Bab 25 || Kecewa [21+]

[a.n: maap, baru up. Wkwkwkwk. Aku sok sibuk, sih. Wakaka.

Ini part 21+, ya.

Jangan lupa vote, komen dan share cerita ini ke teman-teman kalian, ya!]

Bab 25
Kecewa

Tashima menyadarkan tubuhnya ke dinding ranjang sambil menatap kosong ranjang di samping. Hampa, perasaan bahagia yang ia rasakan tiga puluh menit lalu, hilang begitu saja.

Gerald, pria yang membuat ia melayang-layang tadi, telah pergi setelah menerima panggilan dari Tasya. Wanita itu menangis di seberang sana, meminta Gerald untuk pergi ke sana.

Jujur, sakit sekali rasanya. Ada ribuan jarum yang menusuk hati secara tak kasat mata. Pedih, nyeri yang perlahan memenuhi ruangan hatinya, membuat ia tidak bisa menahan air mata untuk berjatuhan.

Tashima mencoba untuk berpikir jernih, dan positif, mungkin Tasya sedang kesakitan, makanya ia menghubungi Gerald. Namun, bukannya tenang, ia malah berpikir bahwa Gerald benar-benar hendak kembali dengan Tasya.

Jiwa anak remaja masih melekat pada Tashima, ketakutan, ketidakpercayaan diri, lalu kekurangan pengetahuan dalam hubungan percintaan dan dugaan-dugaan yang memperkuat pikirannya bahwa ia akan ditinggalkan sebentar lagi.

Kecewa, Tashima sangat kecewa. Setidaknya, sebelum pergi, Gerald mengatakan sepatah kata kepadanya, ia malah pergi begitu saja sambil menatapnya dengan tatapan yang, demi apapun, Tashima tidak mengerti maksudnya.

Jika seperti ini, Tashima hanya bisa termenung di kamar. Memenuhi isi kepalanya dengan banyak hal. Jika dulu, ia bisa menelepon Alex, atau mengirimkan pesan yang berisikan curhatan, maka sekarang tidak bisa. Gadis berusia 18 tahun ini tidak memiliki sahabat, atau teman dekat yang bisa dijadikan tempat berbagi cerita. Terbiasa sendiri, memendamnya sendirian, mau tak mau ia hanya menangisi kemalangannya di kamar, hingga tanpa sadar ia tertidur dengan bekas air mata di pipinya.

🐝🐝🐝

“Gerald, kamu datang?” seru Tasya seraya berjalan mendekati pria itu dengan langkah sempoyongan.

Gerald memundurkan langkah. Ia menggeram kesal. Jika bukan wanita itu mengancamnya, ia tidak akan ada di sini. “Kamu mabuk, pulang sekarang!” perintahnya, tanpa memegang tangan Tashima.

“Kamu takut, kalau rahasia kamu terbongkar?” tanya Tasya, tersenyum miring.

“Kamu tahu darimana?" Gerald mengepalkan tangannya, menahan diri untuk tidak bertindak kasar. Andai kata, Tasya ada pria, maka detik itu juga ia pastikan Tasya pingsan menerima pukulannya.

Tasya menggeleng kepala, ia berjalan mendekati Gerald, lalu menarik baju pria itu. “Bukan urusan kamu, aku tau dari siapa. Yang jelas kamu bajingan. Bayangkan kalau Tashima tau, alasan kamu menikah dengannya hanya karena kamu merasa bersalah?”

“Tasya. Saya peringatkan untuk kamu, jangan sampai Tahsima tahu soal ini!” gumam Gerald, penuh peringatan. Dari tatapannya yang tajam, ia bersungguh-sungguh dengan ucapannya itu.

Tertawa terbahak-bahak, Tasya mendorong tubuh Gerald. “Aku kasian sama Shima. Masih muda, tapi dinikahi sama pria yang nggak sungguh-sungguh sama dia.”

“Kata siapa saya enggak sungguh-sungguh sama dia? Saya sungguh-sungguh berumah tangga sama dia!” bentak Gerald, mulai meninggikan suaranya.

Mengibaskan tangannya. Tasya menyugar helaian rambutnya  yang acak-acakan. “Halah! Bulshit!”

“Kamu mabuk, ayok pulang!" Gerald menarik kasar tangan Tasya. “Dan jangan asal berkata tidak-tidak tentang kami! Kamu enggak tau apa-apa!”

“Baiklah, anggap aku nggak tau apa-apa. Tapi bagaimana jika Tashima yang mengetahui semua ini?” tanya Tasya balik, mengikuti saja arah pergi Gerald.

Mendengar itu, Gerald melepaskan genggamannya. “Kamu!” Pria itu menghela napas panjang dan berat. Ia memejamkan mata sambil berusaha untuk tidak terbawa emosi.

Kenapa di saat-saat ia sedang berbahagia dengan Tashima, baru saja, beberapa menit yang lalu, namun masalah baru malah berdatangan. Dari mana wanita itu tahu tentang alasan pernikahan mereka. Apa jangan-jangan Alex yang memberitahukan kepadanya? Sialan.

“Kamu pulang sendiri! Dan jangan pernah ancam saya lagi soal ingin memberitahukan kepada Tashima alasan kami menikah! Jika sampai kamu berani, maka kamu nggak akan pernah saya izinkan untuk bertemu dengan Raka!” ancam Gerald, yang pergi begitu saja dari hadapan Tasya.

Ia berjalan keluar dari kelab malam dengan napas berat. Tadi ia begitu terburu-buru, ia bahkan tidak berkata apa-apa kepada Tashima. Semoga saja istrinya itu tidak berpikir aneh-aneh.

🐝🐝🐝

Setibanya di rumah, Gerald menemukan Tashima yang tertidur pulas hanya dengan menggunakan pakaiannya yang kebesaran, rambut gadis yang sudah ia sentuh basah oleh keringat, padahal malam ini tidak panas, malah dingin karena hawa hujan masih terasa.

“Mas minta maaf, Shima. Mas akan jelasin semua ini ke kamu, tapi belum. Bukan sekarang, tapi pasti, di saat mas yakin semua akan baik-baik saja," bisik Gerald seraya mengelus rambut Tashima dengan lembut.

Pria itu kemudian mengubah posisi duduknya menjadi berbaring di samping Tashima, merengkuh tubuh mungil sang istri dengan lembut, mengecup kening, dan kemudian berpindah ke pipi, lalu berpindah ke bibir. Sialnya, niat awal pria itu hanya mencoba-coba saja, malah sekarang ia ketagihan melumat bibir Tashima.

“Ngghhh, Mas?” Tashima membuka mata. Dahinya mengernyit heran, sambil berusaha bangun dari tidur.

Mengetahui Tashima yang hendak bangun, Gerald malah menindih tubuh Tashima, mengurung gadis itu dengan kedua lengannya, sementara itu, ia mendekatkan wajah pada ceruk leher Tashima, mengecup, lalu menghisap kulit Tashima hingga wanita itu menyerukan namanya bersama desahan pelan.

Tangan Gerald tidak tinggal diam, jemarinya berpindah ke arah pucuk merah kecoklatan milik Tashima yang menegang, tercetak jelas di balik pakaian kebesaran tanpa menggunakan bra.

“Mashh, ah!”

“Sebut namaku, sayang, lebih besar lagi.”

Jari-jari nakal pria itu mencubit pelan, dan memelintir hingga Tashima mau tidak mau mengerang. Tidak sampai di situ, tangan lain pria itu berpindah ke bagian bawah Tashima, melewati celana dalamnya, menggesek-gesek jarinya di sana, berputar, dan mencubit pelan benda yang sedikit basah itu.

“Mas suka kamu seperti ini, Shima.” Gerald membisik di samping telinga Tashima, lalu mengecupnya dengan lembut. Hal itu mau tidak mau membuat Tahsima kegelian.

“Mashhh Geralddh ... Ahhh!” Tashima meremas seprainya dengan erat, namun tidak bisa menahan diri, ia memindahkan tangannya ke punggung Gerald, dan merapatkan tubuh mereka. Secara insting, ia menggerakkan pinggangnya, menggesekkan sesuatu pada tubuh Gerald, meminta lebih.

Sialan. Tashima yang kecewa pun, hilang kendali karena sentuhan Gerald yang begitu candu. Pikiran jernihnya menghilang, dan yang ada di otaknya sekarang adalah, sentuh Gerald yang semakin gila.

“Shhh! Shimahh.” Gerald pun tak kuasa, ikut mendesah nikmat.

Gerald kemudian melepaskan semua pakaiannya, lalu disusul dengan Tashima yang tidak tertutup sehelai benang pun. Gerald tersenyum kecil, mengambil posisi di atas tubuh Tashima, ia memajukan wajah, lalu diikuti dengan punggung. Perlahan ia memasukkan dirinya, memenuhi Tashima yang memejamkan mata, dan meremas bahu pria itu kencang. Perlahan, Gerald memopa dirinya, baju dan mundur perlahan, hingga temponya di percepat, sangat cepat hingga mereka dibuat hilang akal.

Sekali lagi, Gerald meleburkan benih-benihnya di dalam tubuh Tashima.

To be Continued

Panas?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top