23. Sedikit Tentang Masa Lalu

Kak Yahsa segera melajukan mobil nya ke arah sekolah. Sampai disekolah, aku langsung turun dan mengucapkan terima kasih. Kami berjalan terpisah karena tak ingin ada gosip aneh yang beredar.

Aku mulai mengingat apa ada pekerjaan yang harus aku selesaikan hari ini atau tidak. Saat aku yakin pekerjaan ku hari ini santai. Aku segera berbelok ke gedung SMP. Aku harus bicara sama mas Damar.

Tokk...tokk..tokk...

Terdengar seruan masuk dari dalam. Aku langsung masuk dan menemukan mas Damar sedang sibuk dengan laptopnya. Sebagai kepala bagian Tata Usaha, mas Damar punya ruang sendiri walaupun ruangannya ada didalam ruangan Tata Usaha juga.

"Mas...?"

"Loh Nad,Kenapa? Tumben kesini?"

Aku segera menaruh Al dilantai yang beralaskan karpet lalu berlari kecil kearah mas Damar dan memeluknya.

"Hey.. kamu kenapa?"

"Aku buat jahat Mas, aku buat jahat kayak dulu."

Mas Damar mengurai pelukannya dan menatapku meminta penjelasan. Aku pun menceritakan apa yang barus saja telah aku alami.

Mas Damar menghela nafas sebelum membimbingku duduk di sofa kecil di ruangan ini. Aku menengok memperhatikan Al yang sedang asik menggigit mainan yang memang khusus untuk di gigit.

"Kenapa bisa sampai lepas kontrol?"

"Aku marah mas, dia udah rebut suami aku. Kata-katain aku, terus nampar dan meludahi aku. Aku emosi banget!" aduku.

"Kamu masih inget kan kejadian dulu? Gak kapok?"

Seketika ingatanku berputar pada kejadian beberapa tahun silam.

Waktu itu aku masih bekerja sebagai pelayan part time di sebuah restoran.

Waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam. Sudah waktunya pulang, dan aku bergegas menuju loker setelah merapihkan dan membersihkan semua meja pelanggan. Langkahku terhenti saat mendengar suara perempuan yang merupakan rekan kerjaku yang tengah berbincang serius membawa namaku, membuatku memilih menguping di samping pintu yang terbuka

"Kasian ya si Nadine, umur 16 udah kerja part time gitu. Mana yatim piatu, aku kadang suka miris sama hidupnya."

"Alah.. ngapain ngurusin si Nadine! Aku yakin nih ya, dia kerja disini cuma kedok. Masa iya kerja part time disini yang gajinya gak seberapa tapi hidupnya kelihatan wah. Dia pasti jadi simpenan om-om."

"Kamu lihat sendiri kan waktu itu dia di jemput anak kuliahan. Aku yakin tuh pasti dia mau jual diri."

"Hush.. Gak boleh ngomong sembarangan."

"Aku gak ngomong sembarangan. Aku tuh sering lihat dia di jemput anak kuliahan itu. Seharusnya kalo emang waktunya cuma abis buat kerja dan sekolah, mana sempat dia kenalan kanan kiri atau pacaran. Iya kan?"

"Bisa aja itu sodaranya."

"Gak ada miripnya kalo mereka sodara. Lagipula mana ada sodara mesra gitu sampe makein helm. Emang si Nadine tuh kecentilan."

"Udah ah jangan di omongin lagi."

"Bilang aja kamu takut dia denger. Aku nih yakin ya, orang tuanya Nadine tuh meninggal karena serangan jantung akibat kelakuan anaknya. Dan pasti nih, di akherat sana orang tuanya lagi pada nangis lihatin kelakuan bejat anaknya!"

Cukup!!! Aku muak mendengarnya lebih jauh. Aku segera keluar dari persembunyianku dan melabrak mereka.

Qila, perempuan yang sedari tadi mengataiku tidak terima aku melawan langsung menamparku. Aku kalut sampai aku tidak ingat apa yang aku lakukan setelahnya. Terakhir yang ku ingat, aku menonjokkanya sampai hidungnya berdarah.

Qila sampai di bawa kerumah sakit, dan besoknya polisi datang kerumah dan menangkapku dengan tuduhan penganiayaan.

Bukti yang di pegang polisi berupa rekaman cctv resto dan hasil visum yang menyatakan kalau Qila memar-memar di bagian wajah dan juga patah hidung.

Aku dimasukan ke penjara di kantor polisi selama seharian, sampai mas Damar datang ke kantor polisi dan menjadi penjaminku dengan membayar nominal yang lumayan besar.

Dari sana aku mulai berubah menjadi lebih penurut dan berusaha meredam emosiku. Dan dari sana juga, aku menjadi antipati pada cctv.

"Mas tanya sekali lagi, mau kejadian dulu keulang?"

Pertanyaan mas Damar membuyarkan lamunanku.

Aku menggeleng sebagai jawaban.

"Tapi disana gak ada cctv kok Mas."

"Bukan itu pointnya Nad. Point nya itu kamu yang harus bisa kontrol emosi kamu."

"Maaf Mas." Aku menunduk merasa bersalah.

"Yaudah, kali ini Mas maafin. Awas kalo sampe ke ulang lagi!"

Lalu pandangan mas Damar beralih ke Al yang asik sendiri dengan dunianya.

"Aduhh, gara-gara mama bikin ulah nih ya dek, anak Abi jadi gak di tegur."

Dan selanjutnya mas Damar sibuk dengan Al dan aku merasa seperti obat nyamuk.

"Udah sana, kamu balik keruangan. Al biar sama mas, kangen banget nih Mas sama jagoan ganteng."

Aku hanya mencebikkan bibir sambil berjalan keluar dan kembali keruangan Tata Usaha SMA tempatku bekerja.

Di tikungan lobby kelas 12 yang lumayan sepi aku di kejutkan dengan tangan seseorang yang membekap mulutku dan menarikku sampai masuk ke gudang kosong belakang gedung.

Ya tuhan!! Masa iya aku di culik...
















Maaf ya part ini agak pendek.
Happy reading.

Kalian kalau sempat baca cerita aku yang satunya dong. Judulnya "The Last" itu cerita pertama aku tapi gak pernah berani aku publish.

Anggap aja selingan sambil nunggu yang ini update .

Makasih dan sekian :*

Jakarta, 27 Agustus 2018

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top