Bab 18 || Malam yang Menggairahkan [21+]


[ Warning: 21+ guys. Mohon dibawa umur skip aja bab ini, ya. Seriusan, nggak papa diskip, daripada kau tercemar. ]

Bab 18
Malam yang Menggairahkan

"Huh?" Tashima tidak menyangka bahwa isi pikirannya bisa dibaca oleh pria ini.

Pria itu mengambil koyo dari Tashima, kemudian menarik tubuh gadis itu untuk kembali duduk di atas ranjang, membelakanginya. Tangan Gerald perlahan membuka kemasan koyo, dan melepaskan kertas putih yang membungkus perekat benda itu. Waktu seakan melambat saat ini, bagi Gerald, pun Tashima.

Demi apa, Tashima mencoba menahan diri agar tidak bersuara aneh. Jantungnya berdegup kencang sampai-sampai gadis itu takut suaranya terdengar ke kuping Gerald. Malu sekali dirinya jika ketahuan salah tingkah. Perlahan, ia mengangkat baju tidurnya.

Sedangkan Gerald pun tak kalah gugup dengan Tahsima. Pasalnya, tindakan Tashima yang mengangkat pakaian secara perlahan terlihat sangat sensual baginya. Damn! Batin pria itu, menarik napas dalam-dalam hingga paru-paru terisi penuh. Ia harus tetap waras, niat awalnya memang tidak ingin melakukan apapun, namun jika ia tidak bisa menahan diri, mungkin sesuatu yang besar bisa terjadi hari ini.

Sabar, dan tahan Gerald. Pria itu menguatkan diri, dan berhenti memikirkan hal aneh tentang sesuatu yang membuatnya sakit kepala.

Akhirnya, Tashima berhasil mengangkat bajunya sampai sebatas leher, memperlihatkan punggungnya yang putih, ada sedikit rambut-rambut halus di sana, dan tahi lalat di tengah-tengah. Tidak lupa tali bra berwarna cokelat yang terpasang di sana.

"Hmm ..., Mas?" cicit Tashima, yang sialnya malah terdengar serak. Ada-ada saja, mengapa seperti ini, Tashima terbatuk-batuk canggung, dasar! Ia malu.

Gerald pun memasangkan benda itu di punggung Tahsima, kulit mereka saling bersentuhan, menghantarkan arus listrik ke aliran darah merah. Keduanya sama-sama menahan napas, dengan debaran tak tertahankan. Setelah itu, Tashima menurunkan pakaiannya, lalu suasana kembali sunyi, percaya tidak percaya, atmosfer di sana benar-benar kaku, dan entah mengapa oksigen seperti menipis di sini.

Tashima membalikkan tubuh, ia kemudian duduk di ranjang, tempat biasanya ia berbaring. Pasangannya tidak fokus, gadis itu tengah berpikir sejenak, untuk mengambil keputusan yang besar dalam hidupnya.

"Mas?" panggil Tashima. Ia tidak tahu apa keputusannya sudah benar atau tidak saat ini. Ia tidak bisa membohongi diri, ia sejujurnya tidak tega melihat Gerald yang selalu menahan diri. Apalagi, setiap kali mereka berada di situasi mendebarkan seperti ini, Tashima benar-benar merasa tidak becus menjadi istri yang baik. Mengapa pula, wajah pria itu hanya datar seperti papan triplek.

Mengangkat satu alisnya, Gerald hanya merespon seperti itu. Ia kemudian duduk di ranjang. Di samping Tashima seraya menarik ponsel dari saku celananya, kemudian membuka grup chat bersama teman-temannya yang kembali menggodanya bersama Tashima.

Karena tidak mendapat respon sesuai keinginannya, Tashima memutuskan untuk berbaring terlebih dahulu. Sambil menimbang-nimbang apa yang akan ia lakukan selanjutnya. Final, gadis itu bangun kembali dan menarik tubuh, kemudian menyatukan bibir mereka.

Hanya menyatukan, tanpa menggerakkan. Jangankan menggerakkan, untuk membuka mata saja, Tashima tidak berani, batas maksimal keberaniannya sudah melampaui batas dan jika ia melewatinya lagi, Tashima tidak tahu apa yang akan terjadi padanya.

Merapatkan serangan tiba-tiba dari Tashima tentu membuat pria beranak satu itu tercengang. Bahkan matanya terbelalak. Ada apa ini?

Gerald menjauhkan wajahnya dari Tashima. Sebelum ia melakukan sesuatu yang lebih gila lagi, ia harus bertanya, memastikan lagi kepada gadis itu. "Are you sure?" tanya pria itu, tatapannya berubah, penuh tanda tanya.

Kepala gadis itu mengangguk pelan. Ia berusaha meyakinkan suaminya, bahwa ia baik-baik saja dan siap melakukan tugasnya malam ini.

Tubuh Tashima ditarik, lalu diangkat hingga kini berada di atas tubuh Gerald, pria itu kembali menyatu tautan bibir yang sempat berhenti sebelumnya. Kali ini ciuman yang begitu panas, hingga rasanya setiap pembuluh darah di tubuh mereka ingin meledak-ledak bersama desiran darah yang dipompa oleh debaran jantung yang tak terkendalikan oleh hasrat. Bunyi decak bibir dan lidah saling bersautan, menambah panas suasana.

Kedua tangan Gerald tidak tinggal diam, menyibak dibalik pakaian tidur Tashima yang sebagian kancingnya telah terlepas di atas, hingga menampilkan belahan putih yang menggoda. Sial, sesuatu di bawa sana seketika mengeras, dan sesak.

Tashima tidak tahu harus membuat apa awalnya, sebab semua sentuh ini sangat baru baginya. Namun perlahan, ia mengikuti insting, mendekati wajahnya di atas leher Gerald, meninggalkan bekas-bekas kecukupan kecil di sana. Begitu pula Gerald. Tidak terasa pakaian teratas Tashima sudah terlepas, tidak ada sebenang pun yang menutupi dua benda kenyal itu. Mereka saling menempel erat, dan mengisi satu sama lain.

Gerald mengeraskan rahangnya. Segera ia mengubah posisi hingga Tashima berada di bahwa tubuhnya, kembali tangan pria itu bergerak lincah di atas tubuh Tashima, membuat gadis itu mendesah tak karuan, menyerukan namanya berulang kali.

"Mash."

"Say it loud," bisik Gerald sensual. Tangannya berpindah dari satu tempat ke bagian terbawah gadis itu, menyelinap masuk ke dalam, dan menggesekkan jarinya di sana.

"Janganh. Mas!" Tashima memekik kaget ketika jari-jari Gerald bermain lincah di sana. Tashima memejamkan matanya, mencoba untuk menetralkan sensasi luar biasa yang diberikan oleh Gerald dengan cara meremas seprei ranjang, dan mengigit bibirnya.

"Sssst." Gerald naik ke atas, kembali fokus pada wajah Tashima yang sudah dipenuhi dengan gairah, rambutnya acak-acakan, keringat di keningnya bercampur dengan milik Gerald.

Siapa yang menyangka, bahwa detik itu pula, Gerald menghentikan aksinya. Padahal tubuh mereka sama-sama sudah telanjang, tanpa ada busana. Pria itu membaringkan tubuhnya di samping Tashima. Lalu memeluk gadis itu erat, sangat erat. Sesekali ia mengecup kening gadis itu.

"Mas minta maaf, enggak seharusnya ini terjadi." Gerald berseru, tulus. Jangan, ia harus menahan diri. Jika pun, ia melakukannya, sepertinya mereka harus berbicara serius terlebih dahulu.

Bohong jika ia kuat, omong kosong. Gerald tidak kuat menahan dirinya. Jika tidak berpikir tentang tanggungjawab, alasan utama ia menikahi Tashima, sudah dipastikan permainan mereka akan berlanjut. Namun cukup sekali saja, ia menjadi pria pengecut yang berdiam diri. Jangan lagi, Tashima layak miliki masa depan yang cerah.

"Besok, kita bahas soal ini. Mana yang lebih baik untuk kita. Setelah apa akhirnya, kita konsultasi ke dokter. Okay?" Seru Gerald, lagi. Ia kemudian menutup tubuh Tashima dengan selimut, lalu berdiri dari sana.

Tashima mengangguk pelan. Ia masih bingung dengan semua perasaan yang baru pertama kali ia rasakan. Tentu ia pernah melihat film yang menayangkan adegan ranjang, menonton film dewasa lainnya, dan kadang terpikirkan untuk melakukannya, namun sensasi ini, sangat jauh dari yang selama ini ia pikirkan.

Pantas saja, banyak orang kecanduan berhubungan badan. Tashima menarik napas, menutupi seluruh tubuhnya hingga kepala. Ah, ia kini tanpa busana, dan Gerald juga, mereka melakukan sesuatu yang begitu intim. Pipi dan telinga Tashima memerah.

Perlahan, gadis itu bangkit berdiri, memunguti pakaian yang berantakan di lantai, lalu memakainya sebelum Gerald keluar dari kamar mandi. Tashima menyadarkan diri di punggung kasur, menunggu Gerald keluar dari sana, namun hingga tiga puluh menit, pria itu tak kunjung keluar.

Tashima panik. Ia takut terjadi sesuatu kepadanya. Ia turun dari ranjang, dan berdiri di depan kamar mandi.

"Mas? Nggak papa, kan?" seru Tashima, penuh kehati-hatian.

"Iya, kamu tidur duluan."

To be Continued

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top