Bab 20 || Fakta yang Sejujurnya
[a.n: maaf, ya, guys. telat banget buat update. Wkwkwk. tapi sekarang aku bakal balik update, aku usahakan setiap hari, ya. jangan lupa vote, komen, dan share cerita ini ke teman-teman kalian!✌🏿💕]
Bab 20
Fakta yang Sejujurnya
Tashima masuk ke kamar dengan langkah lemah. Ia gusar memikirkan perkataan Alex beberapa waktu lalu. Duduk di atas ranjang, Tashima menghela napas, mencoba menjernihkan pikiran dari semua rasa kalut yang menghantuinya.
Jujur, Tashima tidak memiliki perasaan khusus kepada Alex. Atau memang dirinya saja yang tidak tahu membedakan antara tertarik kepada sahabat dan cowok? Tashima hanya kesal jika Alex tiba-tiba mengabaikan dirinya dan memilih bermain dengan teman-teman barunya, atau kadang dekat dengan teman sekolah yang tidak betul satu, membawa ia ke jalan tidak benar. Ya, hanya itu.
Apa itu artinya ia mencintai Alex? Tashima rasa tidak, berbeda dengan ia menatap Gerald, karena jantungnya selalu berdegup tak karuan, pipinya memerah, dan rasa-rasanya tidak mau berjauhan dari Gerald barang sejenak.
Pintu kamar terbuka, Gerald masuk dengan setelan baju tidurnya, kain satin berwarna biru tua yang membalut tubuhnya dengan pas, bahkan lengan kekarnya terlihat jelas dari balik kain itu. Tashima membuang wajah ke sembarang arah.
Pria itu naik ke ranjang, lalu berbaring memunggungi Tashima. Entah apa yang di benak pria itu, Tashima hanya bisa menebak dengan tidak pasti. Yang jelas, raut wajah pria itu tidak bersahabat, garis-garis tegas itu seakan menjelaskan bahwa ia tidak ingin berbicara malam ini.
Tashima berbaring dengan posisi memandangi punggung lebar suaminya sendiri. Sambil mengamati sang suami yang bernapas konstan, ingin sekali memeluk tubuhnya, namun ia urungkan niat. Malu rasanya, lagi pula, keadaan menjadi canggung setelah kejadian itu.
💕💕💕
Gerald tidak bisa makan dengan tenang, jika biasanya ia makan dengan bahagia, menikmati kopi buatan Tashima dengan nikmat, namun kali ini ia tidak bisa. Mengutuk dirinya yang terus memikirkan kejadian tadi malam, ia bangun dari tempat duduk, dan berjalan keluar dari apartemen bersama Raka, hendak mencari udara segar agar ia lebih waras lagi.
“Shima, saya ajak Raka jalan di luar dulu, kamu di sini aja.” Setelah berpamitan, mereka keluar dari apartemen dan berpapasan langsung dengan Alex yang juga membuka pintu apartemennya.
Melihat keadaan adiknya yang berantakan, membuat amarah Gerald yang sempat memuncak perlahan tersurut. Bagaimana, ia tetaplah kakak Alex. Menepuk pundak Alex, ia pun pergi dari hadapannya.
“Gue jujur soal yang semalam, Mas,” seru Alex yang menundukkan kepalanya.
Langkah ketiga Gerald tertahan, menarik napas panjang, ia kembali melangkah. Ia tahu Alex bersungguh-sungguh dengan perkataanya. Namun, tetap saja, ada rasa aneh yang mengganjal hati. Tidak suka ketika Tashima yang telah menjadi istrinya malah disukai oleh orang lain.
“Jadi, kalau emang niat lo cuma mau main-main sama dia, mending berhenti mas. Alasan Lo nikah sama dia enggak kuat,” imbuh Alex, berdecak jengkel di posisinya yang menatap tidak suka sang kakak.
“Kenapa baru sekarang kamu mati-matian untuk mendapatkan Tashima? Kemarin-kemarin pas kalian 24 jam selalu sama-sama kemana aja? Kalau tahu cinta sama dia kenapa nggak menyatakan cinta ke dia? Kenapa baru sekarang?” Gerald menurunkan Raka dari gendongannya. “Sekarang kami sudah berstatus suami-istri, Alex. Kamu harus tahu batasan kamu. Dan satu lagi, terlepas dari apapun alasan Mas menikahi Tashima, itu bukan urusan kamu. Tenang aja, Mas nggak akan nyakitin dia.”
Alex maju satu langkah lebih dekat, menuju Gerald yang mengeraskan rahangnya. “Apapun alasannya yang Lo maksud itu, udah bohongin Tashima, Mas! Lo pembunuh, tau, lo?”
“Mas enggak bunuh Nenek Gadis!!” bentak Gerald, kesabarannya semakin menipis karena terus dipojokkan seperti ini. Ia bahkan mengabaikan Raka yang sejak tadi menarik tangannya dan menyuruh mereka pergi, hingga saat ini anak itu kebingungan menatap ayah dan pamannya yang bersikukuh.
Alex tertawa terbahak-bahak, mengejek Gerlad. “Alah! Mau bohong apa lagi, Mas?”
Menyugar helaian rambut hitam yang sedikit memanjang, Gerlad lalu mengeluarkan ponselnya dari saku celana, membuka video rekaman jalan CCTV yang disabotase keluarganya. Ia menunjukkan rekaman itu kepada Alex.
Mata sipit Alex meneliti video itu dengan saksama, melihat mobil yang berjalan dengan ugal-ugalan hingga menabrak seorang nenek tua yang tengah menyebrang jalan. Ia kenal mobil itu milik mamanya. Tidak lama tua orang keluar dari sana, itu mama dan ayahnya. Melihat keadaan Nenek Gadis yang sudah berlumuran darah, mereka malah masuk kembali ke dalam mobil dan pergi dari sana.
Jadi ... Jadi ini alasan sebernarya? Yang menabrak nenek Tashima adalah mereka? Bukan Gerald. Kedua kaki Alex yang masih lemah karena efek mabuk, bertambah lemas hingga ia jatuh tersungkur di lantai.
“Udah? Ngerti sekarang?” Gerald menarik ponselnya dari Alex.
“Jadi ini perbuatan ayah sama mama? Mereka yang nabrak nenek Tashima sampai meninggal dunia? Tapi ... Tapi kenapa mas yang nikah?”
“Kamu paling tahu keadaan Shima setelah kehilangan neneknya dibandingkan Mas. Keadaannya enggak baik-baik aja, di umur yang masih muda, baru aja lulus SMA, pekerjaan susah dicari, menurut kamu dia mampu sendirian? Mas tahu ini berat, tapi menikahi Tashima adalah pilihan terbaik bagi mas waktu itu.”
“Lalu kenapa enggak kasih tau gue?” Kening remaja itu bertautan, kebingungan dengan semua kejanggalan yang terjadi.
“Apa yang bisa diselesaikan jika mas kasih tau kamu soal ini? Yang ada kamu selalu merasa bersalah, Lex!” jelas Gerald, menekan setiap kata-katanya.
“Kenapa harus menikah sama Tashima? Kenapa?”
“Memangnya alasan apa lagi yang paling mas? Mas bisa lebih leluasa menjaga dia, mas bisa perhatikan dia, apa yang dia butuhkan. Dengan menikah dengan Tashima, mas bisa memastikan ia baik-baik saja tanpa kehadiran neneknya.”
Alex menggeleng cepat. “Itu nggak bener, Mas. Kenapa enggak jujur aja? Mama sama papa kenapa enggak masuk penjara aja?”
“Mas sudah berusaha semampu, Mas! Mas nggak bisa lebih dari itu. Maaf, mas juga nggak tega biarin mereka masuk penjara. Mereka orang tua mas! Tapi mas sudah berusaha untuk membujuk mereka mengakui kesalahan mereka.”
Bersamaan dengan penjelasan Gerald selesai, pintu apartemen terbuka dan menampilkan Tashima yang menatap Gerald dan Alex secara bergantian. Matanya sudah sembab, dada gadis itu naik turun.
Tashima dan Alex saling berpandangan dengan napas tertahan. Apakah percakapan mereka baru saja didengar oleh Tashima? Apa semua telah terbongkar sekarang.
Melangkah mendekati Tashima, Gerald berseru panik. “Mas bisa jelasin semuanya. Tapi tolong jangan pergi, ya?”
“Huh? Nggak perlu, Mas. Nggak papa, kok.”
Pria satu anak itu berdiri mematung di tempatnya dan meneguk salivanya dengan kasar. Tamatlah semua ini, Tashima sepertinya mendengar semua. Gerald mengatupkan bibirnya, meremas tangannya sendiri dengan kasar. Sialan.
To be Continued
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top