37. Maafin Mama Al.

Aku bingung dengan kehidupan yang ku jalani saat ini. Azka semakin gencar mendekatiku seperti dulu, bahkan saat ini dia lebih gila menurutku. Setiap hari sebelum dia berangkat ke pabriknya, ia akan datang dan mengantar Al ke sekolah. Siang harinya, ia akan datang ke toko dan makan siang disana. Begitupula sore atau malam hari, ia akan datang untuk mengantarku pulang. Ia seolah berusaha mengambil peran sebanyak apapun dalam hidupku.

Sedangkan Aksa, ia hanya diam memperhatikanku dari kejauhan. Dari mana aku tahu? Jelas aku tau dari Al. Karena Al selalu bercerita setiap ia menghabiskan waktu atau menginap di rumah ayahnya itu.

Al selalu bercerita tentang Aksa yang menanyakan kondisiku, kondisi toko, bahkan Aksa juga menanyakan hubunganku dengan Azka pada Al. Sepertinya memang benar perkataannya waktu itu. Ia hanya akan mencoba menjadi ayah yang baik tapi dia tidak ingin kembali mencoba menjadi suami yang baik.

"Melamun apa sih Dek?"

Seruan kak Yahsa membuyarkan lamunanku. Aku bahkan tak sadar sejak kapan kak Yahsa sudah berada di sampingku.

"Kak aku mau tanya, menurut Kakak mana yang harus aku pilih?"

Kak Yahsa tampak berfikir, aku yakin ia paham maksud dari perkataanku.

"Ikuti kata hati kamu Dek."

"Aku sendiri gak ngerti sama hati aku Kak." jawabku lirih.

"Kakak mau tanya, siapa yang paling nyaman saat ini menurut kamu?"

"Aku nyaman sama Azka kak."

"Perasaan kamu sama Aksa gimana sekarang?"

Entahlah. Jika ada yang bertanya bagaimana perasaanku pada Aksa, aku tak tau harus menjawab apa. Apalagi setelah kenyataan yang dulu terlewat kini terbongkar sudah. Jujur dihati ini masih ada cinta untuk Aksa. Tapi cinta itu tak cukup untuk membuatku kembali bersamanya. Apalagi mengingat dia yang pernah melukai fisik maupun hatiku.

Sedangkan pada Azka, aku merasakan perasaan menggebu-gebu layaknya anak muda yang baru jatuh cinta. Tapi aku terlalu takut untuk memulai. Kegagalan kemarin seolah menjadi cambuk penghambat hubunganku disaat ini. Aku juga memikirkan usia Azka yang berada di bawahku. Ia masih muda, gairah mudanya pasti masih meletup-letup. Aku takut rasa cintanya padaku hanya euforia yang akan hilang setelah kami bersama. Aku belum siap kehilangan lagi.

"Pikirkan baik-baik Dek. Kamu masih muda, jalan kamu masih panjang. Kakak akan selalu dukung kamu kok."

"Makasih Kak."

"Udah hari ini kamu libur dulu. Nanti Kakak yang lihat toko kamu. Oke!"

Aku tersenyum memandang kak Yahsa. Beruntungnya aku memiliki orang-orang yang tulus menyayangiku.

****

"Mahhhh" teriakan Al membuatku langsung mengalihkan pandangan dari televisi ke arah pintu.

Al berlari masuk di ikuti Azka di belakangnya. Al langsung memelukku dan mencium kedua pipiku.

"Duh anak mama semangat banget. Gimana sekolah?"

"Seru Mah! Tapi tadi ada yang nanya kok Al ganti-ganti ayah terus. Al bilang aja, Al kan punya ayah, papa, abi dan papi. Terus katanya kenapa banyak banget? Eh Al malah di bilang aneh."

Hatiku teriris mendengar cerita Al. Bagaimana bisa ia menjawab dan menceritakan semua dengan begitu santai? Ya Tuhan!!! Betapa jahatnya aku pada Al. Di umurnya yang sekecil ini aku justru tak bisa memberikan dia keluarga yang normal.

"Al jawab aja Mah. Bukan aneh, tapi keren. Terus Al cerita kalo ulang tahun banyak kadonya. Eh dia malah mau kayak Al mah. Al bilang aja gak boleh, terus aku jadi dikatain pelit."

Al memanyunkan bibirnya di akhir ceritanya. Al maafin mamah ya! Mama bikin kamu harus menjalani hal ini di usia kamu yang sekecil ini.

"Udah jangan manyun gitu. Al udah makan belum?"

"Udah Mah. Tadi sama papa di ajak ke KFC. Oh iya Mah! Ayah kapan kesini? Al kangen sama ayah."

"Nanti kita telfon ayah ya, kamu ganti baju dulu. Bajunya udah mama siapin dikasur. Kalo gak bisa pakai sendiri, bawa bajunya kesini ya."

Al langsung berlari tanpa menjawabku. Aku masih memperhatikan punggung kecilnya. Punggung kecil yang sudah ku buat memanggul beban berat.

"Kamu udah makan?" Pertanyaan Azka membuatku melirik ke arahnya.

"Udah. Makasih udah jemput Al."

"Itu udah kewajiban aku Nad. Kamu kenapa? Lagi ada masalah?"

"Enggak kok."

"Yaudah, aku balik dulu ya. Sablonan lagi mau ngirim barang."

"Lain kali kalo sibuk gak usah jemput Al. Aku masih mampu jemput sendiri."

"Ngomong apa sih kamu? Ngelantur deh. Udah ah aku jalan dulu."

Azka bangkit dan langsung berjalan ke arah pintu. Mungkin ia tau suasana hatiku sedang kacau. Biasanya ia akan disini lebih lama bahkan merecokiku dan Al.

"Mah, aku gak bisa kancingin celananya." Al datang sambil memegang celana yang sudah ia pakai tapi belum terkancingi.

"Tumben gak bisa? Biasanya pinter."

"Kancingnya keras. Gak mau goyang-goyang biar bisa masuk Mah."

"Kamunya aja yang ke gemukan sayang."

"Enak aja! Al itu berisi bukan gemuk kata ayah."

"Iya iya. Al gemuk dan berisi."

"Mamaaahhhhhh!!!"

"Udah ah. Nih mamah sms ayah dulu, bisa nerima telfon apa enggak. oke?"

Al masih mengerucutkan bibirnya. Bahkan kini ia bersidekap tangannya di depan dada. Dia memang sangat sensitif jika dibilang gemuk. Padahal justru gemuknya ini yang bikin dia tambah lucu dan imut.

Aksa : Kamu lagi sibuk? Al mau telfon katanya.

"Nih mamah udah sms ayah. Kita tunggu balesannya aja ya. Takutnya ayah lagi kerja atau sibuk."

Al mengangguk dan memilih berbaring di sofa dengan kepala di pangkuanku. Aku mengelus pelan kepalanya, betapa pintar anakku ini. Mungkin anak lain akan menangis saat dikatai aneh dan memiliki ayah banyak. Tapi anakku justru bisa menanggapinya dengan ceria. Semoga keceriaan kamu bertahan sampai kamu dewasa ya nak. Mama selalu berharap kamu bisa bahagia apapun pilihan mamah.

"Mah! Kata ayah, mama pacaran sama papa. Al harus setuju apapun pilihan mama. Al harus nurut sama mama. Biarpun Al gak bisa gabung sama ayah lagi, kata ayah itu pasti keputusan yang paling baik. Apa bener Mah?"

"Kapan ayah ngomong gitu?"

"Waktu ayah sering nanya mama dan papa. Al tanya aja kenapa bukan mama sama ayah."

"Apa jawaban ayah?"

"Ayah bilang, ayah pernah buat mama sedih dan ayah punya dosa yang besar banget sama mama. Jadi gak bisa sama-sama mama lagi. Jadi kalo sekarang papa bisa bikin mama bahagia, Al juga harus ikut bahagia katanya. Emang mama gak bisa maafin ayah ya mah?"

"Mama udah maafin ayah Nak. Udah dari lama malahan. Tapi ada satu dua hal yang bikin mama sama ayah gak bisa kembali bersama. Kamu masih terlalu kecil untuk mengerti."

"Apa ayah akan ninggalin Al mah kalo Al udah punya papa?"

"Enggak sayang. Ayah akan selalu ada disisi Al. Ayah akan sama Al terus, ngajarin Al hal banyak sampai Al dewasa. Percaya deh sama mama."

"Al cuma takut ayah hilang mah. Al gapapa kok mama sama papa atau siapapun. Yang penting ayah selalu jadi ayah Al."

"Selamanya ayah akan jadi ayah kamu sayang. Ayah akan jadi ayah terhebat buat kamu. Tapi tidak untuk mama. Makanya mama cari orang terhebat untuk diri mama sendiri. Al paham?"

Al mengangguk, keadaan hening seketika. Aku merasa sangat berdosa pada Al. Maafin mama nak! Maafin mama yang membuat kamu menanggung semuanya sendiri.




Akhirnya bisa update. Maaf ya lama.

Eh iya, berhubung cerita ini akan habis beberapa part lagi. Aku mau bikin cerita baru. Tentang keluarga juga sih temanya. Tapi ada konflik dan percintaannya juga. Ada yang mau baca gak?

Kalo banyak yang mau, aku akan publis beberapa hari lagi. Di jawab yahhhh

Happy reading ;)

Jakarta, 16 Oktober 2018

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top