Bab 7: Tamu dari Jauh

***

Istana Vraemor pagi itu terasa lebih sibuk dari biasanya. Pelayan berlalu-lalang, menyiapkan kamar tamu yang mewah dan makanan terbaik untuk menyambut Lady Greta, sepupu jauh Artemis dari pihak keluarga ibunya. Berita kedatangannya telah membuat beberapa kalangan penasaran—Lady Greta dikenal akan kecantikannya yang memikat dan sifatnya yang ceria, meski sedikit berlebihan dalam mencari perhatian.

Raja Alarick bersama sang ratu siap menunggu dengan senyum merekah lebar yang memancarkan sebuah kesenangan. Artemis berdiri di sebelahnya bersama Macaria dan Ace yang selalu berjaga di belakangnya, menunggu kedatangan tamu mereka. Gaun biru lembut yang dikenakan Artemis berkibar pelan tertiup angin dari jendela besar di dekatnya.

"Greta, sudah lama sekali aku tak mendengar namanya," ujar Artemis kepada ibunya. "Apa alasan kunjungannya kali ini?"

Ratu Remora tersenyum samar. "Keluarganya ingin dia menghabiskan waktu di sini untuk mempelajari tradisi dan tata cara kerajaan. Lagipula, ini kesempatan untuk mempererat hubungan keluarga kita."

Macaria, yang berdiri di samping Artemis, menyenggol pelan bahunya. "Apakah dia seperti yang aku dengar? Anggun tapi selalu mencari perhatian?"

Artemis terkekeh kecil. "Kita akan segera tahu."

Saat itu, kereta emas yang membawa Greta berhenti di halaman istana. Pintu aula terbuka lebar, dan seorang wanita melangkah masuk dengan percaya diri. Greta, dengan rambut merah keemasan tergerai panjang, mengenakan gaun satin merah tua yang memeluk tubuhnya dengan anggun, menonjolkan kemewahannya khas bangsa Yunani. Wajahnya dihiasi senyum lebar, dan matanya langsung tertuju pada Artemis.

"Artemis!" serunya dengan suara melengking yang membuat beberapa orang di aula menoleh.

Artemis berdiri dari kursinya, berusaha menyembunyikan rasa enggan di balik senyum sopan. "Greta, senang melihatmu. Bagaimana perjalananmu ke sini?"

"Meletihkan, tentu saja," jawab Greta sambil melambai santai. "Tapi begitu aku tahu aku akan bertemu denganmu, semua rasa lelah itu hilang." Ia berhenti sejenak, memperhatikan sekeliling ruangan.

"Selamat datang di Vraemor," ujar si gadis.

"Terima kasih! Oh, tempat ini luar biasa indah. Jauh lebih besar dari apa yang aku bayangkan!" ujar Greta dengan nada antusias. Ia juga memberi salam kepada Raja dan Ratu Sylvester, bahkan disambut hangat oleh mereka.

"Senang melihatmu, Greta. Kau sangat cantik dan tumbuh dewasa dengan cepat," ujar sang ratu dengan senyum merekah.

Greta hanya menunjukkan senyum ramah. "Semua bisa dengan cepat tumbuh, Ratu. Artemis juga, tak terasa melihatnya menjadi gadis secantik ini."

"Baiklah, nikmati waktu di sini Greta. Artemis dan Macaria akan menemanimu selama di Vreamor," ujar Raja Alarick. Ia kemudian pamit undur diri karena tak bisa lama berada di sana, sebab masih ada tugas lain yang harus diselesaikan sebagai seorang raja. Ia pun hari ini harus berangkat ke suatu tempat untuk sebuah pertemuan politik.

"Ya, nikmat waktumu, Greta. Aku akan menghadiri acara minum teh bersama para wanita. Datanglah jika ingin bergabung, kami terbuka untuk siapa pun."

"Terima kasih atas undangannya, Yang Mulia. Aku merasa sangat terhomat dengan udangan langsung ini, tapi aku rasa ingin menghabiskan waktu bersama teman masa kecilku dulu." Ia menatap ke arah Artemis dengan senyum kecil.

Ratu Remora hanya tersenyum kecil. "Baiklah, tidak ada paksaan." Ia pun melangkah pergi bersama beberapa pelayan istana.

Greta tersenyum lebar, menatap sekitarnya dengan tatapan kagu, lalu matanya melirik Ace, yang masih berdiri tak jauh dari Artemis. Senyumnya berubah menjadi tatapan penuh minat. "Dan siapa ini? Ksatriamu?"

Ace membungkuk sopan. "Senang bertemu dengan Anda, Lady Greta. Saya Ace Laurencius, pengawal pribadi Putri Artemis."

"Ah, pengawal pribadi," ulang Greta, suaranya sedikit genit. "Sepertinya Anda lebih dari sekadar pengawal. Apa kau selalu berada di sisinya?" tanyanya sembari menatap ke arah Artemis dengan tatapan kecurigaan.

Ace hanya tersenyum kecil, memilih untuk tidak menanggapi.

***

Siang harinya mereka mengadakan makan bersama di ruang makan milik kerajaan. Raja Alarick tak ikut sebab ada urusan politik di luar Vreamor, sedangkan sang ratu kemungkinan besar masih berada di pesta minum teh bersama para wanita bangsawan. Jadi di meja itu hanya ada Artemis, Macaria, Ace dan Greta. Nolan dan Aiden ikut serta, walaupun sebenarnya mereka sempat menolak karena tak nyaman.

"Ini bukan acara makan formal, anggap saja sebagai sebuah makan siang biasa bersama teman dekat," ujar Artemis ketika menyadari tatapan Nolan dan Aiden. "Nikmati saja."

Greta duduk di dekat Artemis, namun sepanjang waktu, perhatiannya tampak lebih sering tertuju pada Ace, yang duduk tak jauh darinya. Greta tampak lebih bersemangat dari siapa pun di meja. Ia duduk di seberang Ace, dan selama makan, ia tak henti-hentinya melontarkan komentar yang terkesan menggoda.

"Jadi, Ace," katanya sambil memutar gelas anggurnya. "Kau pasti punya banyak kisah menarik. Apa kau pernah terluka parah demi melindungi Artemis?"

Ace mengangkat alis, sedikit terkejut oleh pertanyaan itu. "Beberapa kali, tapi itu sudah menjadi bagian dari tugas saya."

Greta terkekeh. "Ah, ksatria sejati. Kalau begitu, bagaimana rasanya memiliki tanggung jawab sebesar itu? Melindungi seorang putri mahkota yang begitu cantik dan kuat?" tanyanya sembari melirik ke samping, tempat duduk Artemis.

Macaria, yang duduk di sebelah Artemis, nyaris tersedak mendengar nada menggoda Greta. Ia melirik Artemis, yang wajahnya mulai menunjukkan ketidaknyamanan.

"Greta," Artemis akhirnya angkat bicara dengan suara tegas namun sopan. "Ace tidak hanya melindungiku, tapi juga kerajaan. Sebaiknya jangan membebani dia dengan pertanyaan pribadi."

"Oh, tentu, tentu," balas Greta, meski senyumnya tidak pudar.

Macaria menahan tawa ketika menyadari tatapan gadis itu terus saja mengarah pada Ace yang duduk tepat di seberang Greta. "Greta, kau terlihat sangat tertarik padanya."

Greta terkekeh kecil. "Oh, aku hanya ingin tahu lebih banyak. Tidak salah, kan?"

"Ya tidak salah juga, tapi sebaiknya hati-hati," sahut Nolan yang berada di samping Ace.

Greta hanya menatapnya dengan senyum kecil dan melirik ke arah Artemis yang tampak memilih diam dan sibuk dengan makanannya. "Tentu, pengawal ini sangat istimewa."

Suasana yang sunyi itu membuat sekitar tampak lebih tegang dari biasanya, tapi tidak jika ada dua sosok manusia yang selalu membawa keadaan menjadi lebih hidup. Siapa jika bukan dua pemuda yang tengah asik bercanda dan berkali-kali tertawa asik, Nolan dan Aiden.

"Jadi, bagaimana rasanya kembali ke Vraemor, Greta?" tanya Macaria sambil mengambil sepotong roti untuk memecah ketegangan di antara mereka.

"Oh, ini luar biasa. Aku sangat merindukan udara segar di sini. Rasanya berbeda dibandingkan di Yunani," jawab Greta sambil tersenyum lebar. Namun, dari sudut matanya, pandangan Greta berkali-kali tertuju ke arah Ace yang duduk di depannya, memotong daging panggangnya dengan tenang.

Artemis, yang duduk di sebelah Greta, menangkap pandangan itu dan sedikit mengangkat alisnya. "Vraemor selalu menyambutmu, Greta. Jika kau ingin tinggal lebih lama, kami akan mengatur semuanya untukmu."

"Aku mungkin akan mempertimbangkannya," jawab Greta ringan. Lalu, dengan nada yang lebih manis, ia menoleh ke Ace. "Kau juga pasti setuju, bukan, Sir Ace? Vraemor begitu indah untuk ditinggali."

Ace mengangkat pandangannya sejenak, tersenyum sopan. "Tentu saja, Lady Greta. Tapi keindahan Vraemor tak hanya terlihat dari tempatnya, melainkan juga dari rakyatnya."

Greta tersenyum, sedikit tersipu. Namun sebelum ia bisa melanjutkan percakapan, Aiden menyela dengan nada kocak. "Oh, jadi rakyat seperti aku juga termasuk dalam keindahan itu, Ace? Luar biasa sekali, terima kasih atas pujianmu."

Semua tertawa, termasuk Ace yang menggelengkan kepala dengan senyum kecil.

"Tapi serius," ujar Nolan, mencoba kembali ke topik. "Aku mendengar taman di istana sedang penuh dengan bunga musim ini. Mungkin kita bisa melakukan sesuatu sore ini."

Artemis mengangguk, senang dengan ide itu. "Itu ide bagus. Mungkin kita bisa mengatur kegiatan kecil. Piknik di taman? Atau bermain sesuatu?"

"Bermain apa?" tanya Aiden dengan nada antusias. "Aku akan menang dalam apa pun yang kalian pilih."

Macaria tertawa kecil. "Kau bahkan kalah dalam permainan catur terakhir melawanku."

"Itu karena kau curang!" balas Aiden sambil menatap kesal ke arah Macaria yang duduk di seberangnya, membuat semua kembali tertawa mendengar ucapan Aiden.

"Baiklah, bagaimana jika kita piknik saja?" saran Greta, pandangannya kembali ke Ace. "Mungkin kita bisa duduk-duduk santai di taman sambil menikmati teh. Sir Ace, kau juga akan ikut, kan?"

Artemis tersenyum tipis, berusaha menjaga nada santai meskipun ia merasa sedikit tidak nyaman dengan cara Greta terus mencoba menarik perhatian Ace. "Tentu saja Ace akan ikut. Kita semua perlu bersantai setelah beberapa hari yang sibuk."

Ace mengangguk pelan. "Jika itu keinginan Putri Artemis, aku akan ikut."

Greta tampak puas dengan jawabannya, sementara Nolan menambahkan dengan semangat. "Bagus! Aku akan membawa gitar kecilku. Mungkin kita bisa menyanyikan sesuatu."

"Dan aku akan membawa kue dari dapur," tambah Macaria. "Aku yakin mereka baru saja memanggang sesuatu pagi ini."

Dengan rencana yang mulai terbentuk, suasana makan siang itu menjadi semakin hangat. Artemis, meskipun tersenyum sepanjang waktu, tetap diam-diam mengawasi Greta, memastikan ia tidak melangkah terlalu jauh.

Setelah makan siang selesai, mereka semua berpisah untuk bersiap-siap. Sore itu tampaknya akan menjadi momen yang menyenangkan—meskipun Artemis merasa, dengan Greta di sana, mungkin akan ada sedikit ketegangan tersembunyi.

***

Matahari sore bersinar hangat di atas taman istana yang dipenuhi bunga-bunga musim semi. Meja kecil dengan taplak putih diletakkan di bawah pohon ek besar, dikelilingi keranjang piknik yang penuh dengan makanan. Angin sepoi-sepoi membawa aroma manis dari bunga mawar yang tumbuh di sekitarnya, menciptakan suasana damai dan santai.

Artemis duduk di atas selimut yang dihamparkan di rumput, ditemani oleh Macaria yang sedang memotong kue lemon menjadi beberapa bagian. Nolan dan Aiden sibuk mendiskusikan sesuatu yang sepertinya lebih mengarah pada lelucon daripada pembicaraan serius. Ace, dengan tenang, berdiri di tepi danau, memperhatikan riak air yang memantulkan cahaya keemasan matahari. Greta duduk tidak jauh darinya, sengaja menjaga jarak yang cukup dekat untuk terlihat akrab.

"Kue ini benar-benar enak," komentar Aiden sambil mengambil potongan kedua dan memakannya dengan lahap. "Aku rasa aku akan membawa beberapa ke kamarku nanti."

"Kau selalu memikirkan makanan," ujar Nolan sambil menggelengkan kepala. "Mungkin kau harus belajar cara menikmatinya lebih pelan, Aiden."

Macaria tertawa kecil, sementara Artemis melirik ke arah Ace dan Greta. Matanya menyipit sedikit saat melihat bagaimana Greta dengan sengaja berdiri di sebelah Ace, berbicara dengan suara lembut yang seakan hanya untuk didengar olehnya.

"Kau suka berada di alam, Sir Ace?" tanya Greta dengan senyum manis, menatap Ace dari samping.

Ace, yang tampaknya sedikit canggung dengan perhatian itu, menjawab singkat, "Ya, tempat seperti ini membantu menenangkan pikiran." Ia menoleh sekilas. "Dan panggil saja Ace, aku tidak ingin terlihat formal."

"Oh, baiklah, sesuai keinginanmu, Ace." Gadis bergaun biru khas timur tengah itu tampak seperti malu-malu, duduk bersebelahan dengan pemuda tampan seperti Ace. "Kau suka berjalan-jalan ke kota?"

"Tidak selalu, hanya ketika penting saja."

Si gadis mengangguk. "Kupikir aku bisa mengunjungi setiap sudut Vreamor bersama ksatria terhebat milik kerajaan ini," ujarnya, manik hijau itu menatap lekat wajah Ace yang sama sekali tak menoleh ke arahnya.

"Siapa maksudmu? Dorian? Kau mengenalnya?"

Greta menggelengkan kepalanya, segera mengoreksi. "Bukan, itu kau yang ku maksud, Ace." Tangannya terulur, menyentuh tangan milik Ace. "Kita bisa menikmati waktu berdua mengelilingi kota, mengunjugi hal baru, itu menarik, kan?"

Pemuda bermanik hazel itu sedikit memberi jarak, ia perlahan menjauhkan tangannya. "Ya, jika ada waktu. Bersama mereka juga," balas Ace.

Artemis memutuskan untuk berdiri dan menghampiri mereka. "Ace, bisa bantu aku membawa keranjang buah dari meja?"

Ace menoleh dan langsung mengangguk, tampaknya lega mendapat alasan untuk meninggalkan percakapan dengan Greta. "Tentu saja, Artemis."

Namun, sebelum ia sempat melangkah, Greta menyela dengan suara manis. "Oh, aku juga bisa membantu, Artemis. Lagipula, aku tidak ingin hanya duduk-duduk saja."

Gadis bermanik biru itu menahan napas sejenak, lalu tersenyum tipis menahan rasa kesal yang entah kenapa menguasai dirinya. "Tidak perlu, Greta. Aku hanya membutuhkan Ace." Ia menunjuk ke arah teman yang lain. "Duduklah, nikmati waktumu."

Ketegangan kecil itu tidak luput dari perhatian Nolan, yang mengangkat alis ke arah Macaria seperti memberikan isyarat. Aiden, yang kurang peka, malah memakan potongan kue lainnya dengan santai.

Saat Ace berjalan ke meja dengan Artemis, ia berkata pelan, "Apakah kau baik-baik saja?"

Artemis mengangguk, mencoba menahan emosinya. "Aku hanya merasa perlu udara segar. Kau tahu, sore seperti ini seharusnya menyenangkan."

Ace mengangguk, tidak ingin memperumit suasana. Namun, ia menangkap sedikit nada kesal di balik kata-kata Artemis.

Sementara itu, di dekat selimut piknik, Greta duduk kembali di samping Macaria. "Aku tidak tahu kenapa dia berusaha menjauhkanku dengan Ace." Gadis itu menatap Artemis dan Ace yang tampak sibuk berdua. "Aku hanya ingin dekat dengan pemuda itu.

Macaria menatapnya dengan pandangan tajam yang jarang ia tunjukkan. "Mungkin kau harus berhenti mencoba terlalu keras, Greta."

Greta mengangkat bahu, pura-pura tak peduli. Namun, kilatan di matanya menunjukkan bahwa ia tidak akan menyerah begitu saja.

Ketika Ace dan Artemis kembali membawa keranjang buah, Nolan mencoba mencairkan suasana. "Baiklah, bagaimana kalau kita memainkan permainan? Sesuatu yang melibatkan semua orang?"

"Seperti apa?" tanya Aiden sambil meluruskan tubuhnya.

"Permainan tebak kata, mungkin? Aku akan memberikan petunjuk, dan kalian harus menebaknya," jawab Nolan.

Semua setuju, kecualiGreta yang tampaknya lebih fokus mencari cara lain untuk mendekati Ace. Saatpermainan dimulai, suasana sedikit mencair, meskipun ketegangan antara Artemisdan Greta masih terasa di udara.  

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top