melepas tangannya.

🌑

Sepanjang hari itu, Lala tidak menyapa Charon.

Walaupun mereka duduk satu bangku, tapi tidak ada kata-kata yang tertukar sama sekali. Eksistensi Charon benar-benar tak dianggap oleh Lala.

Charon sendiri sebenarnya merasa tidak enak, dicuekin teman sebangku yang biasanya menuntut atensinya kemana-mana. Tapi nggak papa, toh Charon punya teman lain.

"Yono, kamu masih tidur ya?"

"Yon... Ocha nggak paham soal nomer dua nih. Yono tau rumusnya, nggak?"

"Yoonooo, Yono kok hobi mendem diri di dalem tanah sih? Nggak gelap apa?"

"Eh, Yon, nanti kalo sampe rumah Ocha siramin tanemannya, apa Yono ikut kebasahan juga di dalem sana? Maaf ya kalo iya, itung-itung Yono sekalian mandi. Hehe..."

Charon bertelepati ria dengan pot bunga di hadapannya. Dia bermonolog sendiri sampai akhirnya bel pulang sekolah berbunyi.

Tanpa buang tempo, Lala langsung cabut dari bangkunya, masih mengindahkan kehadiran Charon.

Dan tanpa Lala bilang juga, Charon sudah mengerti, mulai hari ini dia akan pulang sendiri.

Charon meraih ponsel flip dari sakunya, mengirin SMS pada Mama Riris.

🌑

Pluto nggak tau apa yang salah pada dirinya.

Rasanya hari ini semuanya jadi menyebalkan. Selepas jam istirahat tadi, mood Pluto entah kenapa berantakan sendiri.

Guru yang menyampaikan materi, menyebalkan.

Kipli yang coba menghibur Pluto, menyebalkan.

Sampai bel pulang sekolah pun, berderingnya jadi menyebalkan.

Nggak bisa aja apa kita pulang tanpa berisik-berisik gitu? pikir Pluto sambil memakai helm.

Cowok itu berniat akan langsung pergi, pulang dan menenangkan diri.

Pluto menyalakan mesin motor, menarik gas melintasi parkiran, namun cowok itu langsung menarik rem mendadak saat melihat seeseorang sedang duduk sendirian di dekat gerbang, membawa pot kecil.

"Charon?" panggil Pluto. Jantungnya berdegup dalam. Entah kesambet apa, cowok itu merasa harus banget menanyakan sesuatu pada Charon.

Pluto menghentikan motor tepat di depan gadis itu, lalu menaikkan kaca helm-nya. "Kok lo sendirian?"

Charon mengangkat wajah dari atas pot tanaman.

"Oh, Kak Pluto!" Wajah gadis itu cerah. "Ocha nggak sendiri kok, Kak. Nih, ditemenin Yono."

Charon menyodorkan pot itu ke hadapan Pluto.

"Kok nggak sama manusia maksudnya, Cha?" ralat Pluto. "Nggak sama... pacar lo?" lanjutnya.

"Heee? Pacar? Emangnya Ocha punya?" Gadis itu memiringkan kepala.

"Lah, yang tadi? Yang... ngobrol sama lo pas istirahat, deket kantin."

Mata Charon membulat. "Tadi Kak Pluto liat Ocha sama Gill? Kok nggak nyapa? Ocha nggak liat Kakak loh!"

"Hmm," gumam Pluto. "Jadi namanya Gill?"

"Iya, Gillian. Dia pacarnya Riva, Kak, bukan pacar Ocha."

"Ooh..." Tanpa sadar, Pluto mengembus napas lega. "... gitu."

Charon mengangguk-angguk, membuat rambut pendek se-bahunya berayun lembut.

"Kak Pluto mau pulang?" tanya Charon dengan nada ramah.

"Iya. Lo juga pulang? Nggak sama Lala kan?"

Charon menggeleng. "Tadi Ocha udah coba ngomong sama Lala kak, dan sekarang kayaknya Lala malah jadi musuhin Ocha, nggak mau ngomong sama Ocha..."

"Bagus dong," celetuk Pluto. "Nggak butuh juga lo temen kayak dia, ya kan?"

Pertanyaan itu membuat Charon mengangkat bahu. "Sekarang temen Ocha ada Yono aja, Kak. Riva sama Gill udah pulang duluan tadi..."

"Hm. Lo belom jawab pertanyaan gue yang pertama. Lo nggak pulang, Cha?"

Charon tersenyum polos. "Ini mau dijemput Mama kok."

"Oh."

Bersamaan dengan itu, sebuah mobil Toyota Agya berwarna perak menepi dekat gerbang. Terdengar klakson dibunyikan dua kali. Tin-tin!

"Tuh, Mama Ocha udah dateng! Ocha duluan ya Kak," pamit Charon seraya berlari kecil ke arah mobil itu. 

Gadis itu tampak lucu, melangkah terburu-buru seraya kedua tangannya menggenggam pot bunga berisi Yono, teman cacingnya.

Pluto hanya melepas kepergian Charon dan mobil itu dengan pandangannya.

Tepat beberapa detik kemudian, sebuah mobil hitam muncul dari belokan jalan, tampak mengikuti mobil perak yang barusan menjemput Charon.

Hati Pluto mencelus. Mobil itu?!

Tanpa buang tempo, Pluto langsung menyalakan kembali motornya, dan menarik gas meluncur ke jalan raya.

Bener. Nggak salah lagi, ini mobil yang biasanya nunggu di depan gerbang! 

Pluto berhasil menyusul mobil hitam dengan kaca film tebal dan plat nomor D tersebut. D-7530-AV. Pluto membaca sambil berusaha menginat nomor di plat tersebut.

Belokan pertama, mobil plat D ikut berbelok mengikuti Agya perak Charon. Pluto menenangkan diri.

Belum, belum. Satu lagi...

Belokan kedua. Lagi, mobil itu berbelok, bertepatan dengan adanya pertigaan dengan lampu merah yang siap berkedip di ujung sana.

Sekarang!

Pluto menarik gas kencang-kencang, lalu menyalip mobil hitam plat D dengan gesitnya, beberapa puluh meter mendekati lampu lalu lintas tersebut. 

Pluto menarik rem tangan dan kaki bersamaan—perlahan, bertahap, menurunkan kecepatan tepat di sisi kanan jalan, menghalangi mobil hitam plat D yang berada tepat di belakang motor Pluto.

TINNNN!!

Terdengar bunyi klakson dari mobil tersebut, bersamaan dengan mobil itu yang menyerong ke kiri, hendak mengelak dan menyalip motor Pluto. Dengan sigap, Pluto juga mengarahkan setir ke arah kiri.

TIN-TINNNN!!!

Mobil hitam kembali membunyikan klakson, tak terima. Pluto tersenyum puas dibalik helm-nya. 

Cowok itu lantas mengemudi dengan santai, sengaja memperlambat kecepatan sambil menggocek mobil hitam yang terhalang di belakangnya, hingga akhirnya mereka berhenti dengan sempurna di bawah lampu merah.

Napas lega bisa Pluto embuskan saat melihat mobil Agya perak Charon sudah lolos dari lampu hijau yang baru saja berkedip merah, lepas ke jalanan raya dan menghilang di telan lalu lintas.

Sementara dia dan mobil hitam itu tertahan di kepadatan lampu merah.

Pluto melirik sekilas dari kaca spion-nya. Meskipun tak tampak sama sekali sosok pengemudi mobil di belakangnya itu, bersembunyi di balik tebal kaca film yang menghalang pandang, tapi Pluto bisa yakin seratus persen kalau si pengemudi sedang kesal setengah mati.

Mampus lo gue body-block, hehe.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top