Bab 04 || Alergi Udang
[ Jangan lupa vote, komen, dan share cerita ini ke teman-teman kalian, yah ]
Bab 04
Alergi Udang
Tashima tidak tahu kapan pasti ia memiliki rasa tertarik kepada Gerald. Namun, jika ditanya kapan ia menyadari ia jatuh cinta kepada duda satu anak itu ketika ia kelas satu SMA. Itu pun karena patah hati sebab kabar pernikahan Gerald dengan mantan istrinya.
Tashima tidak termotivasi untuk beberapa saat untuk melakukan apapun, bahkan untuk makan dan diajak main oleh Alex ke mall, sekaligus menonton film yang telah lama ia tunggu-tunggu tayang. Sampai akhirnya Tashima mencurahkan isi hati kepada Alex sambil menangis lebay-memikirkan hal ini kembali agaknya menyakiti ego Tashima yang terkenal dengan bawang laki-laki-hingga orang-orang di sekolah beranggapan ia dan Alex sedang berantem. Kisah yang memalukan, akan tetapi dari situlah Tashima sadar akan perasannya.
"Udah bangun ternyata." Tashima yang diam sejak tiga puluh menit yang lalu di atas ranjang hotel dan memikirkan hal random yang tiba-tiba terlintas di benaknya langsung tersadar dengan suara bariton Gerald yang keluar dari kamar mandi.
"Pagi Mas." Tashima mengulum bibir, ia menunduk sambil merutuki suaranya yang serak dan seperti ... ia tidak berani memikirkan, ketika menyapa.
Tahsima mencoba batuk beberapa kali, berharap suaranya lebih sopan dan biasa saja. Ia kemudian turun dari ranjang dan berjalan ke kamar mandi untuk mencuci wajah dan menyikat gigi. Sejujurnya, Tashima jarang melakukan hal ini, akan tetapi statusnya sekarang sudah berubah dan tidak etis sama sekali jika ia berpenampilan seperti ini di depan Gerald.
Gerald sendiri juga cukup kaget mendengar suara Tashima. Saraf-saraf otak yang selama ini tidak teraktif pun mulai bekerja dengan sendiri, mengirimkan sinyal-sinyal listrik yang mendebarkan. Sial. Tidak biasanya ia seperti ini. Mencoba biasa saja, ia berjalan ke meja rias dan duduk di kursi sambil menatap punggung mungil gadis itu yang menghilang dari balik pintu.
Mata Gerald menyipit, ia teringat sesuatu, pria itu berseru. "Jangan lupa pakaiannya diambil dulu, Shima. Kamu mau mandi, kan."
Tidak lama pintu kamar mandi terbuka dan gadis yang kini remsi memiliki satu anak itu segera mengambil pakaiannya di lemari hotel dan berlari cepat kembali.
Senyum Gerland melebar hingga deretan gigi putihnya terlihat jelas. Entahlah, ia selama ini tidak berpikir bahwa gadis setengah tomboi itu akan berlagak malu-malu kucing seperti ini di depannya. Hal ini membangkitkan semangat Gerald untuk menjahili Tashima. Reka adegan sudah terpampang di otaknya, apa yang harus ia lakukan dan hal lainnya yang akan menghibur beberapa hari kedepan.
Teringat bahwa, hari ini ia harus mengatur hal-hal yang harus ia bawa nanti ke Amsterdam, Gerald mencari-cari ponsel di sekitar. Setelah mencari di seluruh bagian kamar, dan mengacak tempat tidur dan laci hotel, akhirnya bayangan terkahir ia memegang benda pipi itu terlintas di ingatan.
Gerald melangkah ke kamar mandi dan mengetuk pintu. "Shima?"
"Iya, Mas?" jawab Tashima dari dalam.
"Ada ponsel mas di sana nggak?"
Tidak ada jawaban, Tashima sepertinya sedang mencari ponsel pria itu, hingga pintu kamar mandi terbuka kecil dan tangan mungil setengah basah Tashima keluar bersama benda yang dicari Gerald.
"Ini mas." Tashima menggoyang tangannya, memberi kode agar pria itu segera mengambilnya.
Meneliti kulit setengah basah Tashima yang mulus, agaknya mengacaukan pikiran Gerald. Ayah Raka lalu mengambil ponselnya dan mengucapkan terima kasih. Jika seperti begini, Gerald yang tidak waras jadinya.
Semetara itu, Tashima di dalam kamar mandi sedang meraba detak jantung yang tak terkontrol. Dalam keadaan seperti ini, dan tiba-tiba Gerald memanggil. Ya Tuhan, jantung Tashima seperti mau keluar dari tulang rusuk.
Sampai kapan ia bisa menahan diri? Jika begini terus, Tahsima bisa lepas kontrol dan menerkam Gerald duluan. Ah, gila. Ini gila. Tashima kemudian menyalakan shower dan membahasi tubuhnya. Semoga setelah mandi, pikiran dan ketenangan jantungnya tetap terjaga dan Gerald tidak melakukan sesuatu yang sekali lagi memorak-porandakan hati dan kewarasan seorang Tashima Hilungka.
Usai memakai pakaian dan melingkar rambut dengan kain bersih, Tashima memberanikan diri untuk keluar. Masa iya, ia harus di kamar mandi selama satu jam? Tidak, ia tidak suka masuk angin.
Untungnya tidak ada Gerald di dalam sana. Untuk sesaat ia bisa bernapas lega. Baru saja kakinya hendak melangkah, pintu kamar terbuka dan menampilkan sosok adik ipar yang tampaknya tidak tidur, dan aneh, kenapa banyak ruam dan bengakak di tubuh dan wajahnya?
"Muka Lo kenapa gitu? Sakit lo? Makan udang Lo?" Tashima berjalan menuju Alex ketika melihat gelagat aneh sahabatnya itu. Secara naluri ia menaruh punggung tangan di kening Alex. "Lo demam!"
"Gu ... gue nggak sengaja makan u ...udang." Dengan susah payah Alex berseru, demi apapun, hidungnya memerah.
"Sarap Lo! Mau cari mati! Ayok!" Tashima menarik tubuh Alex dan membantunya berjalan keluar dari kamar. Yang ia pikirkan sekarang adalah mengantar Alex ke rumah sakit terdekat agar segera ditangani. Masa bodoh dengan handuk yang masih melingkar di kepalanya, juga wajah yang sama sekali belum disentuh oleh bedak, dan kawan-kawannya. Nyawa Alex nomor satu.
••••
7 tahun yang lalu.
"Shimaaa? Woi. Sini aelah, biasanya juga malu-maluin!" Alex menyeret Tashima masuk ke halaman rumah. Tubuhnya yang pendek dan sedikit berisi kesulitan menarik Tashima hingga pada akhirnya ia berdecak jengkel.
"Gue malu kali, gums. Pelan napa, hih. Mana Abang lo cakep lagi!" Ups, Tashima keceplosan menyebut kakak Alex tampan. Ia menggigit bibir sambil tertawa canggung.
Mendengar itu, Alex tertawa terbahak-bahak sambil menunjuk temannya itu. "Cieee, suka lo sama mas Gerald? Laporin ah!"
"Eh! Oke, kalau lo laporin, gue aduin juga ke mama lo, kemarin ngajak anak kelas 4 pacaran kan?" Tashima dengan deragam sekolah SD yang sedikit kusam dan acak-acakan tersenyum jahat sambil mengangkat kedua aslinya, menggoda Alex.
"Aduin sana, gue laporin semua kegilaan lo di sekolah." Tashima kembali mengancam. Salah Alex sendiri, kenapa Cepu. Kalau Cepu, semua juga bisa.
Alex menyengir kaku, ia menahan tangan Tashima, dan mengelusnya pelan. "Nggak, gue canda doang, tadi. Yuklah masuk!"
Demi apapun, Tashima tidak berkedip sedetik pun ketika Gerald berada di depannya ketika membuka pintu dan menatap secara bergantian dua bocah di hadapannya.
"Masuk. Teman kamu, dek?" ujar Gerald, membukakan pintu lebih lebar lagi dan mempersilahkan Tashima masuk.
"Hmm, iya mas."
Melihat sahabatnya itu tidak bergerak dari posisi dan terus menatap mas-nya tanpa berkedip, Alex menarik tangan Tashima dan berbisik pelan. "Itu mah, nggak gue kasih juga ketahuan!"
Tashima tertawa cekikikan. "Abisnya ganteng bener abang kalau dari dekat gini, Lo. Sering-sering ajakin gue main di sini ya?"
"Hayo, ini siapa, Dek? Pacar kamu?" Daniel yang ternyata tidak pergi ke kantor hari itu turun dari lantai dua dan mendapati anaknya bersama gadis seusianya.
Baik Tashima dan Alex sama-sama menggeleng. "Nggak, om!"
"Selera aku di atas papa. Yang putih bersih!" sahut Alex sambil menilai Tashima. Anak laki-laki itu pun memilih berjalan meninggalkan Tashima di ruang tamu dan ikut dengan ayahnya ke dapur.
Tashima yang mulai kebal dengan mulut pedas Alex hanya mendelik tajam sebentar Sebelum akhirnya mencari keberadaan Gerald.
Kebetulan hari ini ada tugas kelompok yang diberikan guru di sekolah, dan entah bisa Tahsima sebut sebagai keberuntungan atau bukan, ia malah sekelompok dengan Alex, sahabatnya sendiri. Namun untuk beberapa saat, gadis kecil itu akan beranggapan ini sebagai keberuntungan karena ia bisa bertemu dengan Gerald, si pangeran tampan yang siap mengisi imajinasinya untuk beberapa saat kedepan.
Bersambung
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top