Bab 9: Perjodohan Politik
***
Artemis baru saja selesai menghadiri pertemuan kecil bersama para penasihat kerajaan ketika ia diminta untuk menemui ayah dan ibunya di ruang pertemuan keluarga. Ketika ia tiba, Raja Alarick dan Ratu Remora sedang duduk di kursi mereka, wajah keduanya tampak serius.
Pria itu tersenyum kecil ke arah anaknya. "Artemis, duduklah. Ada sesuatu yang ingin kami bicarakan."
Gadis bergaun ke timuran itu menuruti perintah dan mengambil tempat di depan mereka, merasa ada sesuatu yang besar akan dibahas. Ada rasa takut sedikit dalam dirinya, takut jikalau yang mereka bahas adalah sihir yang bersemayam dalam dirinya. Takut jikalau kedua orangtuanya tahu tentang rahasia yang berusaha ia sembunyikan itu.
Ratu Remora mulai berbicara, "Kami telah mempertimbangkan sesuatu yang penting untuk masa depan Vraemor. Kau tahu, sebagai pewaris takhta, kau memiliki tanggung jawab besar untuk memastikan stabilitas kerajaan."
"Pangeran Vincent Thaddeus dari Khalveros telah menawarkan aliansi melalui pernikahan. Ini adalah peluang besar untuk memperkuat hubungan antara Vraemor dan Khalveros," lanjut Raja Alarick sembari menatap sang istri, wanita itu tampak tersenyum lebar, bahagia akan informasi yang ia berikan.
Artemis tertegun. Nama Vincent bukanlah nama yang asing baginya, ia mengenal pemuda itu melalui beberapa acara besar, Vincent adalah seorang pangeran ambisius yang terkenal di seluruh kerajaan tetangga. Namun, gagasan untuk menikah demi politik terasa seperti beban besar yang tidak ingin ia tanggung. Ia menegakkan tubuhnya, menatap ayah dan ibunya dengan serius.
"Dengan segala hormat, aku menola pernikahan ini."
Raja Alarick mengerutkan dahi, sementara Ratu Remora menatap putrinya dengan kaget. "Artemis, ini bukan permintaan. Ini adalah kewajibanmu sebagai calon ratu."
Gadis itu menatap kedua orang tuanya dengan tatapan tegas. "Aku mengerti tanggung jawabku, Ayah. Tetapi pernikahan bukanlah sesuatu yang bisa aku lakukan tanpa cinta. Jika Vraemor membutuhkan aliansi, kita bisa mencapainya dengan cara lain."
Ratu Remora dengan nada tenang, tetapi tajam berbicara, "Artemis, kau masih muda. Cinta bisa tumbuh dengan waktu. Kau harus memikirkan ini dengan matang."
Keheningan memenuhi ruangan. Raja Alarick mengetuk meja dengan jari-jarinya, mencoba menahan kemarahan. "Ini tentang kerajaan, Artemis. Kau tidak memiliki hak untuk menolak."
"Ini juga tentang diriku, Ayah. Aku berhak memilih siapa pendampingku," ujarnya dengan tegas.
Raja Alarick berdiri dari kursinya, sementara Ratu Remora mencoba menenangkan suasana. "Artemis, kami tidak akan memaksamu. Tapi pikirkanlah ini dengan hati-hati. Ini bukan hanya tentang dirimu, tetapi tentang seluruh kerajaan, tentang bangsa kita."
Namun, Artemis tetap teguh pada pendiriannya. Ia bangkit dari kursinya, membungkuk sopan kepada kedua orang tuanya sebelum keluar dari ruangan. "Aku tahu apa yang aku inginkan, dan aku mohon kalian menghormati keputusanku." Ia berbalik dan meninggalkan ruangan, meninggalkan Raja dan Ratu dalam kekhawatiran besar.
Keheningan memenuhi ruangan setelah kepergiannya, meninggalkan Raja dan Ratu dalam kebingungan dan kekhawatiran atas tindakan putri mereka. Raja Alarick tampak kecewa dengan keputusan tegas itu.
"Aku akan berusaha membujuknya nanti, Sayang." Remora segera bangkit untuk menyusul putrinya.
***
Malam itu, Artemis duduk sendirian di taman istana, mencoba menenangkan pikirannya. Langit malam dihiasi bintang-bintang yang bersinar di atas sana menerangi kegelapan di malam itu. Pikirannya melayang jauh, ia merasa terbebani oleh perbincangan tadi. Seberat itukan menjadi calon penerus kerajaan? Seperti tak ada pilihan yang harus ia lakukan.
Tanpa ia sadari, sesosok pemuda berjalan mendekat. Dengan manik hazel dan rambut hitamnya yang acak, dirinya tersenyum kecil menatap gadis yang tengah duduk terdiam, melamun. "Hei," panggilnya.
"Ace." Ia menoleh sekilas, menatap wajah pemuda tampan yang duduk di sebelahnya.
"Aku melihat wajahmu berbeda dari selesai makan malam tadi, kenapa kau tampak tidak seperti biasanya. Ada sesuatu yang terjadi?" tanya Ace.
Artemis menghela napas panjang sebelum menjawab, menatap jauh ke langit. "Ayah dan Ibu ingin aku menikah dengan Vincent. Mereka bilang ini demi aliansi politik."
Ace tertegun mendengar itu. Ia mencoba menyembunyikan rasa sakit yang tiba-tiba menusuk hatinya. Namun, ia tetap berusaha tenang._"Dan apa yang kau katakan?"
"Aku menolak, tentu saja," balasnya sembari tersenyum tipis._
"Kenapa? Vincent adalah pangeran yang kuat dan penuh ambisi. Dia bisa menjadi sekutu yang hebat untuk Vraemor." Meski ucapan itu terucap di bibirnya, tapi Ace berusaha menahan rasa tak nyaman dalam hatinya ketika mengucapkan itu. Ada sesuatu yang terasa sakit.
Artemis menoleh, menatap Ace dengan tatapan tajam. "Apakah kau pikir aku hanya pion yang bisa dipindahkan sesuka hati demi politik? Aku menolak karena aku tidak mencintainya."
Ace terkejut mendengar ketegasan dalam suara Artemis. Ia berlutut di depannya, mencoba membaca ekspresi wajahnya. "Kalau begitu ... apa ada seseorang yang kau cintai?" tanyanya.
Pertanyaan itu membuat Artemis terdiam. Ia menatap Ace dengan mata yang penuh keraguan, banyak sekali hal yang tersembunyi di balik manik biru gadis berdarah Sylvester itu. Ingin sekali ia memberi tahu segalanya kepada Ace, namun apakah pemuda itu bisa menerima hal itu nantinya. "Ada. Tapi aku tidak bisa mengatakannya."
Ace merasa dadanya berdegup kencang. Ia penasaran siapa yang dimaksud oleh Artemis, tetapi ia juga tahu bahwa tidak pantas baginya untuk bertanya lebih jauh. "Aku harap orang itu tahu betapa beruntungnya dia."
Artemis tersenyum tipis, tetapi tidak menjawab. Hati kecilnya ingin mengatakan bahwa orang itu adalah Ace, tetapi ia terlalu takut untuk mengungkapkan perasaannya. Di sisi lain, Ace menelan rasa penasarannya, memilih untuk menyimpan perasaannya sendiri. Keduanya saling menatap, menyimpan rahasia kecil mereka dalam-dalam, tak ada yang berani mengungkapkannya.
"Ace, kau sendiri bagaimana?" tanya Artemis kemudian.
Si pemuda tersenyum tipis, mengalihkan padangannya sekilas. "Ada, dia gadis yang sangat cantik. Tapi aku tak yakin bisa bersamanya nanti," ujarnya sembari menahan perasaan sedih akan fakta itu.
"Kenapa? Jika kau mencintainya, perjuangkan dia." Si gadis berusaha memberikan semangat, walaupun dirinya tak pernah tahu siapa gadis yang disukai Ace. Pemuda itu mungkin menyukai gadis cantik, seperti Greta mungkin.
"Ya, aku akan berusaha nanti." Pemuda bermanik hazel itu berdiri, tangannya terulur di depan Artemis. "Kemari, ikut denganku."
Artemis sempat kaget untuk beberapa saat, tersenyum kecil dan menerima uluran tangan Ace. Keduanya menuju bagian atas bukit kecil yang ada di area taman itu, menatap sang bulan yang telihat cantik di atas sana. Langit di malam itu tampak indah, bertabur bintang serta rembulan yang bersinar terang.
"Vraemor," gumam Artemis sembari menatap ke bawah sana, pusat kota besar yang tampak bersinar dengan lampu-lampu kuningnya. "Ace, apakah hanya untuk ini aku harus mengorbakan kebahagiaan dan cintaku?"
Pemuda itu terdiam, tak bisa memberikan jawaban apa pun untuk sekarang. Ia menatap gadis di sampingnya, rambut hitam yang bagian bawahnya mulai memutih itu tampak bergoyang mengikuti arah angin malam. Gaun khas bangsa Yunani membawa kesan elegan pada diri gadis berusia 20 tahun itu.
"Aku tak bermaksud ingin mengaturmu, Artemis. Tapi jika memang kau tak bahagia dengan keputusan itu kau bisa menolaknya. Masa depan adalah milikmu, dan bangsa ini pasti bergantung padamu."
Artemis menoleh, menatap pemuda yang selama ini selalu setia menemaninya. Masa kecil yang mereka habisnya bersama ternyata membangun ikatan kuat di antara mereka. Si gadis sontak saja memeluk pemuda itu, entah dari dorongan mana dirinnya melakukan hal itu.
Ace terdiam, tidak tahu harus berkata apa dengan apa yang dilakukan Artemis sekarang. Ia tahu bahwa ini bukan waktu yang tepat, tetapi perasaannya yang telah ia pendam begitu lama tiba-tiba terasa tak terkendali. Dengan suara yang lebih pelan, ia akhirnya berbicara. "Aku senang kau menolak perjodohan itu ... karena aku tidak bisa membayangkan kau bersama orang lain."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top