Bab 19 || I Love You, Shima
[ a.n: kalian, kalau aku kasih patokan vote boleh nggak? Aku bakal update kalau vote-nya udah 20 bintang. Btw, suprise, Double up. Yang belum follow, follow akun wattpad aku, ya biar kalian tahu ada banyak cerita baper lainnya yang akan menanti untuk dibaca. ]
Bab 19
I Love You, Shima
“Jadi kamu siap melakukan hubungan badan sama saya?” tanya Gerald, pagi itu, ketika ia sudah mandi, memakai pakaian santai dan menyeduh teh di atas meja makan.
Tashima menghentikan pergerakannya untuk mengolesi selai kacang di atas roti. Adegan panas tadi malam masih melekat di kepala sejak bangun tidur, dan gadis itu mati-matian untuk menguburkan semuanya, namun kenapa Gerald dengan enteng menyerukannya? Keterlaluan. Tashima melanjutkan kembali kegiatannya.
“Sudah kewajiban aku, kan, Mas?” tanya balik gadis itu seraya meletakkan roti isian selai di atas piring.
Gerald menghela napas berat. “Saya nggak lagi bahas soal kewajiban kamu sebagai istri. Tapi saya tanya kesiapan kamu. Benar-benar kemantapan kamu, jika kamu siap, besok atau sebentar saya hubungi dokter, biar kita konseling.”
“Memangnya untuk apa, Mas?” Tashima perlahan mulai tidak gugup lagi, ia menenangkan diri, dan mungkin ini memang waktu yang tepat untuk membahas semua masalah hubungan ranjang hingga tuntas.
“Raka masih kecil, dan kamu masih terlalu muda untuk hamil. Banyak risiko kalo kita berhubungan dan kamu hamil. Jadi mas pikir, kita bisa konsultasi ke dokter dulu?”
Benar. Tashima mengangguk paham. “Aku juga merasa belum siap hamil, mas, untuk waktu dekat ini, aku mau perhatianku tertuju benar-benar sama Raka, aja.”
“Jadi?”
“Jadi?” Tashima menautkan alisnya. Ah, barulah ia sadar, belum menjawab pertanyaan Gerald. “Aku siap, Mas. Lahir batin. Hanya ....”
“Hanya?” tanya Gerald. Ia berusaha untuk tidak menarik ujung bibirnya melihat Tashima salah tingkah. Semakin ke sini, istrinya ini terlihat semakin menggemaskan saja, belum lagi ia tampak seksi dengan pakaian-pakaian rumah, atau Gerald saja yang selama ini buta, dan baru menyadarinya?
Bayangan tadi malam memenuhi ingatan pria itu, bagaimana kulit mereka bergesekan, suara mendesah panjang sambil menyebut namanya berulang kali, setiap lekuk tubuh yang terpahat indah. Ukuran yang pas dengan tangannya. Dan sialnya, tadi malam ia harus bermain tangan sendiri di kamar mandi sambil membayangkan wajah Tashima. Sadar Gerald, ini masih terlalu pagi untuk memikirkan hal itu.
“Aku ..., se–sedikit takut, dan malu, Mas.” Wajah, hingga leher Tashima memerah. Sebagai pengalihan, ia mengikat rambut se-punggung yang mulai bertambah panjang.
Gerald menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Jika itu, semua orang pasti malu, ia pun malu awalnya. Hanya, kalau sudah larut dalam setiap sentuhan yang intim, pasti semua perasaan malu, canggung akan terlupakan. “Nanti Mas matikan lampunya.”
“Ba—baik, Mas.”
“Besok atau sebentar kita hubungi dokter obgyn?”
“Hmm ... terserah Mas, sajalah.” Tashima meneguk air putih setelahnya. Bisa-bisa pria itu membahas hal ini dengan santai, sementara ia gugup setengah mati, apa jangan-jangan karena Gerald sudah berpengalaman?
Tashima jadi teringat mantan istri Gerlad, yang cantik, mungil, cerdas dan sekarang memilih untuk pergi dan menjadi orang sukses, seorang fashion designer. Apa Gerald masih mencintai Tasya? Sebuah pertanyaan lama yang kembali terlintas.
“Sebentar, saya sudah hubungi dokter sejak lama, sehari setelah kita menikah, hanya memang belum ada waktu untuk membahas ini, dan sekarang fixed,” jelas Gerald.
Suasana kembali hening, memutar otak untuk mencari alasan dan keluar dari suasana ini. Buru-buru, Tashima berpamitan untuk melihat keadaan Raka di kamar yang tengah bermain sendirian. Seharusnya ini hal tabu bagi pasangan suami-istri, hanya berbeda perkara dengan Tashima yang jiwa muda alias remajanya masih mendarah, ditambah minimnya pengetahuan dan interaksi dengan pria selama ini menambah kericuhan dalam dirinya.
“Shima, kamarnya bukan di situ,” sahut Gerald ketika Tashima memilih masuk ke kamar mereka, sedangkan Raka ada di kamar sebelahnya.
••••
Alex masuk ke dalam rumah, hari sudah malam dan keadaannya kacau. Sangat kacau. Ia mabuk berat, aroma alkohol bercampur rokok menyerbak di sekitarnya.
Tashima yang membuka pintu pun harus berjalan mundur setengah langkah dengan tatapan meneliti sang sahabat, alias adik iparnya itu. “Lo mabuk, Lex? Yuk, sini masuk!” suruh Tashima, berjalan mendekati Alex, memegang lengan pria itu agar berjalan dengan benar menuju sofa.
Gerald yang mendengar keributan, akibat suara Alex yang menyeletuk tidak jelas dan Tashima yang terus berusaha mekasa Alex untuk berjalan dengan benar. Pria itu kemudian mendekati mereka, mengambil alih Alex dari Tashima dan memberikan kode dengan tatapan agar Tashima mundur.
“Arghhh! Jangan sentuh gue! Pembohong!” seru Alex, menghentakkan tubuhnya dari Gerald hingga tangan pria itu terlepas dari tubuh adiknya. “Gue maunya sama Shima. Minggir!”
Saat berjalan menuju Tashima, Alex tersandung kakinya sendiri dan jatuh ke lantai. Tertatih, ia berusaha bangkit berdiri, dan selalu terjatuh kembali. Entah berapa gelas ia habiskan di tempat minuman keras.
Baiklah, Gerald masih bisa menahan diri untuk sekarang. Ia kembali menarik tangan Alex, dan berusaha untuk bangun kembali. Namun tetap, tangannya ditepis oleh Alex. Menghela napas panjang, jika terus begini, kesabaran bisa menipis.
“Alex!” seru Gerald tegas. Sekarang bukan saatnya ia bersikap seperti ini.
Alex mengangkat wajah, menatap tidak suka sang kakak dengan satu alis terangkat. “Kenapa? Nggak suka? Mas pembohong, penipu! Mau gue kasih tau Shima yang sebernarya kalau lo itu—”
Mengeraskan rahangnya, Gerald menarik kasar Alex, hingga bangun dari posisinya, ucapan cowok itu pun terputus. Bukan ini yang Gerald inginkan. Belum saatnya Tashima mengetahui fakta ini. Jangan dulu. Biar Gerald sendirilah yang mencari cara agar bisa disampaikan kepadanya. Namun tunggu, sedikit lagi. Gerald harus melapangkan hati, dan membesarkan jiwa jika hari itu datang, dan Tashima memutuskan untuk meninggalkannya, mengakhiri pernikahan mereka.
“Kamu balik ke apartemen kamu!” suruh Gerald, menyeret adiknya ke arah pintu apartemen. Jika ia masih ada di sini, keadaan akan memburuk. Tidak. Gerald tidak mau itu terjadi. Jangan sampai.
“Ck!” Alex berdecak jengkel. “Gue mau ngomong sesuatu sama Shima! Siapa tau setelah kalian cerai, gue bisa sama dia! Lepas!”
“Alexxx!”
“Shima, i love you!” teriak Alex kencang, melepaskan diri dari Gerald dan berlari ke arah Tashima, memeluk kakak iparnya itu dengan erat. Yang sejujurnya membuat gempar orang-orang yang ada di sana.
“Gue cinta sama Lo, bego!” bisiknya, suaranya melemah. Hingga akhirnya kesadarannya menghilang dan menindih tubuh Tashima.
Tashima tidak berkutik, ia linglung, otaknya melemah setelah pengakuan Alex. Apa? Tidak, ini tidak benar. Ini pasti efek samping dari mabuk dan kesepian ditinggal sahabat, sehingga Alex bisa berkata demikian. Tashima yakin itu.
“Lex? Lo nggak papa kan?” panggil Tashima yang mulai merasakan beban berat dari tubuh Alex yang limbung.
Gerald berjalan ke arah mereka. Perasaannya sendiri campur aduk. Alex mengakui perasaannya kepada Tashima. Lalu melihat respon Tashima yang tak kalah terkejutnya, membuat hati pria itu berat. Apa jangan-jangan selama ini mereka saling mencintai? Wajar bukan jika mereka saling menyimpan rasa? Bagaimanapun, Tashima adalah gadis yang cantik, baik, dan selalu ada untuk Alex. Begitupun adiknya itu, ia cowok yang tampan, banyak gadis-gadis yang menggemarinya. Namun selama itu, hanya Tashima seorang yang berasa di sisi Alex.
Apa Gerald membuat kesalahan dengan menikahi Tashima?
To be Continued
P.s: gimana bab ini?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top