Part 6: Keluarga?
Seharusnya hari ini Yola janji bertemu dengan Satrya untuk makan malam bersama, tetapi rencana mereka batal. Tim audit yang sedang melakukan SO ternyata menemukan selisih di tokonya. Jadilah, Yola dan Wiwid harus pulang di atas jam kerjanya demi meluruskan masalah yang terjadi, kalau tidak ingin beban dana di akhir bulan meledak.
"Bu Indy tuh, kalau belum ketauan salahnya di mana, bakalan dicari terus sampai dapet. Capek banget gue, La." Wiwid bersuara saat keduanya baru keluar Best Mart usai mengunci pintu toko.
"Ya, bagus gitu dong. Dari pada nanti dapet SQI-nya jelek. Kita juga yang repot, Wid."
"Bener juga lo." Wiwid berniat mengajak Yola makan lebih dulu, tetapi gadis itu menolak dengan alasan ingin segera istirahat. Akhirnya, Wiwid pulang duluan dengan motor bebeknya.
Yola mengambil ponselnya di dalam saku jins untuk memesan ojek online. Motornya kembali dipinjam Yayu untuk kuliah. Sebenarnya, ia sangat keberatan. Namun hasil akhirnya mereka akan kembali berdebat dan Yola sedang tidak bertenaga untuk melakukan itu. Jadi, ia memilih untuk mengalah.
Yola melihat ojek pesanannya sudah tiba. Ia lalu naik ke atas motor dan berujar, "Bang, boleh ganti alamat tujuan?" katanya tiba-tiba berubah pikiran.
"Lebih jauh atau lebih deket nih?"
"Lebih jauh sih, Bang, tapi nanti saya tambahin ongkosnya. Saya batalin dulu pesanan sebelumnya, nanti saya pesen lagi terus Abang yang terima."
"Oke deh, Neng."
Yola sedang mencoba mencari peruntungan dengan datang ke kantor lelaki itu. Terakhir kali ia menghubungi Satrya, lelaki itu berniat lembur malam ini. Ia hanya sekadar menebak bahwa lelaki itu masih berada di kantornya, tanpa menanyakan kabar terbaru lebih dulu.
Sampai di depan kantor Satrya, Yola melihat lelaki itu baru saja keluar dari gedung kantor. Pas sekali, pikirnya. Yola buru-buru menekan tombol panggil di ponselnya.
"Pulang, yuk!" katanya usai panggilan tersambung.
"Yuk?" Yola tersenyum sambil memperhatikan wajah Satrya dari jauh. "Lihat ke depan kamu!"lanjutnya kemudian. Yola melambaikan tangan saat Satrya sudah berhasil melihat ke arahnya. Senyumnya tak lepas kala memandang lelaki itu, sementara Satrya masih terlihat kebingungan.
Lelaki itu akhirnya menghampiri Yola usai sambungan telepon terputus. "Enggak bilang kalau mau ke sini. Kalau saya sudah pulang, gimana?"
"Ya, aku bakalan pulang juga dong." Yola menyengir lebar.
"Kenapa enggak telpon saya dulu kalau mau ke sini sih?!"
"Ponsel aku mati setelah pesen ojek online." Yola tertawa melihat Satrya yang geleng-geleng kepala di depannya.
"Posel kamu memang bukan buat komunkasi, ya. Zaman sekarang kan, ada power bank atau yang lainnya."
"Aku lebih suka mencari peruntungan, Mas. Aku percaya takdir. Kalau misalnya malam ini aku enggak bisa ketemu kamu, ya, itu artinya aku lagi enggak beruntung."
"Kamu tuh. Lagian ini udah malem, kalau di jalan ada apa-apa, gimana?" Bukannya menjawab, Yola mendaratkan kecupan di bibir lelaki itu. "Makasih, ya. Mas Iya udah khawatirin aku."
"Kalau begini ceritanya, malah saya yang terkejut sama sikap kamu."
"Enggak suka, ya?" tanya Yola sambil memasang wajah khawatir. Namun bukannya menjawab, lelaki itu memandang lekat ke arah Yola lalu memeluk gadis itu.
"Suka."
"Lari yuk, Mas!" Satrya mengurai pelukannya.
"Lari?" Yola mengangguk.
"Sampai depan kedai Chicken Queen. Buat yang menang boleh minta apa pun dari yang kalah." Keduanya akhirnya berlari demi mendapatkan gelar kemenangan.
Kali ini hari Kamis Yola kembali diintervensi oleh Mama Mia. Perempuan itu memintanya membantu di tempat laundry seharian. Dan sore ini ia diminta mengantar pakaian yang sudah selesai dicuci. Rasanya Yola sudah merasa familiar baik dengan lokasinya maupun pemiliknya, karena sudah beberapa kali mengantar ke cluster ini. Perempuan cantik yang terakhir kali memberinya tip ternyata sangat ramah dan cukup sering mengajaknya mengobrol.
Sejak saat itu, Yola jadi berani memberi roti dan kue hasil kreasinya kepada perempuan itu. Yola makin semangat mengasah trik membuat kuenya, karena mendapatkan respons positif dari perempuan itu. Mereka kini bahkan sudah bertukar nomor ponsel, karena perempuan itu beberapa kali memesan roti dan kue buatan Yola untuk keluarga dan teman-teman kantornya.
"Hari ini enggak ada croissant isi abon ya, La?"
"Enggak ada, Mbak. Kebetulan stok abon lagi habis. Memangnya ada yang pesan, Mbak?"
"Saya sih, yang lagi kepengin makan croissant isi abon."
"Kalau begitu, nanti malam saya bikinin buat Mbak."
"Kamu memang enggak ada capeknya, ya. Enggak usah, deh. Nanti saja kalau kamu sudah nyetok bahan-bahan kue lagi." Perempuan itu menepuk bahu Yola sembari melempar senyum manis. "Oh iya, La, soal permintaan saya yang waktu itu, apa sudah kamu pikirkan? Saya serius lho!"
Yola bergeming memikirkan tawaran yang tempo hari perempuan itu katakan kepadanya. "Masih dipikirin sih, Mbak."
"Jangan lama-lama, ya, La! Maksimal akhir bulan ini kamu harus ambil keputusan. Kalau kelamaan, nanti kesempatannya bisa diambil orang!"
"Iya, Mbak."
Yola sedikit bimbang dengan tawaran yang ia dapatan dari perempuan itu, karena masih memikirkan keluarganya. Bagaimana kalau ia melanjutkan pendidikan yang jauh dari rumah, bahkan negara mereka sendiri. Namun, di sisi lain ia begitu ingin mewujudkan mimpinya selama ini. Menjadi seorang yang ahli di bidang pastry.
Sampai rumahnya, Yola ingin langsung mandi agar bisa istirahat. Ia hendak berjalan menuju kamar mandi, tetapi langkahnya terhenti saat melihat laci di kamarnya terbuka. Seingatnya tadi pagi Yola tidak membuka-buka laci tersebut, karena di sana ada benda penting. Yola merasa ada yang tidak beres. Lantas, ia segera memeriksa isinya.
Gadis itu mengambil dompet yang ada di dalam laci tersebut lalu memeriksa isinya. Jantungnya berdegub lebih cepat dari sebelumnya. Kepalanya memutar ingatan dan dugaan tentang kemungkinan-kemungkinan yang ia pikirkan benar terjadi.
"Ma! Mama!" panggil Yola kepada Mama Mia dengan nada tidak sabar. Namun, perempuan yang dipanggil itu masih tak menjawab seruannya. Pintu kamar Mama Mia setengah terbuka, jadi ia bisa melihat keberadaan perempuan itu di dalam. Yola masuk tanpa izin dan langsung melempar pertanyaan. "Ma, Mama tahu uang Yola yang ada di dalam sini ke mana?" Gadis itu menunjukkan dompet panjang berwarna cokelat kepada Mama Mia.
"Uang apa?" Mama Mia balik bertanya, karena masih terkejut melihat Yola muncul di kamarnya dengan amarah yang tampak jelas di wajahnya.
"Aku nyimpen uang di sini. Enggak mungkin hilang sendiri." Yola memperhatikan raut wajah Mama Mia yang datar saja seolah sudah mengetahui ke mana larinya uang yang ditanyakan olehnya.
"Yakin kamu simpan di dompet itu? Coba dicek lagi, barangkali kamu salah simpan."
"Ini ulah Yayu kan? Mama jangan berusaha menutupinya!"
Mama Mia terdiam cukup lama, sampai akhirnya menjawab, "Iya-iya. Dipake dulu sama Yayu. Katanya, dia mau beli motor second."
Yola memandang Mama Mia dengan perasaan tidak percaya. Bisa-bisanya Yayu ingin membeli motor dengan memakai uang miliknya. Yang benar saja! Yola tentu tidak terima. "Ma, tapi itu tabunganku buat sekolah lagi! Kenapa diambil seenaknya?"
"Kamu tinggal minta sama pacar kamu. Mama dengar sekarang kamu sudah punya pacar orang kaya." Mama Mia berusaha mengalihkan pembicaraan, tetapi Yola tidak peduli. Sekarang yang dipikirkannya adalah bagaimana ia bisa kembali mendapatkan uang sebanyak itu lagi. Salahkan dirinya yang tidak langsung menyimpan uang itu di bank, ketika Lova mengembalikan uang pinjaman kepadanya.
"Kenapa Yayu seenaknya mencuri uangku, Ma?" Yola kembali memberanikan diri mendebat Mama Mia. Ia masih ingin meluapkan kekesalan yang biasa dipendamnya selama ini.
"Kamu jangan sembarangan ya, kalau ngomong! Yayu cuma pinjam, bukannya mencuri."
"Oke, katakanlah Yayu cuma pinjam uangku. Lalu siapa yang bakalan ganti? Yayu juga belum kerja. Apa Mama mau ganti uangku?"
"Kenapa kamu jadi hitung-hitungan begini sama keluarga? Baru punya uang segitu saja sudah berlagak paling kaya."
"Sikap Mama sekarang justru enggak mencerminkan kalau kita keluarga!"
Tanpa menunggu jawaban dan bantahan dari Mama Mia, Yola bergegas keluar dari kamar itu. Yola mengacak rambutnya frustrasi. Ia mengambil ponsel, kunci motor dan dompetnya lalu meninggalkan rumah. Gadis itu menyalakan mesin motor lalu mengebut menuju rumah Lova.
Seharusnya, dengan adanya kejadian ini membuat Yola bisa lebih mudah memutuskan pilihan yang tepat demi masa depannya kelak. Ia bertekad tidak ingin lagi mengorbankan waktunya bersama orang-orang yang bahkan tidak peduli kepadanya, yang menganggapnya sebagai keluarga hanya karena sedang butuh bantuan.
Kali ini, Yola harus membulatkan tekad dan membuat rencananya makin sempurna demi tujuan hidupnya.
SO: Stock Opname.
SQI: Score Quality Index
18 Desember 2023
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top