12.Jangan Peduli Padaku

Kembali ke rutinitas awal, yaitu bekerja di sekolah. Aku mengawali hari ini dengan senyuman, sambil berjalan santai di koridor sekolah. Tentunya dengan Al dalam gendonganku.

Sampai di ruang Tata Usaha, aku langsung di sambut pertanyaan tentang kondisi ku yang sudah pulih atau belum. Tentu saja ku jawab kalau aku sudah pulih dan segar.

Baru saja aku tiba di mejaku, seruan seseorang membuatku berbalik. Nina berdiri didepan pintu ruang TU dengan senyum selebar 5 jarinya.

"Ada apa? Bukankah terlalu pagi untuk datang kesini dan membawa Al?"

Dia tersenyum semakin lebar.

"Ibu tau aja deh kalo aku mau main sama Al."

"Ibu udah hafal sama kamu."

"Ibu cantik. Aku pinjem Al yaa... Pelajaran pertama sampai ketiga kosong. Soalnya ada rapat guru khusus kelas tiga, mau bahas masalah bimbingan belajar gitu. Jadi aku pinjem Al ya?"

Dia mengeluarkan jurus andalannya. Yaitu puppy eyes yang menurutku seperti kucing manja yang penurut, membuat aku tidak bisa untuk menolaknya.

"Yasudah! Tapi hati-hati ya. Kalo Al kenapa-kenapa nanti kamu ibu gantung." ujarku sambil memberikan Al pada Nina.

"Ih si ibu serem banget. Tenang aja Al pasti aman sama aunty sama papa ya nak?" Nina melihat ke arah Al seolah meminta persetujuannya.

Aku mengerutkan kening bingung, siapa yang di maksudkan papa oleh Nina? Atau aku yang salah dengar?

Ah sudahlah, mungkin aku hanya salah dengar. Tapi jika melihat Nina yang begitu sayang pada Al membuatku sedih. Nina mencintai Al seperti mencintai adiknya yang meninggal satu tahun yang lalu. Menurutnya, Al mengingatkan nya pada adiknya yang meninggal karena kesibukan dan kesombongan kedua orang tuanya. Kasian Nina, di umurnya yang masih muda tapi sudah mengalami persoalan yang rumit.

Aku segera kembali ke meja kerjaku. Time to work. Semangat!!

***

Waktu istirahat sudah tiba. Aku menggendong Al kearah gerbang sekolah. Aku sedang ingin makan pempek yang diruko depan sekolahan.

Warung pempek pak Darmin cukup sepi. Mungkin pembeli yang lain memilih membungkus makanan daripada makan di tempat pak Darmin yang sempit.

Usai memesan 1 bungkus pempek untuk aku makan di ruangan.
Aku di kejutkan dengan tangan yang membekap mulutku saat ingin menyebrang jalan.

Aku berontak mencoba melepaskan tangan itu meski sulit karena ada Al di gendonganku.

Aku takut, jangan-jangan aku diculik. Tapi yang aneh Al sama sekali tidak takut, malah Al sedang tertawa. Aku mencoba melihat kebelakang tapi dia seolah tau maksudku, orang itu langsung mengeratkan pelukannya di belakangku. Hingga aku tidak bisa berbuat apa-apa selain mengikutinya yang terus menyeretku ke dalam gang sempit samping warung pak Darmin.

Tiba-tiba dia mendudukkanku di sebuah kursi yang terbuat dari rotan. Sontak mataku melotot saat melihat siapa orang yang membekap mulutku.

"Kamu mau belajar jadi penculik?!" pekik ku kencang bahkan bisa dibilang menjerit.

"Sssshhhhhhttttt berisik banget sih! Gak usah teriak. Lo gak lagi dihutan."

"Kamu apa-apain sih Az?"

Dia tidak menjawab, dia malah duduk santai di sampingku sambil memangku Al yang baru saja dia ambil dari gendonganku.

"Kamu bisa jelasin maksud kelakuan kamu barusan apa?"

"Lo kemarin kemana? Lo gak apa-apa kan?"

Aku mengernyitkan kening bingung. Aku sedang bertanya tapi dia malah balik tanya. Ah sudahlah, lebih baik aku jawab saja sesuai surat izinku kemarin. Daripada nanti jadi ribet.

"Kemarin aku gak enak badan, jadi aku izin."

"Bukan karena berantem sama suami lo kan?"

"Maksudnya apa sih?"

"Gue khawatir. Abis digebukin suami lo kemarin, lo mendadak gak masuk besoknya. Gue pikir kalian bertengkar lagi terus lo babak belur jadi gak dateng ke sekolah."

"Kemarin aku gak berantem. Cuma izin aja gak enak badan. Dan soal kejadian itu aku cuma di tampar bukan di gebukin."

"Yakin cuma di tampar? Kok bisa memar dahi lo?"

Aku mengalihkan pandangan kearah lain.

"Yakin cuma di tampar?"

"Berisik deh! Lagian ngapain sih ikut campur."

"Gue ikut campur karena gue peduli. Udah sekarang mending lo makan. Al gue yang jagain."

"Aku mau makan diruangan." ucapku sambil berdiri.

"Makan disini atau gue beneran culik lo!"

"Kamu tuh sebenernya umur berapa sih? Anak SMA tapi kok sok dewasa."

"Gak usah bawel! Buruan makan. Tuh ada meja." Dia menunjukk sebuah meja kayu dengan dagunya.

Aku melihat sekeliling. Ditempat ini ada bangku panjang dari rotan, sofa, meja dan juga ada gitar dipojokan sofa sana.

"Ini tempat apa?"

"Ini tempat tongkrongan gue. Tempat gue cabut pelajaran dan cabut sekolah."

Aku terkejut mendengarnya. Dia cabut didepan sekolah? Walaupun tempatnya tersembunyi tapi tetap aja di depan sekolah. Mending sekalian masuk aja kalo gitu.

Aku berjalan kearah meja yang ada ditengah tempat ini. Disini area terbuka yang dikelilingi kebun. Tapi tempat ini berada di bawah pohon besar dan sebuah atap transparan. Tempat ini sejuk dan aku yakin gak akan terkena hujan karena ada atapnya.

Aku makan dalam diam sambil memperhatikan Azka dan Al yang sedang bercanda sesekali.

Al terlihat sangat akrab dengan Azka. Azka juga memperlakukan Al dengan lembut. Azka memperlakukan Al tanpa canggung atau kaku sama sekali. Dia seolah terbiasa dengan kehadiran Al. Terlihat sekali kasih sayang yang ada pada Azka untuk Al. Andai ayahmu juga seperti itu nak, hidupmu pasti sangat bahagia karena banyak yang menyayangimu.

Mengingat Aksa membuatku jadi bimbang. Hubungan kami apa akan terus seperti ini? Aku hanya ingin bahagia. Tapi kenapa seolah cobaan terus saja menghampiriku.

"Dimakan, jangan malah ngeliatin gue. Gue gak akan culik Al kalo itu yang lo takutin."

Aku tersentak saat Azka menegurku. Akupun segera memakan pempek ku. Aku ingin segera kembali keruangan dan meninggalkan bocah tengik ini.

"Sini Al nya. Aku mau balik ke ruangan." ujarku sambil menghampirinya saat aku sudah selesai makan.

"Nanti aja kenapa sih! Gue masih kangen Al."

Aku mendengus pelan. Dia selalu bertemu Al setiap hari tapi seolah dia sangat merindukan Al karena tidak bertemu sekian bulan. Benar-benar lebay.

"Buruan sini Al nya. Jam makan siang udah mau abis. Dikit lagi juga bel sekolah. Aku mau lanjut kerja."

Dia akhirnya menyerahkan Al padaku. Baru hendak melangkah pergi tiba-tiba dia menarik tanganku.

"Kalo lo digebukin atau diapa-apain suami lo, kasih tau gue ya." ujarnya dengan tatapan khawatir seolah dia memang sangat mengkhawatirkanku.

"Kenapa harus kasih tau kamu?" aku mencoba mencari jawaban. Karena ini aneh menurutku. Kami hanya dua orang asing yang baru mengenal. Tapi dia memperlakukan ku seolah kita sudah sangat mengenal. Dan aku tidak suka hal itu! Aku tidak suka orang luar yang ikut campur masalah ku.

"Gue gak mau lo kenapa-kenapa. Gue peduli sama lo."

Entah perasaanku saja atau memang dia menunjukkan mimik seolah mengkasihani ku. Dan aku sangat benci itu. Aku tak suka dikasihani siapapun!

"Jangan peduli sama aku. Kita hanya orang asing."

"Apa salah kalo gue peduli? Peduli gak harus sama orang deket aja Az."

"Kamu boleh peduli sama orang lain. Tapi jangan sama aku! Dan stop panggil aku Az! Namaku Nadine. Panggil aku Ibu Nadine karena aku staff TU yang bekerja di sekolah kamu. Dan aku lebih tua dari kamu!!" ujarku menggebu.

"Jadi sekarang bahas umur? Oke!! lo emang lebih tua dari gue. Tapi bagi gue, lo itu bodoh! Lo itu masih kayak bocah yang belum tau kejamnya dunia luar!!"

"Lo itu cuma anak kecil yang berusaha mempertahankan gagang permen yang jelas-jelas permennya udah dipatahin dan diambil anak lain."

"Ya!! Lo itu sebodoh itu dalam hubungan lo!!"

"Berhenti ikut campur aku bilang! Kamu itu cuma remaja labil yang gak tau aturan. Jadi jangan pernah ikut campur lagi masalah aku ataupun rumah tanggaku. Karena kamu gak berhak!!!"

Aku melangkah cepat meninggalkannya dengan pandangan berkabut. Aku berusaha menahan air mataku yang sebentar lagi meluncur indah melewati pipiku.

Kata-kata Azka mulai berputar di ingatanku. Perkataannya seolah kaset rusak yang selalu berputar di otakku. Apa benar aku sebodoh itu? Apa benar aku seperti anak kecil yang ia bilang tadi?

***

















Hai,, aku balik lagi..
Oh iya,, masalah tempat tongkrongan Azka memang beneran ada. Itu tuh sekolah aku dulu. Jadi aku pake aja buat cerita ini, nd letaknya bener2 didepan gerbang sekolah. Cuma tertutupi sama warung jadi gak kelihatan gitu.

Semoga suka sama part ini.
Di tunggu yah next partnya.
Salam hangat dari vhyy

Jakarta,28 Juli 2018

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top